Sobron Aidit :


                                        KISAH  SEBA-SERBI
                                    ( Sepasang Teman Saya )


Ada sepasang teman saya. Sejak dulu kami bergaul baik dan akrab sekali. 
Sejak tahun-tahun awall 1960-an. Tahun 1962 dia menikah dan istrinya juga 
adalah teman saya - teman kami sekeluarga. Tidak lama sesudah saya menikah 
tahun 1961 - mereka menikah setahun kemudian. Sang suami namanya Halim 
Nursalam dan istrinya Nuning - mungkin nama lengkapnya masih panjangan. Kami 
bergaul cukup hangat ketika itu - saling datang mendatangi - saling kunjung 
mengunjungi dan makan di rumah atas undangan masing-masing.  Sudah itu 
berpisah. Dan tak tanggung-tanggung, berpisah buat selama 30 tahun - dengan 
tanpa berita masing-masing - mungkin karena kesibukan - mungkin karena ada 
peristiwa-gelap bangsa dulu itu - tahun 1965. Dan lalu saya ingat, mertua 
teman saya Halim Nursalam ini adalah tentara - ini ayahnya si Nuning. Tetapi 
pangkatnya ketika itu masih biasa - belum tinggi-tinggi amat.

Tahun 1993 - setelah selama 30 tahun saya terpisah dengan sepasang keluarga 
teman saya ini - saya berusaha mencari mereka - di mana sekarang ini. Dan 
karena benar-benar berusaha mencarinya - melalui seorang teman saya 
mendapatkan nomor tilpunnya. Segera saya tilpun si Halim Nursalam ini. 
Beberapa detik dia berusaha mengingat siapa yang menilpun ini. Dan ketika 
saya jelaskan saya ini adalah teman baiknya dulu - dia bersorak - 
kegirangan. Dan kontan kami bikin janji agar kami bisa bertemu di suatu 
tempat - di cafe di Kemang. Pada tanggal sekian - hari anu dan jam sekian. 
Saya sangat gembira - bahwa saya masih diterimanya buat bertemu dengan dia. 
Dulu masing-masing posisi kami agak berbeda. Tapi kini perbedaan itu kian 
nyata dan kentara. Nah, ini yang saya unjuk-jempol, dia tetap hangat dengan 
saya! Tentu saja saya sangat gembira kan?

Mula pertama kami bertemu di cafe di Kemang itu - beberapa saat kami 
bersalaman - lalu berpelukan - dan beberapa saat barulah teringat - lebih 
baik duduk dulu santai-santai, barulah saling banyak cerita. Tampak terlihat 
- Salim Nursalam agak tua sedikit - ya barangkali sama dengan saya. Dan 
tentu saja sejak berbeda tahun selama 30 tahun ini. Kami bagaikan orang mau 
berlomba buat bercerita keadaan masing-masing. Makanan dan minuman yang kami 
pesan - tidak menjadi perhatian utama. Tapi yang penting kami cerita - 
ngobrol dan sudah tentu dengan bumbu gosip - agar asik dan menarik. Gelak 
tertawa - dan cerita lucu yang dulu-dulu, terus berlangsung - tak tahu kami 
sudah jam berapa. Tahu-tahui tampak hari sudah gelap. Dan kami bikin janji 
lagi bahwa pada tanggal sekian dan hari anu serta pada jam sekian akan 
ketemu lagi. Tetapi di sebuah Diskotik. Tentu hanya kami berdua.

Ketika Halim Nursalam dan saya mau menuju pulang ke rumah masing-masing - 
dia mengantarkan saya. Dan ketika mau berpisah, dengan suara lemah lembut 
dia berkata "maafkan saya bron, saya tidak berani mengajak kamu ke rumah. 
Nuning sangat kuatir akan keselamatan kami - terutama ayahnya - kalau-kalau 
ketahuan bahwa kami bergaul rapat dengan sampeyan. Ini berbahaya - kan kamu 
tahu tokh...",-
"Oh ya, saya sangat mengerti....
"Tapi soal janjii kita, tetap saja. Pokoknya asal Nuning tidak tahu 
gerak-gerik kita dan tidak ada orang tahu bahwa saya bepergian dengan 
sampeyan. Kira-kira manapula orang akan tahu siapa kamu sekarang ini setelah 
lebih 30 tahun tak bertemu siapapun...ya...kan?",- kata Halim Nursalam. Saya 
diam saja, tapi sudah mulai merenung dalam - memperjauh pandangan.


Dan pada hari yang kami berjanji itu - suasana tidak segembira dulu lagi. 
Sebab sudah ada batas-batas - sekat-sekat dan dinding-dinding yang tak 
tampak mata. Tetapi bisa dianggap sangat berbahaya. Dan teman baik saya itu 
bercerita bahwa mertuanya - ayah si Nuning kini ada di Timor Timur. Sedang 
menuju kenaikan pangkatnya buat jadi jenderal. Seseorang perwira buat sampai 
ke jenjang jenderal - dia selalu lebih dulu ditugaskan di Timor Timur - 
sebagai dan seakan-akan suaru syarat mutlak. Nah, bayangkanlah ketika sedang 
berkutat buat naik pangkat - tahu-tahu ketahuan bahwa anak-mantunya bergaul 
- berbaikan dengan orang yang selama ini diburu-buru - dikuntit dan ada yang 
mengalami belasan tahun di penjara dan Pulau Buru dan yang diteror - mati 
tak ketahuan kuburannya - dan kini ternyata anak-mantunya teman dari 
orang-orang yang tersangkut berat itu.

Saya sangat memahami keadaan ini. Mereka akan bisa sewaktu-waktu diusut - 
di-interogasi - bahkan pada akhirnya dipecat dari pekerjaan. Maka tak lagi 
berasaplah dapurnya - kehilangan pekerjaan - kehilangan gantungan kehidupan. 
Akan  halnya saya - begitu pulang ke kandang dan ke sarang saya di Paris - 
tak ada apa-apa - selamat-selamat saja. Saya sangat memahami keadaan ini. 
Karena itu ketika teman baik saya itu Halim Nursalam mau membuat janji lagi 
pada Hari Minggu buat kami ke boven - ke Puncak - melihat dan menikmati 
pemandangan - makanan  - dan lain-lainnya yang tak mungkin tertulis - saya 
mengatakan,-
"Kamu sungguh sangat baik Halim....tetapi saya sangat menyadari apa yang 
kamu kuatirkan - lebih-lebih apa yang dikuatirkan istrimu terhadap keadaan 
ayahnya yang akan naik jenjang jenderal itu. Sudahlah - saya sangat memahami 
keadaan kalian. Pergaulan kita - saya anggap sangat baik - tetapi saya 
sangat setuju sebaiknya kita kurangi - karena akibat pabila ketahuan seperti 
yang dicemaskan Nuning - akan benar-benar terjadi. Padahal hanya disebabkan 
kita bergaul saja. Kerugiannya jauh lebih besar dengan suasana kegembiraan 
kita.......",-

"Ya, saya juga memahami dan sangat berterimakasih atas pengertian sampeyan 
itu...",-  Lalu teman saya Halim Nursalam itu memeluk saya erat sekali. Dan 
saya sangat terharu - tak sadar saya - sudah mengalirkan beberapa titik 
mutiara lembut dari kelopak mata saya. Dan giliran saya memeluk dia - teman 
saya yang sangat akrab. Kata saya "sampaikan salam saya yang sangat hangat 
dan akrab buat Nuning. Saya sangat memahami yang menjadi kecemasan dia. Saya 
mengerti dan setuju dengan pikirannya kini.....sangat dan sangat...", kata 
saya. Lalu kami berpisah - dan sesudah itu kami hanya bertillpunan pabila 
pada kangenan - dan tak disangka-sangka - dua hari sesudah itu Nuning 
menilpun saya.....sambil mereka berdua suami istri bergantian bicara di 
tilpun dengan saya........Rupanya suara kami masing-masing di tilpun itu 
dapat sekedar mengganti kekangenan - kerinduan kami.......

-------------------------------------------------------


Holland,-   7 april 05,-







.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Reply via email to