Sebenarnya, segala sesuatu itu betul atau tidak, tergantung posisi anda pada saat itu, dan tujuan hidup anda. Kalau anda ingin menjadi spiritualis, pertapa atau seorang suci; barangkali nasihat yang perlu kita pikirkan adalah untuk mencintai semua mahluk dan melaksanakan usaha utk mencegah pembunuhan.
Akan tetapi kalau anda memilih hidup sebagai seorang biasa yang dihadapkan pada dunia yg memiliki hukum rimba ini, tentu anda tidak bertanggung jawab kalau membiarkan anak anda mati gara-gara mengembangbiakkan nyamuk aedes. Setiap cawan ada ukurannya. Anda tidak bisa melebihi batas yang telah ditetapkan oleh pikiran anda sendiri. Salam, CP --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Yan Widjaja <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Aa Gym, Guru Tung Kuo, Aesop & Buaya > > MENGENAI kasih sayang, kyai terkenal dari Bandung, Abdullah Gymnastiar - lebih popular dengan sebutan Aa Gym - bilang, "Kita harus mengasihi sesama manusia tanpa pandang suku, ras, atau agama," > Aku setuju seratus persen, karena aku memang mengenal dan berkesan baik pada Aa, kendati jelas kami beda agama, suku dan ras. > Aa melanjutkan, "Pada hewan pun kita harus mengasihi. Jangankan anjing dan kucing, bahkan kecoa. Kalau kebetulan lagi nongkrong di kakus lalu melihat seekor kecoa telentang dan sulit bangun kembali, tolong balikkan. Pasti dia akan berterima kasih, sungutnya yang seperti antene mencuat seolah-olah bilang, `thank you man!' Cobalah, bahkan seekor binatang tahu berterima kasih." > Nah, kalau ini aku tidak setuju sama sekali. Bagiku, kalau melihat kecoa di mana pun berada pasti kuinjak sampai menjret! > Teringat pada tiga kisah mengenai binatang tak berbudi yang kudengar waktu kecil. > Pertama, Kisah Guru Tung Kuo. > Alkisah di sebuah desa di pedalaman Tiongkok, hidup seorang sastrawan yang berprofesi guru, namanya Guru Tung Kuo. Ia mengajarkan kasih sayang pada murid-muridnya dan menjadikan dirinya sebagai teladan. Misalnya, pantang menepuk nyamuk yang menggigit tubuhnya, "Biarkan saja, nanti kan terbang sendiri kalau sudah kenyang, apalah artinya setitik darah kita demi mengenyangkan perutnya?" > Suatu hari, Guru Tung Kuo naik keledai ke kotaraja Tiang An. Di hutan, saat mengasoh, muncul seekor serigala besar yang terluka. Keledainya ketakutan dan langsung kabur. > Serigala ceritanya bisa ngomong nih mengiba-iba memohon diselamatkan dari pemburu yang mengejar. Guru Tung Kuo mengosongkan karung buku-bukunya dan menyuruh serigala masuk ke dalamnya. > Ketika pemburu tiba dan bertanya padanya, Guru Tung Kuo hanya menggelengkan kepala. Sebaik pemburu berlalu, serigala yang dikeluarkan dari karung, menyeringai menunjukkan watak aslinya. Ia hendak menerkam Guru Tung Kuo untuk disantap. > Guru Tung Kuo menuduh serigala tidak adil dan mengajaknya meminta pendapat pihak lain. Pertama bertemu seekor kerbau tua. Demi mendengar cerita serigala, kerbau membenarkan, "Justru manusia yang tak tahu balas budi. Contohnya aku, waktu muda aku giat bekerja di sawah, setelah tua seperti sekarang ditelantarkan begitu saja. Jadi aku tak keberatan kalau kamu ingin menerkamnya." > Paling akhir bertemu Petani tua. "Sebelum memutuskan kamu boleh memakannya atau tidak, aku ingin tahu dari mula duduk kejadiannya. Coba ulangi lagi." > Serigala pun masuk lagi ke dalam karung. Segera Petani mengikat karung itu dan menghantamkan cangkulnya berkali-kali. Karuan serigala tewas! > > Keduam Dongeng Aesop Mengenai Skorpion. > Konon luapan air sungai yang banjir menggenangi bebatuan kediaman seekor kalajengking. Maka ia meminta seekor kodok besar untuk menggendongnya ke lahan kering di seberang. > "Maaf ya, aku tahu watakmu, kamu biasa memagut dengan ekormu yang berbisa itu," tolak si kodok. > "Tidak, tidak, percayalah padaku sekali ini saja, aku takkan memagutmu," berjanji si kala. > Maka si kodok menggendong si kala. Di tengah sungai si kala memagutkan ekornya ke tubuh kodok. Seketika tubuhnya lemas, menjelang tenggelam si kodok mengeluh, "Salahku sendiri kenapa percaya janji kalajengking, tapi aku ingin tahu kenapa kau masih juga memagutku hingga kita mati bersama?" > Sang kala menjawab seenaknya, "Memang sudah begitu kodratku, kalau tidak memagut namaku bukan si kalajengking!" > > Ketiga, Dongeng Lembu, Buaya, dan Kancil. > Dongeng dari Jawa, ada seekor lembu menolong seekor buaya yang tergencet batang pohon tumbang. Setelah susah payah batang pohon disingkirkan, lembu pun akan dimangsa buaya. > Mirip seperti kisah Guru Tung Kuo, lembu mengajak buaya meminta pendapat hewan-hewan lain. Semua membenarkan si buaya sampai yang terakhir si kancil cerdik. > "Ya, ya, buaya benar, tapi mari kita rekonstruksi dari awal, agar aku bisa memutuskan secara adil," ujar kancil. > Buaya pun kembali digencet dengan batang pohon tumbang. > "Ya, sudah, pergilah kau sekarang," anjur kancil pada lembu yang bengong, "Biarkan dia apa adanya ," > Ketiga kisah di atas merupakan tamsil belaka. Terpulang pada Anda sendiri untuk menafsirkannya. > Salam, > Yan. > > > > --------------------------------- > Do you Yahoo!? > New and Improved Yahoo! Mail - 1GB free storage! > ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital. http://us.click.yahoo.com/cRr2eB/lbOLAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/