dari sekian banyak kata - kata mutiara yang anda ungkapkan rasanya
klise dengan pembukaan kata-kata yang berbunyi , "pemahaman saya
mengenai falsafah bla bla bla jauh lebih luas"
jadi bagaimana bisa mendalami , kalau belum apa2 sudah memasang
pelampung di permukaan dan sibuk mengibarkan be
Limwiss yb,
memang satu keberuntungan memiliki orangtua yg arif dan bijaksana.
siapa yg gak mao?.emang gak mudah dapat memahami dan kemudian mampu
mengatasi orangtua macam gitu. bagaimanapun jasa orangtua tak
terhingga dan harus kita berusaha membalasnya. "ce en pao en".
Buddha : "Kattanyu, Katta
Om Tantono,
penghayatan saya mengenai falsafah "mikul dhuwur, mendhem jero" jauh
lebih luas. "kekurangan/kesalahan orangtua atau orangn yang lebih tua
kita 'pendhem'atau kira maafkan, kita maklumi, kebaikan/kelebihan
orangtua atau orang yg lebih tua HARUS kita ingat dan kenang ,kita
teladani,kita
Menurut saya tindakan Tjia Sun tidak ada hubungannya dengan maaf
memaafkan atau memberi muka. 3 kali pukulan itu untuk membalas jasa
sang suhu, kan suhunya pernah menolong Tjia Sun juga. Jadi supaya
hutang budi impas dulu, baru deh dimusnahkan ilmu silatnya.
Salam
--- In budaya_tionghua@yahoogrou