Bagi yang tertarik dengan sejarah, kali ini saya mau menyinggung
masalah subjektifitas sejarah. Singkatnya, kita mengetahui kejadian
masa lalu (sejarah) dari catatan, hikayat, maupun peninggalan sejarah. 

Namun sadarkah kita bahwa pengetahuan sejarah kita sebenarnya adalah
murni penafsiran ? Selama kita tidak mempunyai fasilitas untuk melihat
sendiri kejadian masa lalu (mungkin lewat mesin waktu), maka
penafsiran sejarah inilah yang kita bakukan menjadi "sejarah". Dalam
kenyataannya "sejarah" tidaklah selalu mencerminkan kejadian
sebenarnya. Sejarah tidak lepas dari kepentingan manusia sendiri. 

Begitu juga sejarah tionghua. Pepatah mengatakan "yang menang jadi
raja, yang kalah jadi anjing".

Salah satu contoh yang paling mengena adalah sejarah Sam Kok. Selain
hikayat Sam Kok yang dikumpulkan Luo Guanzhong dari legenda-legenda
rakyat, catatan sejarah Sam Kok (San Guo Zhi) karya Chen Sou sendiri
tidak lepas dari kepentingan pihak tertentu. San Guo Zhi dalam
perjalanan waktu kemudian diberikan catatan kaki oleh Pei Songzhi
beberapa abad kemudian dalam rangka "penyeimbangan" isi San Guo Zhi.
Karena catatan kaki inilah banyak ahli yang berpegangan bahwa San Guo
Zhi adalah sumber sejarah yang valid.

San Guo Zhi boleh valid, tapi apakah yang ada dalam San Guo Zhi itu
benar ? Belum tentu !

Di sinilah kaidah subjektifias sejarah berlaku. Berikut saya kutip
beberapa masalah subjektifitas sejarah Sam Kok:

"Bagi semua penguasa, para panglima mereka semuanya sekuat Lu Bu"
"Bagi Liu Bei, tidak ada satu pun kaisar yang benar-benar jahat, yang
ada adalah penjahatan terhadap kaisar tersebut dalam rangka legitimasi
naiknya penguasa/dinasti baru."

Jadi benarkah Lu Bu benar-benar kuat ? Dibandingkan dengan siapakah
kekuatan Lu Bu itu ? Apakah yang diutarakan Liu Bei (dalam contoh di
atas) itu salah ?

Sejarah Sam Kok mencatat bahwa sampai dengan masa Jin barat, dinasti
Sima berkepentingan mengusung bahwa pihak Cao Cao adalah pihak yang
paling berhak mewarisi kekuasaan dinasti Han dalam rangka legitimasi
keturunan Sima berhak menggantikan Cao. Konsep ini baru bergeser
setelah keturunan Sima saling berperang satu sama lain. Lambat laun
rakyat jelata memihak ke pihak yang kalah dan paling lemah dalam
sejarah Sam Kok yaitu pihak Liu Bei.

Ini baru sejarah Sam Kok, bagaimana dengan sejarah lainnya. Seperti
benarkah ada kolam anggur dan panggangan manusia tembaga ? Benarkah
raja terakhir Shang itu kejam sekali ? Atau apakah ini hanya
pembenaran bagi dinasti Zhou ?

Bagi kalangan Ru (dalam hal ini termasuk saya), belajar sejarah adalah
agar bisa membedakan mana yang baik dan mana yang salah. Tujuan
utamanya bukanlah mencari tahu kejadian yang sebenar-benarnya. 

Apakah pandangan filosofis ini mendasari banyaknya kerancuan sejarah
dalam budaya tionghua ?

Hormat saya,

Yongde

Reply via email to