Sudah makan?

Beberapa rekan di milis ini menggunakan sapan "sudah makan belum?" 
dalam emailnya, dan hal ini menggugah saya untuk berbagi arti dari 
sapaan ini. 
Ketika remaja saya tinggal di kota Pontianak di dalam sebuah gang, 
rumah kontrakan keluarga saya yang reot berhadapan dengan pintu 
belakang rumah tetangga di mana seorang 'encim'=tante tinggal bersama 
anak, menantu dan cucu-cucunya. Setiap kali saya keluar dan 
berpapasan dengan encim ini beliau selalu menyapa: "Sudah makan 
belum?" Waktu itu saya merasa sangat aneh, masa jam 6 pagi saya sudah 
makan? Masa jam 9 pagi saya belum makan, masak jam 14 saya belum 
makan dan jam 8 malam?
Perlu diketahui bahwa saya dibesarkan dalam budaya Tionghoa yang 
kental, tetapi saya tidak pernah bertanya atau berpikir apa gerangan 
artinya sapaan itu. Setelah dewasa dan banyak membaca akhirnya saya 
menyadari betapa bermaknanya sapaan ini. 
Di zaman dahulu ketika transportasi masih sulit sehingga untuk 
berpindah dari satu tempat ke tempat lain orang memerlukan waktu 
lama. Di samping itu rumah makan mungkin tidak mudah ditemui di 
tengah perjalanan, sehingga jika tamu tiba di tempat kita, pasti yang 
pertama-tama diperhatikan adalah kesejahteraannya yang paling basis, 
makan! Maka tuan rumah yang baik dan penuh perhatian akan bertanya: 
Sudah makan belum? Pertanyaan ini bukan sekedar basa-basi, kalau si 
tamu/pengunjung belum makan, maka ia akan segera diberi makan hingga 
kenyang. 
Di samping itu, orang Tionghoa juga dikenal sangat memperhatikan 
urusan perut. Karena itu jika seseorang bertemu dengan teman atau 
kerabatnya, ia akan menunjukkan perhatian dengan menanyakan apakah 
temannya sudah makan atau belum. Bukankah hantu-hantu kelaparan pun 
kita beri makan setahun sekali pada tanggal 7 bulan ke-7? Apalagi 
kerabat kita! 
Sapaaan ini sudah semakin jarang digunakan, namun prakteknya masih 
sangat kental. Jika kita berkunjung ke RRC/Hong Kong/Taiwan, maka 
tidak mungkin tidak kita akan diajak ke restoran untuk makan. Ketika 
kita berkenalan dengan seseorang dan sebelum berpisah, orang tersebut 
akan berkata:"Senang berkenalan dengan Anda, bagaimana kalau kita 
kapan-kapan dim-sum (nyam cha) bersama?" 
Jadi, saya kira sapaan yang sangat ramah dan penuh perhatiaan ini 
kalau diucapkan pada waktu yang tepat sangat menyentuh hati. Sudah 
makan belum?
Ernest J. K. Wen

Reply via email to