Salam kenal buat para miliser yang sedang memperdebatkan pendeta
kristen yang melecehkan budaya Tionghua,
Saya sangat menghormati budaya Tionghua walaupun saya tidak beragama
Budha atau Konghucu, saya pernah berpikir kalo semua anak muda
Tionghua di tempat saya beralih semua ke Kristen akan bagaimana dengan
nasib kelenteng/vihara karena selama ini kebanyakan orang-orang yang
sudah tua saja yang terlibat. Karena ini sudah terbukti di kota Kupang
Nusa Tenggara Timur (tempat saya bekerja) kelentengnya sudah 'tutup",
patung-patungnya sudah ditutupin kain putih, meja altarnya sudah
bersih...saya tanya ke masyarakat sekitar kelenteng yang juga orang
Tionghua katanya sudah tidak ada pemeluknya lagi...lucu dan tragis.
Saya percaya para leluhur orang Tionghua bila memasuki suatu
kota/wilayah pasti membangun kelenteng untuk tempat ibadah dan itu
pasti dengan perhitungan fengsui..Mengapa itu bisa terjadi? ataukah
hal seperti itu sudah terjadi di tempat lainnya? Untuk para sesepuh
dan "penyangga" budaya Tionghua ini mungkin menjadi masukan dan bahan
renungan buat kita semua yang merasa dalam tubuhnya mengalir darah
Tionghua. Apa yang salah???

Salam,

Kirim email ke