Nunut komentar dikit, trus mundur lagi ikut mencermati saja.
Kalau sudah masuk ke tafsir budaya Arab harus berhati2 bgt, mempertimbangkan 
konteks jaman itu dimana peradaban pikir (logika) mrk sangat mengejutkan 
jangkauannya. Ditulis jaman dulu, oleh orang-orang yang filsafat & sainsnya 
bertahan sampai sekarang. Oleh orang-orang yang sudah bisa melakukan operasi 
katarak, dg teknologi yang ada saat itu.
Apalagi sastra Arab, khususnya Bahasa Alquran, yang sangat puitis.
Seharusnya tidak diterjemahkan lugas.

Salam,

Chen Gui Xin


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Akhmad Bukhari Saleh" <absa...@...> 
wrote:
>
> ----- Original Message ----- 
> From: younginheart5000 
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
> Sent: Wednesday, December 16, 2009 6:46 PM
> Subject: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?
> 
> > Rasulullah Muhammad saja menghimbau
> > pengikutnya untuk belajar sampai ke Tiongkok
> 
> ---------------------------------------
> 
> Kalimat "Tuntutlah ilmu, walaupun sampai ke negeri Cina" bukanlah himbauan 
> atau ucapan Muhammad, melainkan sebenarnya suatu proverb budaya Arab.
> 
> Ucapan-ucapan Muhammad, bahkan tindak-tanduk non-verbal-nya pun, mempunyai 
> arti penting dalam agama Islam, karena dapat ("dapat", tidak "selalu") 
> menjadi penjelasan untuk pelaksanaan praktek dari ayat-ayat Al Quran.
> 
> Karena itu di lingkungan Islam ada ilmu hadits, ilmu yang secara komprehensif 
> membahas ucapan dan tindakan Muhammad.
> Yaitu untuk mengklasifikasikan mana ucapannya yang merupakan penjelasan atas 
> Al Quran, mana yang bersangkutan dengan Islam secara umum sebagai perintah, 
> himbauan maupun larangan, mana yang cuma ucapan sehari-hari biasa saja, mana 
> yang cuma lelucon dia atau ucapan waktu dia lagi marah saja, dsb.
> 
> Dan ada uraian yang panjang lebar dalam ilmu hadits yang secara kategoris 
> membantah bahwa "Tuntutlah ilmu, walaupun sampai ke negeri Cina" merupakan 
> ucapan Muhammad sendiri.
> Argumen yang mengatakan ini ucapan Muhammad klasifikasinya "dhaif" (lemah), 
> atau "dhaif jiddan" (lemah sekali), atau bahkan "batil" (tidak berdasar).
> 
> Tentu membuang-buang bandwith budaya tionghoa kalau uraian itu saya cantumkan 
> di sini, namun secara singkat dapat disebutkan bahwa argumen yang kuat untuk 
> membantah bahwa itu ucapan Muhammad adalah keterbatasan pengetahuan umum 
> seorang Muhammad pada waktu itu, sehingga dia tahu pun tidak bahwa ada sebuah 
> negeri jauh yang bernama Cina. Karenanya tidak mungkin dia mengucapkan 
> kalimat itu.
> 
> Tetapi Muhammad memang banyak bicara tentang kewajiban untuk belajar secara 
> sungguh-sungguh serta dengan pengorbanan pribadi yang maksimal demi mendapat 
> ilmu.
> Bahkan dia mengatakan keharusan untuk belajar secara all-out itu merupakan 
> perintah Tuhan dalam Al Quran.
> 
> Ucapan-ucapannya untuk belajar secara all-out inilah yang lalu berkembang 
> menjadi proverb budaya Arab "Tuntutlah ilmu, walaupun sampai ke negeri Cina" 
> tersebut.
> 
> Di jaman itu, ketika Amerika belum 'diketemukan' dan Eropa dalam jaman Dark 
> Ages, bagi budaya Arab hanya terdapat komparasi dengan budaya-budaya tinggi 
> di Mesir, di India yang jaraknya lebih jauh, dan di Cina yang paling jauh 
> jaraknya dari negeri Arab.
> Maka itu ukuran untuk "all-out" bagi budaya Arab jaman itu, dalam konteks 
> menuntut ilmu, adalah "walaupun sampai ke negeri Cina".
> 
> Baru kemudian, sementara tokoh ilmuwan Arab, untuk menambah wibawa dan 
> otoritas proverb tersebut, mengatakan bahwa itu adalah ucapan Muhammad.
> Tetapi ada analisis yang komprehensif yang membuktikan bahwa klaim tersebut 
> (bahwa itu adalah ucapan Muhammad) merupakan klaim yang dhaief, dhaief 
> jiddan, atau batil.
> 
> Uraian saya ini mungkin terlalu panjang bagi suatu milis budaya tionghoa.
> Tetapi kalau mau lebih 'nyangkut' lagi dengan milis ini, tanpa mau ikut ribut 
> soal kata "cina", bisa saya sampaikan bahwa kelihatannya dalam pembahasan 
> ilmu hadits tentang apakah kalimat itu ucapan Muhammad atau bukan, selalu 
> dipakai kata "Cina", bukan "Tiongkok".
> 
> Mungkin karena waktu itu kata "Tiongkok" belum dikenal di budaya Arab.
> Atau mungkin juga karena memang dengan memakai kata "Cina"-lah orang Arab 
> menyebut Negeri Tengah (Tionggoan).
> 
> Wasalam.
> 
> ==========================
> 
> ----- Original Message ----- 
> From: younginheart5000 
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
> Sent: Wednesday, December 16, 2009 6:46 PM
> Subject: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?
>  
> Mungkin bagus, kalau anda lebih memperbanayak membaca Asian literature & 
> philosphy..
> 
> Rasulullah Muhammad saja menghimbau pengikutnya untuk belajar sampai ke 
> Tiongkok.
> 
> By the way ada kata bijaksana dalam bahasa Latin: "Ex Oriente Lux", 
> Penerangan (pencerahan) datang dari Timur..
> 
> So sis... go east!
> 
> -------------------------------------------
> 
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, alda agustine <mydiary_77@> wrote:
> >
> > Fy Zhou, makasih tanggapannya. Saya baru kali ini denger kalimat dari 
> > Confusius itu. Dapet dari mana sih? Mau dong referensinya. Thanks.
>


Kirim email ke