Yth Pak Akhmad Bukhari Saleh y.b.,
Terima kasih untuk bahasannya. Tapi agaknya lebih bermanfaat untuk positip thinking. Kalau kita berkirim surat ke Pusat Bahasa dengan usulan memasukan lata Tionghoa dan Tiongkok tidak ada salahnya mencoba. Belum tentu juga akan ada yang memprotes. Kecuali mungkin arwah eyang Harto dan arwah KOTI dulu yang tahun 1970 mengeluarkan surat instruksi kata Cina yang akan berkeberatan dan membela diri . . .. . Bagaimana kalau semua rekan milis mengirim sepucuk surat dengan usulan agar pada edisi berikut disisipkan kata- kata tsb. Tolong alamat lengkapnya Pak kalau ada . Hatur nuhun pisan ti payeun Pak. Salam earta, Sugiri. From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:budaya_tiong...@yahoogroups.com] On Behalf Of Akhmad Bukhari Saleh Sent: Friday, February 19, 2010 12:49 AM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA. 4/e. pusat bahasa. 2008 . pro Pak Akhmad Bukhari Saleh Pusat Bahasa di Rawamangun. Tetapi membahas kelemahan KBBI adalah never ending story. Ada ribuan kritik mengenai KBBI. Dari segi ilmu perkamusan saja, kalau misalnya kita lihat ke lema (entry) "kualitas" di KBBI, di mana di situ disebut bahwa "kualitas" ="mutu", maka sebagai kamus yang mau disebut sebagai memenuhi standar, secara 'otomatis' ada lema "mutu" di mana disebut bahwa "mutu" = "kualitas Tetapi anehnya dalam lema "Cina" di KBBI, di situ disebut bahwa "Cina" = "Tiongkok" dan "orang Cina" = "Tionghoa", sehingga seharusnya otomatis di kamus yang sama harus ada juga lema "Tiongkok" dan lema "Tionghoa", tetapi ternyata tidak. Tetapi karena seperti saya katakan di atas, ada ribuan kritik orang terhadap KBBI, maka kalau kita protes ke Pusat Bahasa, response-nya akan makan waktu bertahun-tahun... Apalagi kalau karena diprotes lalu mengikut ilmu perkamusan lantas Pusat Bahasa menambahkan lema "Tiongkok" dengan menyebut "Tiongkok" = "Cina", dan ada orang yang meributkannya lagi, ya tentu saja Pusat Bahasa akan memilih untuk biar saja seperti sekarang, daripada repot. Wasalam. ======================== ----- Original Message ----- From: ibcindon <mailto:ibcin...@rad.net.id> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Thursday, February 18, 2010 12:53 PM Subject: [budaya_tionghua] KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA. 4/e. pusat bahasa. 2008 . pro Pak Akhmad Bukhari Saleh Rekan rekan yang berdomisili di Jakarta, Barangkali tahu alamat Pusat Bahasa Depdiknas ? Agaknya , kalau tidak salah bersamaan dengan tempat BALAI PUSTAKA di jl Gunung Sahari ????????????? Barngkali saja yth Pak Akhmad Bukhari Saleh, yang sering mengamati persilatan bahasa .. agaknya bisa membantu . ?? Terima kasih sebelumnya . From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:budaya_tiong...@yahoogroups.com] On Behalf Of ibcindon Sent: Tuesday, February 16, 2010 9:36 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA. 4/e. pusat bahasa. 2008 [1 Attachment] Di dalam buku KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA , 4/E. PUSAT BAHASA, DEPDIKNAS. PT GPU. 2008. Memang tidak tercantum kata : "Tionghoa" atau pun "Tiongkok" Yang ada ya hanya kata " CINA ", dengan bentukan kata majemuk : cina buta, cina kolong, cina perantauan, mencina. Ada juga peranakan, babah, baba. Buku kamus dari Pusat Bahasa ini merupakan acuan resmi dan baku bagi perbendaharaan kosa kata nasional, Indonesia. Untuk berbahasa Indonesia yang benar dan baik, tepat. Selama kata "Tionghoa" dan "Tiongkok" tidak tercantum didalamnya, selalu akan timbul ambigue, atau malah terjadi preferensi pemakaian kata "Cina". Terjadi lagalisasi pemakaian kata tsb. Mungkin jalan terbaik agar kata Tionghoa dan Tiongkok dapat kembali masuk dalam kosa kata nasional yang baik dan tepat, haruslah diusahakan menghubungi lembaga Pusat Bahasa Depdiknas agar diusulkan pada edisi berikutnya dimasukan dimasukan kedua kata tsb. Tentunya disertai alasan dan penjelasan lengkap. Sebaiknya oleh ahli bahasa. Selama ini tidak terlaksana, keluhan hanya akan berupu gerutuan yang tidak pernah ada perbaikan.