Bung BH Jo 

 

Kenapa musti merasa inferior dengan bangsa manapun hanya karena anda
indo+tionghoa?

Kurikulum pendidikan di Indonesia tidak efisien. Siswa disuruh belajar
hal-hal tidak praktis , menghapal mahluk2 yang bahkan tidak pernah diliat.
Alhasil yah lupa lagi....akan tetapi soal kemampuan pelajar2 indonesia , itu
sudah terbukti toh...sanggup bersaing dengan bangsa mana saja..

Kalau tidak , anda atau pelajar Indonesia lain yang ke luar negri gak bakal
diterima tuh, jelas khan?

 

Kembali ke inferioritas 

Dengan berbagai pencapaian bangsa tiongkok di masa lalu , yah kita patut
mensyukuri karena leluhur telah mencapai suatu titik yang menunjukkan adanya
kemampuan, adanya potensi. Tetapi maksud saya , jangan jadikan kejayaan masa
lampau menjadi alasan untuk menghibur diri dan menyalahkan keadaan (rejim
orde baru) atau menyalahkan pihak lain yang "mencolong" (jepang dan barat). 

 

Sudah jelas kebudayaan tiongkok(atau India) sudah bertahan ribuan tahun,
sementara kebudayaan Yunani hilang dan menjadi dasar dari kebudayaan barat. 

Perbedaannya di situ. Saya setuju dengan tulisan2 henyung yang lebih
netral...

 

Lagipula Tiongkok telah mencapai tahapan yang tinggi dalam segala bidang,
hanya tinggal menunggu waktu untuk kembali bersinar.

Antariksa pun sudah digapai , Olimpiade pun bakal digelar , lengkap dengan
landmark2 arsitektur modern kelas dunia. 

 

 

Robby Wirdja

 

 

From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of B.H. Jo
Sent: Sunday, December 16, 2007 9:58 AM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Re: Bangsa "Tiong-hoa" menemukan apa saja?

 

Setelah lulus SMA, saya belajar disatu negara yg. termaju di Eropa 
yaitu di Jerman Barat. Tentu saya merasa inferior melihat kemajuan 
dan kultur dari Jerman kalau dibanding dgn. Indonesia. Malahan tidak 
sedikit orang Jerman yg. tidak mengetahui dimana dan apa Indonesia 
pd. waktu itu. Tetapi hampir semua orang Jerman mengetahui China 
karena sedikitmya karena kultur dan kemajuan "kuno"nya yg. tinggi. 
Dan juga pada waktu itu, ada golongan mahasiswa kiri yg. beraliran 
idiology dari Mao (mengagumi Mao). Di-universitas2 di Jerman, 
mahasiwa bisa mengambil/belajar fak "Sinology" (ilmu ttg. Chinese 
history, culture, language, literature). Dgn. fakta2 tsb. diatas 
sedikitnya secara psikologis kemudian membuat saya (sebagai Chinese 
decent) menjadi tidak inferior thd. orang2 Jerman dan bisa ikut 
bersaing dibidang yg. saya pelajari waktu itu. Dan sekarang juga 
secara psikologis membuat saya bisa bisa survive dan bersaing di 
North America. 

Karena Sinology dipelajari di-institusi2 akademik dan stategis di-
negara2 Barat, saya kira kita tidak perlu berasa malu kalau dituduh 
mempunyai "syndrome inferioritas".

Kalau Prime Minister dari Australia yg. sekarang ini dan keluarganya 
saja adalah pengagum dari China dan malahan dia bisa berbicara 
Mandarin (yg. saya tidak kuasai) yg. lancar seperti di-vodeo dibawah 
ini, kita tidak perlu malu utk. membicarakan tentang kemajuan China 
dimasa yg. lalu.

http://www.usj.com.my/bulletin/upload/showthread.php?threadid=20749

Quote:
His Mandarin Chinese is better than most Malaysian Chinese,he also 
interest in Chinese culture and history,his sinology is such nice.His 
son-in-law is a Hongkong Chinese migrate to australia,he son is 
studying in Fudan University China,his youngest son also studying 
Chinese now,Kevin Rudd as a fisrt leaders whom can speak Chinese,it 
shows,the more importance of Chinese/China in futur. 

BH Jo

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com
<mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com> , "Dada" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Ini yang saya sebut menghibur diri , syndrome inferioritas dan 
serta merta
> menggali kejayaan masa lampau , sementara bangsa lain tidak ambil 
pusing
> dengan "trophy2" usang yang kita sajikan. 
> 
> Apa sekiranya orang merogoh kertas dengan serta merta akan teringat 
akan
> Tsai Lun, atau sekiranya Gutenberg ? Nope ? Emang Dia Pikirin?
> 
> Sama seperti seorang yang membanggakan rapor taman kanak2 - kanak ,
> sementara orang lain sudah entah kemana , hidup dalam tatanan dunia 
baru.
> 
> Menjadi yang terdahulu tidak berarti apa - apa jika di garis finish
> tertinggal di belakang karena kehabisan stamina , karena sibuk
> gontok-gontokan perang saudara? 
> 
> 
> 
> Sementara barat yg dikatakan mencolong, apakah akan ambil pusing? 
Nope?
> Emang mereka pikirin?
> 
> Mending kanak2 jadi preman , dewasa jadi insinyur . hehehehe
> 
> 
> 
> Daripada sibuk berkeluh kesah. Lebih baik menciptakan inovasi - 
inovasi baru
> , dan buatlah bangsa lain melihat tiongkok sebagai mercusuar dunia. 
> 
> Tidak perlu repot2 menciptakan high culture , itu yang tahu hanya 
segelintir
> orang , ciptakan teknologi tinggi boleh ditambah pop culture. Hal 
ini akan
> menjangkau lebih banyak lagi.
> 
> 
> 
> Contoh sederhana , permainan console Dinasty Warrior , saya 
perhatikan di
> internet , cukup menggugah rasa ingin tahu dari seluruh dunia untuk 
lebih
> mengetahui tentang SAM KOK. Itu dari contoh2 sederhana. Ironisnya 
permainan
> ini menggunakan produk Jepang, Lagi2 kita kecolongan hehehehe
> 
> 
> 
> Robby Wirdja
> 
> 

 



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke