Quote: ".. Suatu hari pada 1995, ketika Mahfud menjadi Pembantu Rektor Universitas Islam Indonesia dan Yudhoyono menjadi Komandan Korem di Yogyakarta, berlangsung diskusi mengenai hal-hal sensitif yang dari situ Mahfud mendapat kesan bahwa Yudhoyono bukan perwira kebanyakan. Ia senang mengakrabi kampus dan berdiskusi dengan menanggalkan kultur monolog militer. .."
Inikah salah satu 'alasan' mengapa Ketua MK sebelumnya diganti (dengan yang lebih 'bersahabat'.. bagai kepompong)? :-p CMIIW.. -- Wassalam, Irwan.K ---------- Pesan terusan ---------- Dari: korandigital <korandigi...@gmail.com> Tanggal: 13 Juli 2009 08:10 Subjek: [Koran-Digital] Ketika Presiden Menelepon Ketua MK Ke: "koran-digi...@googlegroups.com" <koran-digi...@googlegroups.com> Ketika Presiden Menelepon Ketua MK Monday, 13 July 2009 Senin (6/7) lalu,beberapa jam setelah Mahkamah Konstitusi (MK) memutus pembolehan KTP untuk mencontreng dalam pilpres pada jumpa pers di Cikeas,SBY menyatakan telah menelepon Ketua MK. Banyak pers yang menanyakan isi dan relevansi telepon tersebut.Berikut jawaban Ketua MK Mahfud MD kepada harian Seputar Indonesia. Benarkah SBY menelepon Anda? Benar, seperti yang SBY sampaikan dalam jumpa pers di Cikeas itu. Presiden menelepon saya, tetapi saya sempat menunda untuk menerimanya. Maksudnya? Begitu selesai wawancara dengan sebuah stasiun televisi, HP saya berdering. Saya lihat ada call dari Presiden (SBY). Saya jawab dengan pesan pendek bahwa saya sedang wawancara, nanti saya telepon balik. Sebenarnya waktu itu saya bisa langsung menerima karena wawancara dengan televisi tersebut sudah selesai. Mengapa tak langsung diterima? Feeling saya mengatakan bahwa ini ada kaitannya dengan putusan MK tentang penggunaan KTP. Sebab, putusan itu menjadi ledakan berita sore itu. Semula, saya menduga SBY tak happy dengan vonis tersebut karena pilpres tinggal satu setengah hari lagi. Maka, saya harus menyiapkan jawaban yang pas sehingga perlu menunda beberapa saat untuk berbicara dengan Presiden. Saat itu Anda khawatir disalahkan? Tidak juga, tapi saya memang harus siap menjawab kalau SBY complain. Sebab, sebelumnya ada yang mengopinikan kekisruhan DPT dan hilangnya hak pilih karena permainan pemerintahan SBY yang juga menjadi capres.Saya menyiapkan jawaban untuk melawannya berdebat jika SBY bertendensi mempersoalkan putusan MK. Sesudah itu, Anda kontak balik? Ya. Tak seperti biasanya, SBY memulai dengan sapaan, ”Kepala Negara di sini, ingin bicara dengan Ketua MK.”Biasanya kalau berteleponan dengan saya,dia bilang,”SBY di sini,apa kabar Pak Mahfud.” Apa yang dikatakan SBY ketika itu? Dia menyatakan Kepala Negara ingin mendengar langsung dari Ketua MK tentang vonis KTP agar dapat merespons secara tepat.Saya jawab dengan sejelas-jelasnya. Ternyata, SBY gembira dan sangat mendukung vonis MK.Katanya, ini jalan keluar yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’alaa. Maksudnya? SBY bilang dirinya sebagai Presiden sudah lama ingin melakukan terobosan untuk membolehkan penggunaan KTP guna menyelesaikan kemelut DPT, tetapi hal itu sulit dilakukan karena menyangkut wewenang KPU,dan dia (SBY) tak mau dituduh mengintervensi KPU. KPU sendiri tak bisa membolehkan pakai KTP sebab DPT itu perintah UU. Mengapa Presiden tak menerobos dengan membuat perpu? Presiden tak mengeluarkan perpu karena kalau setelah pemilu perpu itu ditolak oleh DPR, keadaan bisa runyam.Keabsahan pilpres bisa dipersoalkan. Kata SBY, vonis MK itu sangat tepat dan cerdas, memberi jalan keluar kepada semuanya secara elegan. Menurut Anda, vonis MK tentang KTP memang jalan keluar yang tepat? Ya, bayangkan. Pertemuan capres- cawapres Mega-Pro dan JKWin dengan Ketua PP Muhammadiyah minggu malam diberitakan menyinggung kemungkinan penundaan pemilu, bahkan boikot dan pengunduran diri dari pencalonan. Memang, KPU bisa bersikeras bahwa sesuai dengan UU Pemilu terus jalan meski kedua pasangan memboikot atau mundur. Tetapi kalau begitu, tentu akan terjadi mala petaka politik, sebab bisa saja yang terpilih mendapat legalitas-yuridis tetapi tidak punya legitimasi-politik. Kalau itu terjadi, kacau balau, bisa ada krisis politik. Makanya, MK membuat vonis yang tak bisa dipersoalkan kekuatan hukumnya. Apakah selama ini SBY sering menelepon Anda? Memang, tapi sama sekali tak pernah bertanya tentang perkara atau mempersoalkan vonis MK. Jauh sebelum saya masuk ke MK, adakalanya dia menelepon saya meski hanya untuk mengucapkan selamat,misalnya selamat hari raya atau selamat atas tugas baru.Kami kan pernah satu tim, saat pemerintahan Presiden Gus Dur sehingga silaturahmi tak pernah putus. Benar SBY tak pernah intervensi ke MK? Sama sekali tak pernah.Ketika MK memutus Pilgub Jatim harus diulang di Madura, SBY langsung menenangkan situasi, memerintahkan agar putusan MK ditaati, padahal semua tahu yang dikalahkan oleh MK saat itu adalah pasangan Karsa yang didukung oleh SBY. MK pun takkan pernah mau diintervensi oleh siapa pun. Soal hasil pemilu legislatif bagaimana? Pada sengketa Pemilu Legislatif 2009 ini, vonis MK menyangkut penghitungan sisa suara tahap ketiga menyebabkan Partai Demokrat kehilangan satu kursi di DPR.Ada 36 kasus di berbagai daerah yang diperkarakan oleh Partai Demokrat, tetapi semua ditolak oleh MK.Sementara banyak partai lain yang perkaranya menang di MK.Meski demikian, SBY tak pernah mempersoalkan, bahkan menyatakan menerima.(*) http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/254294/ Pada 28 Juli 2009 15:18, Agus Hamonangan <agushamonan...@yahoo.co.id>menulis: > > > > http://oase.kompas.com/read/xml/2009/07/28/14514070/Energi.Positif..Puja-puji.Untuk.SBY > > KOMPAS.com — Buku Energi Positif; Opini 100 Tokoh mengenai Indonesia di Era > SBY mungkin bisa menjadi penerang mengapa Susilo Bambang Yudhoyono mendapat > tempat istimewa pada bagian terbesar rakyat negeri ini sehingga terpilih > lagi menjadi Presiden Republik Indonesia. > > Kendati bercerita tentang Indonesia dalam lima tahun terakhir, buku ini > lebih merupakan public relations dan marketisasi politik dari hal-hal > positif tentang Yudhoyono, sekaligus sanggahan terhadap suara miring > terhadapnya, termasuk klaim lamban mengambil keputusan. > > Tokoh-tokoh nasional dan internasional dalam buku ini—dari vokalis Andra > and the Backbone, Dedy Lisan, dan petinju Chris John sampai kolumnis > Australia, Greg Sheridan, dan pengarang A Nation in Waiting, Adam > Schwarz—seakan berlomba mematahkan kritik-kritik terhadap Yudhoyono. > > Mereka menilai Yudhoyono sebagai manusia yang terencana, sistemik saat > memandang persoalan, optimistis, bertindak sistematis, santun, perlahan > tetapi pasti, intelek, humanis, tidak sektarian, mendengar dulu sebelum > bertindak. > > Bagi yang mengkhawatirkan Yudhoyono akan mendikte perdebatan publik, Mahfud > MD yang sekarang mengetuai Mahkamah Konstitusi melukiskan Yudhoyono sebagai > orang yang tidak alergi dengan perbedaan pendapat. > > Suatu hari pada 1995, ketika Mahfud menjadi Pembantu Rektor Universitas > Islam Indonesia dan Yudhoyono menjadi Komandan Korem di Yogyakarta, > berlangsung diskusi mengenai hal-hal sensitif yang dari situ Mahfud mendapat > kesan bahwa Yudhoyono bukan perwira kebanyakan. Ia senang mengakrabi kampus > dan berdiskusi dengan menanggalkan kultur monolog militer. >