http://www.tribun-timur.com/view.php?id=57713

Kamis, 27-12-2007 


71 Tewas Tertimbun Longsor di Jateng



Karanganyar, Tribun - Sedikitnya 71 orang dilaporkan tewas akibat bencana alam 
tanah longsor dan banjir yang melanda di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, 
Rabu (26/12). Tanah di kawasan perbukitan itu tiba-tiba amblas setelah diguyur 
hujan lebat semalaman. Korban tewas tersebar di sembilan lokasi. Hingga dini 
hari tadi, tim SAR masih melakukan upaya evakuasi terhadap puluhan korban. 
Diperkirakan masih ada 40 orang masih tertimbun. 

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) langsung memerintahkan Menteri Dalam 
Negeri (Mendagri) Mardiyanto sebagai koordinator bencana yang tercatat terburuk 
yang pernah melanda Jateng ini.
 
Dari lokasi, tim SAR dibantu aparat kepolisian, TNI, dan warga masih mencari 
korban. 
Hingga sore kemarin, petugas menemukan korban di sembilan lokasi, antara lain 
di di Jatiyoso 10 orang, Tawangmangu (37), Ngargoyoso (dua), Kerjo (lima), 
Jenawi (tiga), Jumapolo (delapan). Dalam evakuasi korban di Dukuh Ledoksari, 
Tawangmangu, dari 37 orang yang dinyatakan meninggal sampai pukul 17.00 WIB 
baru ditemukan lima orang. Evakuasi para korban dari longsoran Bukit Kempong 
yang menimpa 17 rumah itu sampai pukul 17.00 WIB masih terus berjalan, 
dilakukan secara manual oleh para anggota TNI, Polri, Brimob yang dibantu 
masyarakat setempat.
 
Pangdam IV Diponegoro Mayjen TNi Agus Suyitno mengatakan, pihaknya siap 
membantu dan apabila masih kurang tenaga akan menambahnya lagi. Evakuasi korban 
tanah longsor di daerah tersebut tidak bisa dilakukan dengan alat berat karena 
medannya sangat sulit dilalui. "Medan di sini sangat berat dan sampai sekarang 
ini masih terus dipikirkan untuk mendatangkan alat-alat berat," katanya. 

Atmo Suwito (70) ayah korban bencana alam yang meninggal dunia, Sri Lestari, 
mengatakan kejadian tanah longsor di daerahnya baru kali ini terjadi. "Saya 
tinggal di kampung ini sejak kecil, dan ada peristiwa tanah longsor sampai 
meminta korban meninggal dunia sebanyak 37 orang baru kali ini," ujarnya. 

Bukit Longsor 

Informasi yang dihimpun Tribun menyebutkan, Bukit Kempong di Desa Tawangmangu 
longsor setelah diguyur hujan sejak Selasa (25/12) sore sampai Rabu (26/12) 
pagi. Pada Selasa (25/12) tengah malam, longsor sebenarnya sudah terjadi tetapi 
hanya sedikit dan saat itu juga warga langsung kerjabakti untuk membersihkan 
reruntuhan tanah, bahkan mereka sempat istirahat sambil minum teh panas. 

Akan tetapi, dini hari sekitar pukul 03.30 WIB (Rabu) atau tidak lama setelah 
sebagian pulang, tiba-tiba listrik padam bukit itu longsor menimbun rumah-rumah 
penduduk. "Saya waktu itu pulang duluan bersama anak saya, tetapi baru masuk 
rumah ada berita bukit tersebut longsor menimbun 17 rumah itu," kata Atmo. 
"Anak saya yang meninggal Sri Lestari dan cucu saya Putri sudah ditemukan dan 
telah dikubur, tetapi Paidi (40) belum ditemukan, dan sekarang masih dicari 
dibantu oleh bapak-bapak TNI dan Polri itu," katanya. 

Petaka Usai Pesta Campursari 
KARANGANYAR menangis. Sedikitnya, 71 warga Karanganyar yang tinggal di kaki 
Gunung Lawu, tewas tertimbun longsoran tanah. Tragisnya, tangisan itu pecah 
ketika kabupaten yang terletak di sebelah timur Kota Surakarta (Solo) ini baru 
saja menggelar hajat akbar untuk memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia 
(Muri). 

Hajatan itu adalah pagelaran musik campursari nonstop selama 33 jam, 33 menit, 
dan 33 detik yang berlangsung sejak Minggu siang (23/12) hingga Senin malam 
(24/12). Pagelaran campursari nonstop yang digelar di Taman Pancasila, 
persisnya di depan pendopo atau kantor bupati, berlangsung semarak. 

Warga Karanganyar benar-benar berpesta lantaran pagelaran campursari tersebut 
diikuti oleh 22 grup campursari dan 170 penyanyi yang berasal dari Jawa Tengah 
tampil secara bergantian. Artis campursari papan atas seperti Didi Kempot, Cak 
Diqin, hingga pelawak Yati Pesek turut memeriahkan acara.
 
Saat pembukaan dua musisi nasional yakni Tito Sumarsono dan James F Sundah juga 
hadir. Banyaknya artis campursari yang hadir lantaran Bupati Karanganyar Rina 
Iriani Sri Ratnaningsih hobi bernyanyi. Berulang kali ia tampil berduet dengan 
Didi Kempot. Bahkan, Rina dan Didi Kempot sudah membuat album sendiri. 

Hujan Hilang 
Saat wartawan Persda Network tiba di Karanganyar pada 19 Desember lalu, hujan 
selalu mengguyur daerah yang terkenal sebagai sentral bunga anthurium itu. 
Rintik air hujan berulang kali mengguyur kabupaten yang berada di lereng Gunung 
Lawu. Hingga 22 Desember, hujan deras masih mengguyur dalam waktu pendek namun 
berulang kali. Namun sejak acara campursari nonstop digelar pada hari Minggu 
tanggal 23 Desember, mendung yang mengelayut sejak beberapa hari tiba-tiba 
hilang. 

Sinar matahari menjadi terik. Dan ketika mendung mulai menumpuk lagi, tak 
berapa lama kumpulan awan tersebut sirna. Sehingga, pagelaran campursari 
nonstop berlangsung meriah. Panggung luas dan rumah tenda yang disediakan 
panitia, sama sekali tidak tersentuh air hujan. 
Walhasil, dari pagi hingga malam warga Karanganyar puas menyaksikan artis 
campursari papan atas di Jawa Tengah mengumandangkan lagu-lagu ngetop yang 
digandrungi suku Jawa. 
Pusat Kota Karanganyar yang biasanya sudah lengang ketika jarum jam menunjukkan 
pukul 20.00 WIB, semakin ramai. 

Maklum, Karanganyar adalah kabupaten yang tidak bisa dilewati bus antarprovinsi 
dari Solo menuju Jawa Timur lantaran sulitnya medan untuk menembus Gunung Lawu. 
Para pedagang kaki lima yang biasanya sepi pembeli, selama dua hari tersebut 
panen rezeki. Hingga pagelaran campursari ditutup pada hari Senin malam pukul 
21.33.33 WIB, penonton masih menyesaki areal Taman Pancasila. Hujan pun 
sepertinya berkompromi dengan warga Karanganyar yang berpesta. 

Tumpah 
Namun sejak pesta ditutup, Rabu sore sekitar pukul 17.00 WIB, air hujan 
sepertinya ditumpahkan dari langit di kawasan sekitar Karanganyar, Surakarta, 
Sukoharjo, Klaten dan Wonogiri. Sungai Bengawan Solo yang terakhir kali 
membanjiri Kota Solo pada tahun 1965, Rabu malam (25/12) kembali mengamuk. Air 
yang tak mampu tertampung di Bengawan Solo, menerjang ratusan rumah penduduk di 
kawasan Jebres, Serengan, Sangkrah, Semanggi, Joyotakan. Bahkan, air mencapai 
tiga meter di kampung Joyotakan. Kamis dini hari, Desa Ledoksari yang terletak 
di kawasan Tawangmangu longsor. Longsoran kedua justru membesar ketika warga 
sedang beristirahat setelah membersihkan longsoran pertama. 

Akibatnya, sekitar 37 warga Ledoksari tertimbun hidup-hidup di daerah yang 
dekat dengan kawasan Wisata air terjun grojogan sewu tersebut. Tak hanya 
Tawangamangu yang longsor. Enam Kecamatan lain yang berada di kaki Gunung Lawu 
juga mengalami hal serupa.Yakni kecamatan Jatiyoso, Matesih, Ngargoyoso, 
Jenawi, Kerjo dan Jumapolo juga mengalami longsor. 

Ada peristiwa menarik? 
SMS www.tribun-timur.com di 081.625.2233 
email: [EMAIL PROTECTED] 

Hotline SMS untuk berlangganan Tribun 
Timur edisi cetak: 081.625.2266. 
Telepon: 0411 (8115555) (persda network/yulis)
 

Reply via email to