======================================  
THE WAHANA DHARMA NUSA CENTER [WDNC]
[ Seri : "Membangun Ekonomi Rakyat Indonesia" ]  
=======================================
[Ec_Q]
 
BANK KAUM MISKIN
Oleh : Muhammad Yunus
Peraih Hadiah Nobel Perdamaian 2006
Bersama Alan Jolis
 
Belajar dari : 
Kisah Muhammad Yunus dan Grameen Bank, dalam
Memerangi Kemiskinan

85. Inilah saat-saat yang menggetarkan jiwa
Kami telah pulih sepenuhnya
Tahun 1994 kami telah pulih sepenuhnya dari tantangan-tantangan awal dekade ini 
dan menikmati tahun pembukuan terbaik. Kami membubarkan konsorsium donor 
setahun sebelumnya dan beroperasi komersial sepenuhnya. Dua tahun kemudian, 
pada April 1996, kami memperpanjang pinjaman senilai AS$1 miliar untuk 1 juta 
dan 2 juta peminjam kami. Inilah saat-saat yang menggetarkan jiwa. Sebuah 
proyek yang dimulai dengan pinjaman spontan senilai AS$27 dari kantong saya 
sendiri kini telah mencapai miliaran dolar. Dua tahun berselang, kami memberi 
pinjaman AS$2 miliar. Grameen bertambah energinya.
Dan ketika mengunjungi desa-desa, saya lihat betapa banyaknya peminjam kami 
yang tidak hanya telah melewati garis kemiskinan, melainkan meninggalkannya 
jauh di belakang. Saya bertemu peminjam yang cicilan per minggunya (sekitar 2 
persen dan total kredit yang diterimanya) lebih dan 500 taka (AS$12), dan 
mendengar cerita mereka bahwa 500 taka adalah nilai pinjaman pertamanya dan 
Grameen 10 tahun lalu. Berarti kapasitas mereka untuk meminjam, berinvestasi, 
dan membayar kembali telah melipat 50 kali dalam 10 tahun.
Sebuah kisah sukses yang indah datang dari Murshida Begum, yang ditampilkan 
dalam film dokumenter PBS mengenai kredit mikro berjudul “To Our Credit”. Meski 
bagi sebagian pihak cerita Murshida mungkin merupakan kekecualian, inilah 
sesungguhnya mikrokosmos dari apa yang terjadi di Grameen: bagaimana 
orang-orang bisa jauh lebih mudah mencapai potensi sepenuhnya setelah punya 
akses kredit.
*Konsorsium donor dibentuk untuk mengkoordinir hubungan kami dengan donor 
bilateral dan multilateral yang memberi kami hibah dan pinjaman berbunga rendah 
selama era 1980-an dan awal 1990-an.
Murshida lahir dalam keluarga miskin dengan 8 anak. Ayah dan kakeknya tidak 
memiliki sejengkal pun lahan pertanian. Dia menikah pada usia 15 tahun dengan 
pria dari desa tetangga yang bekerja sebagai buruh kasar di pabrik. Tahun-tahun 
pertama perkawinannya berjalan relatif baik, tetapi segalanya berubah pahit 
ketika Murshida mulai memiliki anak. Seraya pengeluaran keluarga meningkat, 
uang yang dibawa pulang suaminya kian lama kian berkurang. Akhirnya ketahuanlah 
bahwa suaminya penjudi kambuhan. Selama krisis pangan 1974, suaminya sebenarnya 
menerima bonus 1.800 taka dari perusahaan. Semuanya amblas di meja judi. Ketika 
Murshida mengeluhkan hal ini, suaminya menghajarnya.
Guna memperoleh tambahan uang, Murshida memintal kapas mentah menjadi benang. 
Dia bekerja dikontrak orang lain dengan upah yang sangat kecil, kadang tak 
lebih dan segenggam beras menir. Sungguh pun begitu, bekerja mencegahnya dari 
kelaparan. Dia pertimbangkan pilihan-pilihan lainnya: bekerja sebagai pembantu 
rumah tangga di keluarga kaya atau mengemis. Tetapi apa yang akan terjadi 
dengan anak-anaknya?
Suatu hari suami Murshida pulang ke rumah setelah seminggu menghilang dan 
mengomel karena tidak ada makanan yang cukup buatnya. Murshida telah menyiapkan 
masakan sederhana dan belum makan sepanjang hari. Suaminya marah dan 
memukulinya, kemudian pergi sambil berkata dia akan kembali lagi pagi hari. 
Hari itu ada hujan badai dan karena suaminya telah menjual atap rumah mereka 
untuk membayar utang judi, Murshida dan tiga anaknya basah kuyup. Saat itulah 
Murshida memutuskan keadaan harus berubah. Ketika suaminya kembali tengah 
malam, Murshida menghadangnya.
“Kau hanya membawa sedikit beras menir untuk si upik,” Seingatnya ia berkata 
demikian, “tapi tidak ada untukku. Padahal tiap orang di desa bilang kau dapat 
banyak uang.” Suaminya naik pitam dan menghajarnya. Lalu menceraikannya saat 
itu juga dan mengusirnya keluar rumah.
“Bagaimana dengan anak-anak?” tanya Murshida.
“Kau bisa lemparkan mereka ke sungai dan biarkan hanyut, emang gue pikirin,” 
jawabnya.
Murshida mengirim pesan ke saudara laki-laki yang menawarinya tempat tinggal. 
Setelah pindah, Murshida mendapat lebih banyak kontrak pemintalan. Ia mendengar 
tentang Grameen Bank saat pegawai kami datang ke desanya. Awalnya, tokoh-tokoh 
desa menentang Grameen dan mencoba menghalangi pembukaan sentra-sentra. Seorang 
pegawai Grameen menolak Murshida bergabung, dipikirnya dia akan pindah kembali 
ke desa suaminya. Tetapi Murshida mencegat pegawai bank lainnya di jalan desa 
dan memohon agar diberi uang. “Saya bilang padanya kalau perlu saya akan 
berenang menyeberangi sungai untuk menghadiri pertemuan Grameen. Saya katakan 
padanya bahwa saya ingin mengikutinya kemana pun dia pergi untuk membentuk 
kelompok, sehingga saya bisa bergabung. Saya katakan dia harus memberi saya 
uang, jika tidak saya tidak akan mampu bertahan menghidupi anak-anak saya. Dia 
bilang saya tidak bisa membentuk kelompok saat itu juga, tetapi dia akan datang 
ke rumah saya dan membentuk
 kelompok beberapa hari mendatang. Dan dia benar-benar datang!”
Awalnya Murshida meminjam 1.000 taka untuk membeli seekor kambing dan 
pinjamannya terbayar kembali dan laba penjualan susunya dalam 6 bulan. Dia 
hidup dengan seorang anak, seekor kambing, dan tanpa utang. Tersemangati oleh 
keberhasilannya, Murshida meminjam lagi 2.000 taka untuk membeli kapas mentah 
dan sebuah alat pintal, dan mulai membuat selendang. Dia kini menjual 
selendangnya secara grosiran seharga 100 taka dengan rumbai-rumbai dan 50 taka 
tanpa rumbai-rumbai. Bisnis Murshida berkembang pesat sehingga selama musim 
ramai dia bisa mempekerjakan sampai sebanyak 25 perempuan di desanya untuk 
membuat selendang. Selain itu dia membeli tanah 0,4 ha dari laba yang 
diperolehnya, membangun rumah dengan KPR Grameen Bank, dan mengajak 
saudara-saudaranya ikut berdagang kain sari dan kapas mentah. Murshida juga 
tampil sebagai pemimpin sentranya. Dia terpilih sebagai ketua sentra beberapa 
kali.
_______
 
Sebuah proyek yang dimulai dengan pinjaman spontan senilai AS$27
dari kantong saya sendiri kini telah mencapai miliaran dolar.
Dua tahun berselang, kami memberi pinjaman AS$2 miliar.
Grameen bertambah energinya.
_______
 
 
“Saya bilang padanya kalau perlu saya akan berenang menyeberangi sungai 
untuk menghadiri pertemuan Grameen. 
Saya katakan padanya bahwa saya ingin mengikutinya kemana pun dia pergi
 untuk membentuk kelompok, sehingga saya bisa bergabung.”
_______
 
Sebuah kisah sukses yang indah datang dari Murshida Begum,
yang ditampilkan dalam film dokumenter PBS mengenai kredit mikro berjudul
“To Our Credit”.
Meski bagi sebagian pihak cerita Murshida mungkin merupakan 
Kekecualian.
 
Inilah sesungguhnya mikrokosmos dari apa yang terjadi di Grameen:
bagaimana orang-orang bisa jauh lebih mudah mencapai
potensi sepenuhnya setelah punya akses kredit.
_______
 
[ bersambung ]
 
* * * * *
 
“Intinya, bukan hanya siklus hidup barang dan jasa yang semakin pendek, 
tetapi juga waktu yang tersedia untuk mengembangkan produk-produk baru 
dan meluncurkannya.
 
Perusahaan-perusahaan harus bergerak cepat, 
atau tidak bergerak sama sekali.”
 
[ Michael Hammer & James Champy – 
Konsultan Manajemen dan penulis buku manajemen, Best Seller Dunia ] 
 
* * * * *
 
The Flag
Air minum COLDA - Higienis n Fresh !
ERDBEBEN Alarm




 
SONETA INDONESIA <www.soneta.org>
Retno Kintoko Hp. 0818-942644
Aminta Plaza Lt. 10
Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan
Ph. 62 21-7511402-3 
 


      

Reply via email to