http://www.suarapembaruan.com/index.php?detail=News&id=4490
2009-02-09 Berbagi Angpau kepada Rakyat Miskin sp/fuska Sani Evani Direktur Utama PT Sido Muncul Irwan Hidayat bersama artis-artis iklan produknya, memberikan angpau kepada pasien-pasien kurang mampu di sejumlah rumah sakit di Yogyakarta, bersamaan dengan perayaan Imlek yang digelar di Jalan Ketandang Yogyakarta, Kamis (5/2) sore. eperti tahun-tahun sebelumnya, masyarakat etnis Tionghoa di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menggelar perayaan Tahun Baru Imlek 2560 di ruas Jalan Ketandan, Yogyakarta, yang dulunya merupakan pusat perdagangan dan transaksi tradisional keturunan Tionghoa sekaligus Cina Town-nya masyarakat Yogyakarta. Gang sepanjang satu kilometer yang menyatu dengan Malioboro itu pada Kamis (5/2) sore hingga Senin (9/2) mendatang dipadati dengan aneka pernik asal negeri Tiongkok. Pada saat pembukaan, Kamis (5/2) sore, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menyempatkan hadir dan memberikan wejangan. Sultan mengatakan, kebudayaan Tionghoa adalah subkultur dari kebudayaan nusantara dan menjadi satu kesatuan tak terpisahkan dari kebudayaan bangsa. Sejak pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, warga etnis Tionghoa boleh dengan bebas mengekspresikan diri. Namun, Sultan menunjukkan realitas bahwa akibat sekian lama terbelenggu oleh kebijakan diskriminarif itu, kalangan anak muda Tionghoa pun mengalami amnesia budaya. Ditambah lagi gencarnya arus informasi membuat generasi muda cenderung lebih memilih budaya dan gaya hidup barat. Saat ini, sudah tidak ada lagi dikotomi mana etnis Tionghoa dan mana asli Indonesia, karena peleburan dan sinkronisme terwujud bersama perkembangan sejarah kebudayaan bangsa. Menantang Sultan lantas menantang seniman Tionghoa agar terpanggil untuk menggarap karya cipta baru di bidang seni yang menggambarkan wujud akulturasi budaya abad XXI guna memperkaya khasanah budaya Indonesia baru. Namun, bentuk-bentuk akulturasi budaya di bidang seni itu tidaklah cukup kalau tidak disertai integrasi sosial dengan membuka sekat budaya. Meski begitu, nilai filosofis Tionghoa harus tetap dipertahankan, yakni penghormatan pada leluhur serta sistem kekeluargaan yang erat dan tertata sangat menjunjung moralitas. Direktur Utama PT Sido Muncul Irwan Hidayat, selaku salah satu penyandang dana di acara gelar Budaya Tionghoa IV yang mengambil tema Ragam Budaya Tionghoa itu, Irwan mengaku sudah tidak paham lagi dengan pemisahan etnis. Persoalan yang mucul kemudian, bagaimana para anak, cucu, dan cicit dari etnis Tionghoa ini juga bisa memberi arti kepada masyarakat secara umum. Irwan pun tersenyum ketika banyak orang mengartikan Imlek sebagai saat bagi-bagi amplop merah berisi uang. Baginya hal itu adalah sebuah tradisi yang berawal dari kepercayaan leluhur. Dulu katanya, amplop merah dengan huruf tinta emas yang diyakini sebagai pembawa keberuntungan tersebut pada perayaan Imlek dibagikan orangtua kepada anak-anak. Kini tradisi angpau yang dulu digunakan untuk mengusir gangguan tangan roh jahat, diteruskan sebagai kebiasaan memberikan hadiah berupa uang dalam amplop merah dalam perayaan Imlek. Nah, untuk mengusir roh jahat itu, saat ini Irwan mewujudkannya dengan bagi-bagi angpau kepada rakyat yang benar-benar membutuhkan. "Wah bukan cuman saat Imlek. Kita sangat perlu berbagi, karena kita bisa mengukur kekuatan sendiri dengan berbagi itu. Ya, itung-itung bercermin," ujarnya. [152