http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_c&id=308277

Kamis, 18 Okt 2007,


Beringin Takut Akbar, Banteng Waswas Jagonya di Pilgub 


Kenapa Golkar meninggalkan konvensi? Mengapa pula PDIP melepas pola penjaringan 
calon kepala daerah melalui mekanisme dari bawah yang mirip konvensi?

Analis politik dari CSIS Indra J. Pilliang memperkirakan, Golkar mendepak 
mekanisme konvensi -yang cukup ideal dalam rekrutmen calon pemimpin nasional 
itu- karena disengaja. "Untuk menutup jalan bagi Akbar Tandjung," tegas Indra 
seraya menambahkan bahwa Akbar sangat diperhitungkan sebagai tokoh senior 
Golkar yang mungkin bangkit kembali pada Pemilu 2009.

"Kecuali pada rapimnasus (rapat pimpinan nasional khusus, Red) nanti terjadi 
sikap yang sangat radikal dari para tokoh pendukung Akbar," jelasnya.

Hanya, lanjut dia, kondisi itu justru membahayakan keutuhan Partai Golkar. 
Selain memengaruhi struktur ke bawah, perpecahan tersebut akan merugikan Partai 
Golkar dalam menghadapi pemilu legislatif. Karena itu, kecil kemungkinan 
radikalisme internal tersebut bisa terjadi.

Meski pintu konvensi tertutup, Indra menyebut peluang Akbar belum habis. "Akbar 
masih punya Barindo sebagai alternatif kendaraan politiknya. Di sana banyak 
bertebaran loyalis Akbar yang kini aktif di Partai Demokrat maupun Partai 
Golkar ," ungkapnya.

Mantan ketua DPR dan ketua umum Partai Golkar itu kini memang memiliki Barindo 
(Barisan Indonesia) sebagai modal politik yang cukup potensial. Di Barindo, 
Akbar didaulat menjadi ketua dewan pembina.

Lantas, apa argumen politik di balik tiadanya proses voting dalam Rakerdasus 
DPC PDIP Bali untuk menentukan cagub dan cawagubnya? DPP PDIP tentu saja tetap 
bersikukuh dengan alasannya. Namun, berkembang analisis yang mencoba mengaitkan 
dengan Pilgub Jatim. Lho, apa hubungannya? Untuk menjaring figur bacagub dan 
bacawagub dalam menghadapi Pilgub Jatim yang akan dilaksanakan pada Juni 2008, 
PDIP telah mengadakan konvensi. Nama forum itu Konferdasus (Konferensi Daerah 
Khusus) DPD PDIP Jatim. Kalau di Bali, namanya Rakerdasus (Rapat Kerja Daerah 
Khusus) DPD PDIP Bali.

Nah, menurut hasil Konferdasus DPD PDIP Jatim yang melibatkan seluruh atau 38 
DPC PDIP kabupaten/kota se-Jawa Timur itu, 22 DPC mendukung Soekarwo dan 11 DPC 
mendukung Sutjipto. Lima cabang sisanya memilih pasrah pada DPP. Dua nama 
itulah -Pakde Karwo dan Pak Tjip- yang akhirnya diserahkan DPD PDIP Jatim ke 
DPP PDIP di Jakarta.

Permasalahan berawal di sini. Soekarwo yang masih Sekdaprov Jatim bukan orang 
PDIP. Sementara itu, Sutjipto yang duduk di DPR RI termasuk salah seorang kader 
senior PDIP. 

Karena itu, tarik ulur pun terjadi antara keinginan untuk mendorong kader 
sendiri dan ketidakmampuan menafikan begitu saja hasil konferdasus. Faktanya, 
hingga sekarang, DPP PDIP belum mengambil keputusan.

"Kami tengah menunggu hasil polling keempat. Ini akan jadi polling terakhir. 
Keputusan DPP akan diambil dengan memperhatikan keempat polling ini," kata 
Pramono Anung.

Menurut dia, untuk menghadapi Pilgub Jatim, DPP PDIP telah melakukan 
serangkaian polling internal. Sebab, lanjut dia, selain ada ukuran yang 
sifatnya internal melalui konferdasus, calon bersangkutan harus bisa diterima 
masyarakat. "Jadi, kami juga memperhatikan hasil polling," tegasnya. (pri) 


Reply via email to