REFLEKSI: Susu merk apa yang tidak mengandung bakteri enterobacter sakazakii?

Enterobacter sakazakii is a bacterium belonging to the family 
Enterobacteriaceae , which contains a number of bacterial species found in the 
human and animal gut and the environment. The microorganism has been implicated 
in outbreaks causing meningitis or enteritis, especially in infants. 

Enterobacter sakazakii has caused disease in all age groups. From the age 
distribution of reported cases it is deduced that infants (children less than 1 
year old) are at particular risk. Among infants those at greatest risk for 
Enterobacter sakazakii infection are neonates (first 28 days), particularly 
pre-term infants, low birth weight infants or immunocompromised infants. 
Infants of HIV-positive mothers are also at risk both because they may 
specifically require infant formula and may be more susceptible to infection. 
This, and low birth weight, may be of particular concern for some developing 
countries, where the proportion of such infants is higher than in developed 
countries

Enterobacter sakazakii kills 40%-80% of infected infants and has been 
associated with powdered formula. We analyzed 46 cases of invasive infant E. 
sakazakii infection to define risk factors and guide prevention and treatment. 
Twelve infants had bacteremia, 33 had meningitis, and 1 had a urinary tract 
infection. Compared with infants with isolated bacteremia, infants with 
meningitis had greater birthweight (2,454 g vs. 850 g, p = 0.002) and 
gestational age (37 weeks vs. 27.8 weeks, p = 0.02), and infection developed at 
a younger age (6 days vs. 35 days, p<0.001). Among meningitis patients, 11 
(33%) had seizures, 7 (21%) had brain abscess, and 14 (42%) died. Twenty-four 
(92%) of 26 infants with feeding patterns specified were fed powdered formula. 
Formula samples associated with 15 (68%) of 22 cases yielded E. sakazakii; in 
13 cases, clinical and formula strains were indistinguishable. Further 
clarification of clinical risk factors and improved powdered formula safety is 
needed.

http://www.bangkapos.com/berita/9804db77a6628271c06db95046381a66/7311/baca/4/0/0/1/2008/Maret/23/0

IPB Bantah Umumkan Merk Susu Berbakteri

edisi: Minggu, 23 Maret 2008 

JAKARTA, BANGKA POS - Isu merk susu dan makanan bayi yang disinyalir 
terkontaminasi bakteri enterobacter sakazakii, kembali merebak. Beredarnya 
kabar burung di internet dan juga pesan singkat (SMS) mengusik para peneliti di 
Institut Penelitian Bogor (IPB) untuk angkat bicara. Apalagi, lembaga itu 
disebut-sebut sudah mengumumkan nama-nama merk susu dan makanan bayi yang 
mengandung bakteri. 

Tak sedikit berita-berita yang beredar di milis, langsung mendapat tanggapan 
dari masyarakat. Umumnya, mereka bertanya-tanya tentang kebenaran dari tulisan 
yang tidak diketahui asal muasalnya tersebut. Keabsahan kabar itu terkuak 
setelah IPB dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), memberikan penjelasan. 
Kedua lembaga itu dengan tegas menyatakan kabar yang beredar di internet dan 
SMS, hanya isu. IPB menegaskan belum pernah merilis hasil dari penelitian yang 
mereka lakukan.

"Kita (IPB) sama sekali tidak pernah mengumumkan merk susu yang diteliti. Jadi 
tidak benar jika IPB telah membuat pemberitaan seperti itu. Itu ulah 
orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Kami mohon bagi mereka yang merasa 
membuat berita, meralatnya," ujar Sri Budiarti, dosen S2, S3 mikrobiologi IPB, 
Jumat (21/3).

BPOM juga menguatkan pernyataan IPB. Kepala BPOM, Husniah Rubiana mengatakan 
bahwa kabar IPB telah mengumumkan merk-merk susu formula dan makanan bayi yang 
terkontaminasi bakteri enterobacter sakazakii, baik lewat SMS atau di milis 
adalah sesuatu yang mengada-ada. "Kami dari BPOM sama sekali tidak pernah 
menerima nama-nama merk susu itu dari IPB. Jadi kabar yang beredar di internet 
atau lewat sms itu sama sekali tidak benar," kata Husniah Rubiana.

Menurut Husniah, saat pertemuan di Gedung Departemen Komunikasi dan Informatika 
(Depkominfo), Jakarta, Jumat (29/2) antara IPB, BPOM, Departemen Kesehatan 
(Depkes), dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) salah satu keputusannya 
adalah memberi jaminan bahwa susu formula dan makanan bayi yang beredar di 
pasaran saat ini aman untuk dikonsumsi.

"Dalam pertemuan itu, IPB juga menyatakan bahwa mereka belum pernah dan tidak 
akan pernah mengumumkan merk-merk susu dan makanan bayi itu," lanjut Husniah. 
Akan tetapi, meski sudah menyatakan delapan poin kesepakatan bersama, namun isu 
bahwa IPB telah mengumumkan merk-merk susu cukup meresahkan. 
Sebetulnya tidak pernah ada penyebutan merk. Saya tahu bahwa itu tidak benar. 
Dan kabar simpang siur itu cukup meresahkan. Karena itu saya sangat prihatin," 
tambahnya.

Husniah atas nama BPOM menghimbau agar masyarakat selaku konsumen agar tidak 
mudah mempercayai kabar-kabar yang beredar lewat internet dan SMS. Jika 
masyarakat kurang jelas atau ragu-ragu dengan kabar yang menyangkut sebuah 
produk makanan atau obat, bisa menanyakan langsung kebenaran kabar tersebut ke 
BPOM. "Jangan mempercayai kabar yang tidak jelas. Kalau kurang jelas tolong 
tanya langsung saja ke badan kita melalui nomor (021) 4243333, bisa juga masuk 
ke web kita, www.pom.go.id, " lanjut Husniah.

Seperti diberitakan, ada beberapa milis yang mengabarkan ada beberapa susu 
tercemar bakteri. Ditengah kegelisahan itu, belakangan beredar sms yang 
diforward dari tangan ke tangan mengenai merek susu yang kabarnya tercemar 
bakteri. Dr Sri Estuningsih, peneliti yang menemukan bakteri enterobacter 
sakazakii karuan saja membantahnya. "SMS berantai itu tidak benar. Saya 
tegaskan kalau SMS itu bukan dari saya. Kasihan ibu-ibu yang mendapatkan SMS 
tersebut," tukasnya.

Sri bahkan heran, kenapa banyak orang yang meng-forward SMS tersebut ke telepon 
genggamnya. Saat dimintai sedikit bocoran tentang merek apa saja yang 
terinfeksi, dengan tegas wanita itu menolaknya. "Teman sekantor saya saja tidak 
saya kasih tahu mereknya," tuntasnya. (persda network/ha

Reply via email to