http://www.antara.co.id/arc/2007/10/23/jusuf-kalla-lima-tahun-tanpa-macet/
23/10/07 10:01 Jusuf Kalla, Lima Tahun Tanpa Macet Oleh Frislidia Padang (ANTARA News) - Ada-ada saja keinginan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Kali ini putra Makasar itu berencana menulis buku berjudul "Lima Tahun Tanpa Macet". "Selesai jadi wakil presiden, ya saya akan menulis buku `Lima Tahun Tanpa Macet`. Sebab selama lima tahun, ketika di jalan raya saya lancar-lancar saja," katanya disambut derai tawa 800 peserta pertemuan Silaturrahmi Saudagar Minang (SSM) di Padang, Sabtu (20/10). Wapres Jusuf Kalla berkisah, pada suatu hari ada stafnya yang terlambat datang dengan alasan macet. Namun Jusuf Kalla tidak percaya. "Dimana ada macet, saya tidak pernah lihat," katanya berkelakar. Pertanyaan itu akhirnya dijawab sendiri oleh Jusuf Kalla. "Ya jelas saya tidak pernah lihat macet, karena saya wakil presiden setiap perjalanan dikawal dan dibebaskan dari kemacetan," katanya lagi. Ia mengatakan, kelancaran diperolehnya bukan hanya pada kesempatan resmi, tapi juga saat melakukan perjalanan pribadi. "Itu kan hak prerogratif sebagai wakil presiden," katanya. Pengalaman yang sama disampaikan Wapres Jusuf Kalla ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, menyampaikan bahwa di pinggir-pinggir jalan di Jakarta kini tidak ada lagi orang yang meminta sumbangan. "Pak Jusuf di Jakarta tidak ada lagi yang meminta sumbangan di pinggir-pinggir jalan," kata Susilo Bambang Yudhoyono satu ketika. Pernyataan itu sempat membuat para menteri tertawa sumringah. Atas sikap para menteri itu, kata Jusuf Kalla, lalu Presiden bertanya mengapa mereka semua tertawa. "Ya memang tidak ada lagi peminta sumbangan di pinggir-pinggir jalan di Jakarta. Karena Pemerintah Provinsi Jakarta sudah mengatur secara tegas melalui perdanya," jelas seorang menteri kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Mendengar jawaban itu, Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla tertawa. Evaluasi Pengalaman menarik dan lucu itu sebenarnya hanya isyarat Wapres Jusuf Kalla terhadap peserta SSM tahun 2007 agar terus melakukan evaluasi. "Setiap pengusaha adalah pejuang bangsa dan pemerintah perlu terus mendukung keberadaan mereka," katanya. Setiap usaha dilakukan masyarakat, kata Wapres, pasti pemerintah dapat keuntungan dari pajak yang dibayarkan. Pajak penting untuk membiayai pembangunan pendidikan, infrastruktur, kesehatan dan menekan angka kemiskinan. "Kita berkumpul di Padang atau di Aceh, atau di Banjar, Pekalongan dan Sulawesi, tak lain untuk mendukung kelancaran usaha," katanya. Kenapa orang berusaha, karena adanya dorongan ingin lebih maju. Kendati para pengusaha berada dalam kultur berbeda-beda namun semuanya tetap satu. "Tidak ada negara bisa maju tanpa usaha. Itu harus terus dievaluasi, apa kemajuan yang sudah kita peroleh. Harus ada nilai tambah dan selalu munculkan inovasi," katanya memberi semangat pada peserta SSM 2007. Menteri Perindustrian Fahmi Idris menyatakan, saudagar Minang (SM) di ranah Minang, di perantauan dalam dan luar negeri perlu mengimplementasikan imbauan Wapres Jusuf Kalla yakni memperkokoh, menata, menyusun dan memperkuat kembali ketokohan orang Minang sebagai saudagar yang dikenal luas keterampilannya dalam berdagang. "Peran SM cukup besar dalam mengembangkan bangsa sehingga keberadaan mereka perlu lebih diperkokoh dan kuat, sehingga ia harus sehat," katanya. Imbauan tersebut, menurut Fahmi Idris, juga disampaikan Wapres pada hari sebelumnya terhadap saudagar Bugis dan Aceh. Usaha yang sehat dan kuat, kata Fahmi, tidak identik dengan besar, tetapi kuat dan sehat ditandai dengan kemampuannya mempertahankan dan meningkatkan kualitas usahanya dan dapat dipercaya. "Kepercayaan satu modal besar dalam mengembangkan usaha," kata Fahmi. Pada kesempatan itu, ia mengatakan pertemuan SSM 2007 itu, akan dikembangkan oleh generasi muda dari kalangan saudagar muda di Tanah Air. "Yang tua-tua berada di belakang, memberi dukungan semangat dan pemikiran," kata Fahmi mengutip imbauan Jusuf Kalla. Wapres mengatakan modal gampang diperoleh di bank jika usahanya solid. Yang terpenting adalah jaringan antar saudagar. Jaringan usaha dibutuhkan agar saudagar mampu bersaing dan berkembang. "Juga perlu dibentuk satu forum guna menghimpun berbagai informasi dan komunikasi bisnis. Keberadaan forum itu diharapkan mampu mengatasi berbagai permasalahan," katanya. Fahmi memuji ciri orang Minang yang "egaliter", satu potensi yang patut dikembangkan. Egaliter orang Minang seperti disampaikan sastrawan A.A Navis, artinya setara dengan orang lain. Kuasai Perdagangan Gubernur Sumbar Gamawan Fauzi mengatakan orang Minang banyak yang memegang peran penting pada sektor usaha BUMN, seperti Telkom, maskapai penerbangan Garuda, Semen Padang, BEJ, serta perusahaan-perusahaan besar lainnya. Mereka menjabat sebagai komisaris dan direktur. "Itu artinya orang Minang di Indonesia secara individual belum berhenti berjuang mempertahankan ketokohan sebagai `pedagang`, yang belum terbentuk adalah jaringan antar mereka," kata Gamawan Fauzi. Menurut Gamawan, kiprah orang Minang dalam dunia usaha belum meredup. Orang Minang masih menjadi pemimpin pasar bisnis rumah makan, restoran, rumah sakit dan klinik. Ia memperkirakan jumlah orang Minang di perantauan dalam dan luar negeri mencapai 13 juta jiwa lebih. "Ketokohan orang Minang dalam dunia usaha dan bisnis sudah nyata, namun perlu dikuatkan jaringannya, agar ke depan peran mereka makin kuat membangun daerah ini," katanya.(*) Oleh Frislidia Padang (ANTARA News) - Ada-ada saja keinginan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Kali ini putra Makasar itu berencana menulis buku berjudul "Lima Tahun Tanpa Macet". "Selesai jadi wakil presiden, ya saya akan menulis buku `Lima Tahun Tanpa Macet`. Sebab selama lima tahun, ketika di jalan raya saya lancar-lancar saja," katanya disambut derai tawa 800 peserta pertemuan Silaturrahmi Saudagar Minang (SSM) di Padang, Sabtu (20/10). Wapres Jusuf Kalla berkisah, pada suatu hari ada stafnya yang terlambat datang dengan alasan macet. Namun Jusuf Kalla tidak percaya. "Dimana ada macet, saya tidak pernah lihat," katanya berkelakar. Pertanyaan itu akhirnya dijawab sendiri oleh Jusuf Kalla. "Ya jelas saya tidak pernah lihat macet, karena saya wakil presiden setiap perjalanan dikawal dan dibebaskan dari kemacetan," katanya lagi. Ia mengatakan, kelancaran diperolehnya bukan hanya pada kesempatan resmi, tapi juga saat melakukan perjalanan pribadi. "Itu kan hak prerogratif sebagai wakil presiden," katanya. Pengalaman yang sama disampaikan Wapres Jusuf Kalla ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, menyampaikan bahwa di pinggir-pinggir jalan di Jakarta kini tidak ada lagi orang yang meminta sumbangan. "Pak Jusuf di Jakarta tidak ada lagi yang meminta sumbangan di pinggir-pinggir jalan," kata Susilo Bambang Yudhoyono satu ketika. Pernyataan itu sempat membuat para menteri tertawa sumringah. Atas sikap para menteri itu, kata Jusuf Kalla, lalu Presiden bertanya mengapa mereka semua tertawa. "Ya memang tidak ada lagi peminta sumbangan di pinggir-pinggir jalan di Jakarta. Karena Pemerintah Provinsi Jakarta sudah mengatur secara tegas melalui perdanya," jelas seorang menteri kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Mendengar jawaban itu, Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla tertawa. Evaluasi Pengalaman menarik dan lucu itu sebenarnya hanya isyarat Wapres Jusuf Kalla terhadap peserta SSM tahun 2007 agar terus melakukan evaluasi. "Setiap pengusaha adalah pejuang bangsa dan pemerintah perlu terus mendukung keberadaan mereka," katanya. Setiap usaha dilakukan masyarakat, kata Wapres, pasti pemerintah dapat keuntungan dari pajak yang dibayarkan. Pajak penting untuk membiayai pembangunan pendidikan, infrastruktur, kesehatan dan menekan angka kemiskinan. "Kita berkumpul di Padang atau di Aceh, atau di Banjar, Pekalongan dan Sulawesi, tak lain untuk mendukung kelancaran usaha," katanya. Kenapa orang berusaha, karena adanya dorongan ingin lebih maju. Kendati para pengusaha berada dalam kultur berbeda-beda namun semuanya tetap satu. "Tidak ada negara bisa maju tanpa usaha. Itu harus terus dievaluasi, apa kemajuan yang sudah kita peroleh. Harus ada nilai tambah dan selalu munculkan inovasi," katanya memberi semangat pada peserta SSM 2007. Menteri Perindustrian Fahmi Idris menyatakan, saudagar Minang (SM) di ranah Minang, di perantauan dalam dan luar negeri perlu mengimplementasikan imbauan Wapres Jusuf Kalla yakni memperkokoh, menata, menyusun dan memperkuat kembali ketokohan orang Minang sebagai saudagar yang dikenal luas keterampilannya dalam berdagang. "Peran SM cukup besar dalam mengembangkan bangsa sehingga keberadaan mereka perlu lebih diperkokoh dan kuat, sehingga ia harus sehat," katanya. Imbauan tersebut, menurut Fahmi Idris, juga disampaikan Wapres pada hari sebelumnya terhadap saudagar Bugis dan Aceh. Usaha yang sehat dan kuat, kata Fahmi, tidak identik dengan besar, tetapi kuat dan sehat ditandai dengan kemampuannya mempertahankan dan meningkatkan kualitas usahanya dan dapat dipercaya. "Kepercayaan satu modal besar dalam mengembangkan usaha," kata Fahmi. Pada kesempatan itu, ia mengatakan pertemuan SSM 2007 itu, akan dikembangkan oleh generasi muda dari kalangan saudagar muda di Tanah Air. "Yang tua-tua berada di belakang, memberi dukungan semangat dan pemikiran," kata Fahmi mengutip imbauan Jusuf Kalla. Wapres mengatakan modal gampang diperoleh di bank jika usahanya solid. Yang terpenting adalah jaringan antar saudagar. Jaringan usaha dibutuhkan agar saudagar mampu bersaing dan berkembang. "Juga perlu dibentuk satu forum guna menghimpun berbagai informasi dan komunikasi bisnis. Keberadaan forum itu diharapkan mampu mengatasi berbagai permasalahan," katanya. Fahmi memuji ciri orang Minang yang "egaliter", satu potensi yang patut dikembangkan. Egaliter orang Minang seperti disampaikan sastrawan A.A Navis, artinya setara dengan orang lain. Kuasai Perdagangan Gubernur Sumbar Gamawan Fauzi mengatakan orang Minang banyak yang memegang peran penting pada sektor usaha BUMN, seperti Telkom, maskapai penerbangan Garuda, Semen Padang, BEJ, serta perusahaan-perusahaan besar lainnya. Mereka menjabat sebagai komisaris dan direktur. "Itu artinya orang Minang di Indonesia secara individual belum berhenti berjuang mempertahankan ketokohan sebagai `pedagang`, yang belum terbentuk adalah jaringan antar mereka," kata Gamawan Fauzi. Menurut Gamawan, kiprah orang Minang dalam dunia usaha belum meredup. Orang Minang masih menjadi pemimpin pasar bisnis rumah makan, restoran, rumah sakit dan klinik. Ia memperkirakan jumlah orang Minang di perantauan dalam dan luar negeri mencapai 13 juta jiwa lebih. "Ketokohan orang Minang dalam dunia usaha dan bisnis sudah nyata, namun perlu dikuatkan jaringannya, agar ke depan peran mereka makin kuat membangun daerah ini," katanya.(*)