Refleksi : Dulu pada zaman Belanda ada kota dan gunung namanya : Holandia, Batavia, Buitenzorg, Fort de Kock, Cartenz etc. Zaman sekarang di Papua ada Jayapura, Tembaga Pura, Pegunungungan Jayawijaya, kampung Jawa, Bukit Soeharto. Apa bedanya? Hehehehe
http://nasional.kompas.com/read/xml/2009/05/30/05295259/punya.suami.satu.saja KEGIATAN NY ANI YUDHOYONO Punya Suami Satu Saja KOMPAS/AGUS SUSANTO Ani Yudhoyono atau Kristiani Herawati / Sabtu, 30 Mei 2009 | 05:29 WIB Oleh SUHARTONO dan J OSDAR KOMPAS.com - "Ibu Oktovina dari Posyandu Pelangi, Arso, Papua, 15 tahun menjadi kader posyandu. Ibu mengatakan, suami baru satu. Haah, satu saja cukup. Tidak boleh lebih dari satu. Harus satu." Begitu kutipan kata-kata Ny Ani Yudhoyono bernada canda dalam temu kader Pos Pelayanan Terpadu atau Posyandu 2009 di Ancol, Jakarta, Jumat (29/5) Hadir dalam acara itu sekitar 900 kader posyandu dan tim penggerak PKK dari 33 provinsi dan 440 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Hadir pula Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari dan Menteri Dalam Negeri Mardiyanto dan istrinya selaku Ketua Tim Penggerak PKK Pusat, Ny Evy. Sejak dicanangkan berdirinya di Yogyakarta tahun 1986, kini terdapat 267.000 posyandu di 70.000 desa. Empat penanya dalam acara tanya jawab kemarin adalah kader posyandu dari Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur, Daniel Tule; kader Posyandu Pelangi, Kampung Wonoredjo, Distrik Arso Timur, Kabupaten Kerom, Papua Barat, Oktovina Alfrida; Ny Wuryandiri, Posyandu Menur, Bantul, Yogyakarta; dan Ny Nunuk dari Posyandu Melati Apsari, Magelang. Selain sebagai kader posyandu, Daniel Tule adalah pedagang ikan keliling di kampungnya. Ia meminta pemerintah memberikan kartu berobat gratis kepada kader posyandu agar mereka lebih tenang menjalankan tugas pelayanan bagi kesejahteraan dan kesehatan masyarakat di pelosok. "Bagaimana Bu Menkes? Bisa dipenuhi atau tidak kartu berobat gratis itu?" tanyanya kepada Siti Fadilah, yang mengangguk dengan senyum. Oktovina yang memanggil Ny Ani Yudhoyono dengan sebutan "mama" meminta agar untuk memudahkan pekerjaannya yang sering naik turun gunung dan hutan di perbatasan Provinsi Papua dan Papua Niugini, disediakan mobil sehat (mobhat). "Kalau nanti ada mobhat, saya langsung bawa pulang ke Papua, " ujarnya, yang disambut tawa. Oktovina juga sempat menyelipkan kata, "Kalau mama memenuhi itu, kita akan dukung Pak SBY." Acara tanya jawab adalah ciri khas dari sosok Ny Ani jika bertemu dengan berbagai kelompok masyarakat. Selain pandai bercanda, lulusan Fakultas Ilmu Politik Universitas Merdeka tahun 1998 yang pernah menjadi Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat ini juga cerdas menanggapi permintaan-permintaan lawan bicaranya. Soal permintaan akan mobil sehat, Ny Ani yang pernah tiga tahun duduk di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia mengatakan, "Nanti kami carikan. Barangkali ada yang mau menjadi semacam sponsor di Papua. Akan tetapi, saya tidak berjanji karena kalau tidak bisa ditepati berat rasanya." Ny Ani juga mengatakan, di Papua ada kampung Jawa, tetapi di Jawa tidak ada kampung Papua. "Mungkin bisa diusulkan kepada Pak Mendagri agar ada kampung Papua di Jawa. Jadi kita bisa barter. Akan tetapi, mungkin nama-nama di Papua sulit bagi lidah kita untuk mengucapkannya sehingga tidak ada kampung Papua di Jawa," ujarnya. Oktovina juga meminta agar kesejahteraan para kader posyandu diperhatikan. "Apakah dengan datang ke sini juga sebagai kesejahteraan? Betul! Jadi, Ibu Oktovina datang dari sana naik pesawat terbang ke sini itu juga sebagai kesejahteraan," jawab Ny Ani. Dialog dengan Oktovina ditutup Ny Ani dengan sebuah sapaan kepada Papua. "Tadi Ibu Oktovina minta untuk foto bersama. Mungkinkah itu?" tanya Ny Ani kepada petugas protokol. "Setelah ini, saya harus bergabung kembali dengan Bapak SBY karena ada tugas-tugas lainnya. Ibu tolong sampaikan salam saya dan Pak SBY untuk Papua," kata Ny Ani.
<<142723p.JPG>>