http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2007/11/29/b17.htm

DARI WARUNG GLOBAL
Kenaikan Harga Raskin akan Naikkan Masyarakat Miskin 



ADANYA kebijakan pemerintah akan menaikkan harga beras untuk masyarakat miskin 
atau raskin dari Rp 1.000/kg menjadi Rp 1.600/kg sangat disayangkan. Karena 
kenaikan tersebut terjadi di saat masyarakat sedang terhimpit ekonomi, apalagi 
masyarakat yang berada di garis kemiskinan. Kenaikan ini diperkirakan akan 
menambah jumlah masyarakat miskin di Indonesia. Sepertinya masyarakat hanya 
dijadikan objek semata, apalagi di saat hajatan besar lima tahunan. Jika kita 
pantau secara langsung di lapangan banyak sekali terjadi raskin tersebut tidak 
sampai pada orang yang berhak. Inilah yang seharusnya diperhatikan juga oleh 
pemerintah. Sah-sah saja jika harga dinaikkan asalkan nantinya dapat 
meningkatkan taraf hidup masyarakat. Memang harus kita akui bahwa kemiskinan di 
Indonesia seperti bola bulat yang tiada ujung. Demikian salah satu opini yang 
muncul dalam acara Warung Global yang disiarkan Radio Global 96,5 FM, Rabu 
(28/11) kemarin. Berikut rangkuman selengkapnya.

-----------------------------------

Gede Biasa di Denpasar mengatakan kalau harga raskin naik maka bukan raskin 
lagi, kalau harganya turun barulah namanya raskin. Menaikkan harga raskin 
tersebut berarti pemerintah sama sekali tidak mengerti keadaan masyarakat yang 
sebenarnya. Padahal menurut pemerintah tujuan pembangunan adalah kemajuan 
menuju keadaan lebih baik dan ditandai dengan meningkatnya kesejahteraan 
masyarakatnya. Menaikkan harga raskin ini bukan mengurangi orang miskin, justru 
menambah jumlah masyarakat miskin. Sebagai masyarakat saat ini bagaimana 
menyikapi hal ini.

Guatama di Tampaksiring menjelaskan jika beras miskin harganya dinaikkan, lalu 
apa yang bisa diperbuat masyarakat? Tentu hanya pasrah. Ini menandakan bahwa 
pemerintah untuk memperhatikan masyarakat miskin semakin menurun. Padahal 
melalui kenaikan harga BBM sudah banyak dana yang terkumpul. Padahal dengan 
harga Rp 1.000/kg masyarakat sudah sulit apalagi sekarang dinaikkan menjadi Rp 
1.600. Sepertinya masyarakat hanya dijadikan objek lima tahunan. Mengapa semua 
yang bersifat mahal tidak diturunkan, seperti biaya pendidikan, konsumsi, 
sehingga masyarakat miskin dapat pula menikmati.

Jero Wijaya di Kintamani menilai secara garis besar ada dua kelompok masyarakat 
di Indonesia; kapitalis dan masyarakat miskin. Di mana kaum kapitalis mempunyai 
pemerintah sementara masyarakat miskin tidak mempunyai pemerintah. Pemerintah 
tidak pernah mengurus masyarakat miskin, karenanya di Indonesia perlu 
perwakilan orang miskin di parlemen.

Nang Tut Timtim di Tegallalang Gianyar mengatakan ini merupakan angin segar 
bagi petani karena selama ini petani selalu mengeluhkan harga beras tidak 
pernah naik. Petani bisanya hanya mengeluh.

Dengkek di Tabanan sangat prihatin dengan kenaikan harga beras miskin ini. 
Namun yang terpenting dalam hal ini apakah benar raskin ini turun ke 
orang-orang miskin? Karena dia melihat tidak benar demikian, malah orang yang 
banyak punya tanah dan mobil mendapatkan raskin. Tetapi kalau memang dinaikkan 
harga beras tersebut wajar, bagaimana pun petani kita mengharapkan harga padi 
naik.

Sangging di Gianyar mengharapkan agar Tri Tura diorbitkan, salah satunya yakni 
turunkan harga. Sebenarnya BBM-lah kuncinya. Bagaimana tidak naik kalau BBM 
naik maka yang lainnya pun pasti naik. Di sinilah pertempuran kapitalis dan 
ideologi Pancasila, mudah-mudahan masyarakat umum di Indonesia sesegera mungkin 
ngeh. Ideologi Pancasila digoyang kapitalis.

Dewa Cucukan di Gianyar berpendapat naik turunnya harga raskin tidak jadi 
masalah, namun keadilan dan pemerataan di masyarakat yang diharapkan. Karena 
keadilan dan pemerataan ini yang tidak ada di lapangan. Di desa bisa kita lihat 
metebel-tebelan muka padahal punya banyak sertifikat. Karenanya agar digali 
kembali, sehingga sasarannya tepat.

Dewa Putu Tirta di Tabanan mengingatkan kita pada tahun 1955 hingga 1960 
bagaimana caranya PKI hidup. Di mana saat itu PKI berposisi ke-4 di 
pemerintahan. Sangat menakutkan saat itu, karenanya pemerintah sekarang harus 
jeli, agar jangan sampai hal tersebut terulang kembali.

Walek di Glogor menambahkan, berbicara masalah kemiskinan di Indonesia maka 
akan seperti ''bola'' yang tiada ujung, karena pemerintah menciptakan. 
Seharusnya pemerintah membuat pola agar makanan pokok kita tidak hanya nasi 
tapi juga bahan-bahan lain seperti jagung, ketela dan lainnya.* panca  


Kirim email ke