http://hariansib.com/2007/09/14/malu-malu-gunakan-asas-pancasila/#more-13696

Sep 14
Malu-malu Gunakan Asas Pancasila
Jakarta (SIB)
Fraksi-fraksi dalam Panitia Khusus (Pansus) RUU Partai Politik (Parpol) 
memiliki sikap yang berbeda dalam soal asas partai politik. Sebagian fraksi 
menghendaki penegasan untuk menjadikan Pancasila dan UUD 1945 sebagai asas 
parpol.
Partai Golkar, Partai Demokrat, dan Partai Damai Sejahtera menghendaki agar 
asas Pancasila itu ditegaskan dalam UU. Sementara itu, Fraksi Partai Persatuan 
Pembangunan (PPP) menghendaki agar asas parpol dirumuskan tidak bertentangan 
dengan Pancasila.


Hal itu terungkap dalam pengantar fraksi ketika menyampaikan Daftar 
Inventarisasi Masalah (DIM) kepada pemerintah yang diwakili Menteri Dalam 
Negeri (Mendagri) Mardiyanto dan Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Hatta 
Radjasa di DPR, Jakarta, Rabu (12/9).
Dalam RUU rumusan pemerintah, dinyatakan Asas partai politik tidak boleh 
bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 
Tahun 1945.


Juru Bicara Fraksi Partai Demokrat I Wayan Gunastra mengatakan rumusan itu 
tidak tegas. Untuk itu, harus ada penegasan mengenai asas Pancasila.
"Kita terlalu malu-malu untuk menyatakan secara tegas kalau asas parpol adalah 
Pancasila dan UUD 1945. Bagi kami, ketegasan itu diperlukan mengingat kian 
melunturnya nasionalisme dalam wadah NKRI yang pluralis dan agamis," kata 
Gunastra.


Dia mengatakan nilai pluralis dan agamis cenderung dilupakan, pendiri negara 
ini padahal sudah bersusah payah mendirikan, menjaga, dan mempertahankan NKRI 
yang majemuk ini. Untuk itu perlu ada penegasan soal asas parpol.
Partai Golkar melalui Happy Bone Zulkarnaen mengatakan, soal asas parpol perlu 
penegasan komitmen terhadap ideologi bangsa dan negara. Selain itu, tambahnya, 
perlu memperkokoh pilar NKRI yang kian memudar belakangan ini.
Secara terpisah, Wakil Ketua Pansus RUU Parpol Idrus Marham mengatakan Golkar 
ingin agar asas pancasila itu ditegaskan dalam UU. "Jangan hanya diatur 'tidak 
bertentangan dengan Pancasila'. Mengapa seperti itu? Kan tidak seperti 
malu-malu dan tidak tegas," katanya.
Fraksi PDS melalui pengantar tertulis yang disampaikan kepada pimpinan Pansus 
mengusulkan kepada pemerintah agar mempertegas ideologi parpol dan tidak 
bermain dengan keberadaan fondasi bangsa dalam konteks NKRI.
Sementara itu, juru bicara Fraksi PPP, Lukman Hakim, mengatakan, rumusan yang 
disampaikan pemerintah itu sudah tepat.


Dia mengingatkan, jangan sampai kembali ke situasi masa lalu, dimana 
diberlakukan asas tunggal, bagi semua organisasi, termasuk partai politik. 
"Jangan diartikan asas parpol harus seragam. Jangan sampai Pancasila jadi alat 
penguasa. Kita jangan putar arah jarum sejarah," katanya.
Secara terpisah, mantan Rektor Universitas Gadjah Mada, Ichlasul Amal, menilai 
partai politik (parpol) yang mencirikan moderat akan banyak dipilih oleh 
masyarakat dibandingkan dengan parpol yang berbasis agama pada pemilihan umum 
(pemilu) 2009. Alasannya, partai berbasis agama menimbulkan ketakutan bagi 
rakyat yang saat ini telah hidup dalam alam sekuler.


"Kenapa Golkar tetap banyak dipilih karena partai itu tidak mau membawa masalah 
primordia, suku, maupun agama. Kalau agama, orang akan takut karena walaupun 
itu bukan kebijakan partai. Tapi pada kenyataannya mereka menekan-nekan," 
ujarnya di Jakarta, Rabu (12/9).


Pilihan moderat itu, lanjut Ichlasul, juga akan terjadi pada calon presiden 
(capres) yang maju dalam pemilu 2009. Dengan demikian konfigurasi suara pemilih 
tahun 2009 akan sama dengan pemilu 2004. Artinya, kesempatan Yudhoyono untuk 
terpilih kembali menjadi Presiden pada periode mendatang tetap masih besar.


Ini jika dilihat dari pola pikir pemilih mayoritas di Indonesia. Sebagian besar 
pemilih umumnya merupakan pemilih yang fanatik sehingga tidak akan mengubah 
pilihannya. Adapun masa mengambang kebanyakan akan memilih untuk tidak 
menggunakan hak pilihnya atau sering disebut golongan putih. (SH/t)

Reply via email to