Ada yang paham dan berkenan bahas topik ini? :-)

Wassalam,

Irwan.K

http://www.berpolitik.com/news.pl?n_id=12885&c_id=2&param=sDkQxsuAGawQFXxVrEK9

Jumat, 06 Juni 2008 *Munarman Bekerja untuk Siapa?* Tags:
FPI<http://www.berpolitik.com/wartapolitik.pl?tag_id=414&tag_name=FPI&param=2ufKSni2WDKtbNBAmNzX>,
HTI<http://www.berpolitik.com/wartapolitik.pl?tag_id=415&tag_name=HTI&param=2ufKSni2WDKtbNBAmNzX>,
Munarman<http://www.berpolitik.com/wartapolitik.pl?tag_id=4798&tag_name=Munarman&param=2ufKSni2WDKtbNBAmNzX>,
insiden_monas<http://www.berpolitik.com/wartapolitik.pl?tag_id=4810&tag_name=insiden_monas&param=2ufKSni2WDKtbNBAmNzX>
  Rate
This!
Total penilai: 2
Nilai: Cukup Saja
369 views    *(berpolitik.com).*: Kamis malam (5/6). Sas-sus itu sampai juga
ke telinga Presiden SBY. Kontan saja SBY terkaget-kaget. Apa persisnya isi
sas-sus itu sebenarnya?

Dari sebuah sumber yang dekat dengan kalangan intelejen, isinya memang
menghebohkan: Munarman telah di-dor. Mendengar sas-sus itu, tak heran jika
kemudian SBY pun segera memanggil Kapolri untuk mendapatkan klarifikasi.
Soalnya, jika benar Munarman tewas ditembak, pemerintah malah bakal mendapat
serangan bertubi-tubi. Yang lebih gawat, situasi politik bisa tambah liar.

Tapi, ketegangan segera mencair setelah terkonfirmasi, Munarman masih hidup.
Ini terindikasi dari pernyataan Gus Dur yang menyebutkan Munarman
disembunyikan oleh seorang jenderal. Informasi ini rupanya juga sudah
dikantongi oleh pihak kepolisian yang dikabarkan telah menyisir
tempat-tempat yang berasosiasi dengan beberapa jenderal tertentu.

Kalau Anda menebak jenderal itu adalah Wiranto atau jenderal-jenderal
pendampingya, tebakan Anda keliru 100%. Pada titik inilah, insiden Monas
tidaklah seperti yang selama ini diduga dan dianalisi oleh berbagai pihak. '
'
Jadi, ada apa sebenarnya dibalik insiden tersebut?

Dari sumber intelejen di kalangan intelejen menyebutkan, pengamat dan media
tak sensitif dengan informasi yang bertebaran. Kunci misteri ini tersebar
bak puzzle. Berdasarkan informasi itu, berpolitik pun dipandu oleh seumber
itu, mulai merangkainya. Hasilnya adalah sebagai berikut.

*Potongan Pertama: Mengincar Massa PDIP*
Potongan pertama adalah informasi yang dilansir Sekjen PDIP Pramono Anung.
Kata Anung, dia mendapatkan informasi bocoran dari Saleh Saaf, pensiunan
jenderal polisi, 30 menit sebelum bentrokan. Menurut Saaf, akan ada upaya
membentrokan PDIP dengan massa lain yang berada di seputar Monas. Mendengar
informasi ini, Anung mengaku langsung menarik barisan PDIP dari seputaran
bundaran HI.

Jika saja ketika barisan PDIP masih menyemut bukan tak mungkin bentrokan
yang bakal terjadi tidak seperti sekarang. Berbeda dengan barisan NU yang
lebih mengutamakan psy war ketimbang bentrok fisik secara nyata, massa PDIP
lebih terbiasa melayani tantangan secara fisik. Kekerasan fisik bakal
dibalas secara fisik. Jika itu menyebar ke berbagai penjuru tanah air,
de-stabilasi politik bukan sekadar omong kosong.

Karena massa PDIP tak ada, barisan FPI (atau Laskar Islam?) hanya punya satu
sasaran yang dipastikan tak bakal melawan. Akibatnya, sentimen negatif hanya
menyasar ke FPI. Jika bentrokan itu terjadi dengan PDIP, publik pasti bakal
dibingungkan karena yang terjadi adalah bentrokan fisik, bukan kekerasan
fisik.

*Potongan kedua: Riziq Menyerah Tanpa Perlawanan*
Persoalannya, hanya dua jam setelah kekerasan fisik terjadi, Habib Rizieg
yang diwawancarai sebuah stasiun televisi menyebutkan bahwa yang melakukan
kekerasan fisik adalah laskar-laskar yang tak mempunyai garis komando dengan
FPI. Tapi, ia membenarkan bahwa ada anggota FPI yang terlibat dalam
laskar-laskar tersebut.

Argumentasi Rizieg ini diperkuat dengan pernyataan Munarwan, selaku Komandan
Laskar Islam pada konferensi pers (2/6) di markas FPI. Dalam konferensi pers
itu, Munarman menegaskan dirinyalah yang bertanggung jawab dan tidak rela
jika anggotanya yang ditangkap.

Meski begitu, Habib Rizieg tak urang akhirnya ditangkap aparat kepolisian.
Padahal, mulanya, Habib Rizieq diperkirakan bakal melakukan perlawanan bila
dirinya atau anggotanya ditangkap aparat polisi. Pertanyaannya, mengapa
Rizieq akhirnya menyerah dengan damai?

Sebuah sumber membisikan bahwa Rizieq memilih menyerah setelah diyakinkan
bahwa dia tak bakal mendapat pertolongan dari pihak-pihak yang dianggap
sebagai patronnya.

Ya, informasi yang mampir menyebutkan, Wiranto sama sekali lepas tangan
terhadap aksi Rizieq kali ini. Mengapa Wiranto seperti melepas tangan?
Padahal, sebagaimana diketahui, dari sejarahnya, FPI adalah organ Islam yang
berada dalam binaannya.

Jawabannya muncul dari tempat lain. Akibat aksi kekerasan FPI, isu penolakan
kenaikan BBM bersubsidi sontak menghilang dari media dan publik. Hal ini
jelas merupakan pukulan telak bagi Wiranto dan Rizal Ramli yang selama ini
berselancar dengan isu ini untuk menggerus SBY. Tak heran pertanyaan pun
mencuat, siapa yang mendorong FPI?

*Potongan ketiga: Munarwan Sebagai Faktor*
Jika mengikuti pernyataan Rizieq atau pengacaranya di media, telunjuk pun
diarahkan kepada Munarman. Mantan Direktur YLBHI ini diketahui menjadi
anggota Hizbur Tahrir Indonesia. Menurut sebuah sumber, sejatinya, Munarman
sudah sejak lama mengikuti pengajian-pengajian di ormas yang punya afiliasi
dengan HT di Mesir itu. Bahkan pengajian-pengajian itu digelar kantor YLBHI,
jl Dipenogoro, Jakarta.

Secara ideologi dan garis politik, HTI dan FPI sebenarnya berseberangan. HTI
secara jelas-jelasnya ingin mendirikan sistem kekhalifahan. Sebaliknya FPI
masih menginginkan NKRI dalam versi 'Piagam Jakarta'. Jadi, secara politik,
keduanya sulit dibayangkan untuk bekerja sama.

Namun, berkahnya, kali ada isu soal pembubaran Ahmadiyah. Sepertinya ada
insinuasi yang kuat ke FPI bahwa AKKBB dibiayai dan atau ditunggangi AKKBB.
Selain faktor Ahmadiyah, FPI makin "terbakar" ikut serta karena disebutkan
AKKBB juga diperkuat barisan JIL (Jaringan Islam Liberal) yang tak lain
adalah musuh bebuyutan FPI sejak bertahun-tahun silam.

Keterlibatan FPI dianggap krusial. Soalnya, HTI tidak mempunyai barisan
massa yang terlatih sebagai milisi. Dan, disinilah kekuatan utamanya FPI.
Tampilnya sosok Munarman mampu memikat FPI. Sebab, Munarman tak ubahnya
'orang yang bertobat". Ini terkait dengan pencitraan Munarman selama ini
sebagai aktivis YLBHI. Sebagaimana diketahui, YLBHI sudah kadung dicap
"tidak ramah" terhadap gerakan Islam. Jadi, sangat pas sebagai "instrumen"
propaganda.

Di kalangan intelejen, keberadaan HTI selalu dikaitkan dengan ZA Maulani.
Belakangan, posisi Maulani diambil alih oleh Muchdi PR sebagai representasi
Prabowo Subianto. Jika ini benar, jadi logislah informasi Gus Dur yang
menyebutkan Munarman dilindungi oleh seorang jenderal.

Dugaan itu semakin kuat lantaran, malam ini (5/6), Munarman ditengarai
berada di Sentul. Kalangan intelejen meyakini, Sentul yang dimaksud merujuk
pada pusat pendidikan intelejen milik BIN. Lokasi pendidikan ini menjadi
tempat pendidikan sementara menunggu penyelesaian pusat pendidikan yang
berada di Batam yang hingga kini masih terbelengkalai pembangunannya.

Menyimak rentetan potongan itu, ada yang menyimpulkan, aksi kekerasan di
Monas merupakan upaya de-stablisasi untuk menekan pemerintah agar tidak
melakukan tindakan tertentu. Gerangan apakah itu?

*Potongan ke empat: Kasus Munir Mulai Temukan Titik Terang*
Berita di Detik secara samar-samar menjelaskan. Sebagaimana diberitakan,
polisi kembali memeriksa Pollycarpus dan Indra Setiawan (mantan dirut
Garuda). Ini terkait surat yang ada di komputer. Belum jelas surat apa
dimaksud oleh pihak kepolisian.

Tapi, sepertinya, surat itu bakal menjadi bukti yang memberatkan bagi Muchdi
terkait terbunuhnya aktivis HAM, Munir tahun 2004 silam. Ada bocoran, jika
benar begitu, besar kemungkinan Muchdi PR bakal ditangkap aparat kepolisian.
Jika Muchdi tertangkap, kabakin ketika itu, AM Hendropriyono bukan tak
mungkin bakal ditangkap pula.

Yang menarik, beberapa bulan silam, Suara Pembaruan pernah melansir
penangkapan Muchdi. Namun, ketika itu, pengacara Muchdi PR, Mahendradatta,
pernah bilang, jika benar Muchdi ditangkap, mabes polri pasti sudah dikepung
Koppasus.

Sepertinya, kali ini, SBY sudah mendapat kepastian kesetiaan Koppasus untuk
tidak bertindak sendiri. Karena itu, ada dugaan, Muchdi bakal ditangkap
sekitar pertengahan Juni ini.

Hanya saja, rencana penangkapan itu telah bocor. Dan, insiden Monas pun
meletus.

Soalnya kemudian, Anda boleh tida percaya dengan rangkaian potongan cerita
di atas. Siapa tahu, masih ada potongan lain yang belum ditemukan.
Sebagaimana sebelumnya, kita sempat menerima argumentasi bahwa Insiden Monas
adalah cara pemerintah mengalihkan isu BBM.

Nah, gerangan potongan kisah apa yang belum "terungkap". Jangan-jangan,
kesimpulanya bisa berbeda lagi. Jangan-jangan, loh.

Reply via email to