=================================
  Seri : "Membangun Keluarga Indonesia"
  =================================
  [EQ]
   
   
  Pengantar  
   
  Siapa tidak kenal Chrisye, penyanyi legendaris itu, . . . . 
  yang beberapa bulan yang lalu, tepatnya pada 30 Maret 2007, pukul 04.00 
pulang embali ke haribaan-NYA.
   
  Dialah contoh NAGA INDONESIA, NAGA bagi negara dan untuk bangsa Indonesia, 
dengan memilih jalan profesi sebagai pemusik. . . . 
   
  Perjalanan dari masa kanak-kanak, pendidikan keluarga, perkembangannya, 
pertimbangan, bahkan kebimbangannya serta kemantapan hatinya memilih musik 
sebagai profesi, telah menerobos dinding kultur PENDIDIKAN KELUARGA dan 
nilai-nilai sosial masyarakat yang berkembang saat itu.
   
  Chrisye, telah mengambil keputusan melampoi nilai tradisi keluarga sekaligus 
pendidikan keluarga saat itu.
   
  Dan tigapuluh tahun kemudian – bahkan dalam 3 dekade lebih itu – ia 
membuktikan – bahwa pilihan dan keputusannya saat itulah yang telah sangat 
berpengaruh dalam menyempurnakan dalam kariernya di kancah musikal di Indonesia 
- sampai saat-saat akhir hidupnya – bahkan hingga akhir hayatnya. 
   
  Kisah Chrisye ini sangat menarik untuk kita pilih dan angkat sebagai ikon 
Naga Indonesia – dalam konteks kita - WDN_Center mendorong spirit dan motivasi 
di dalam “Membangun Keluarga Indonesia”.   
   
  Di dalam Milis Wahana Dharma Nusa Center [WDN_Center] – [EMAIL PROTECTED], 
saat ini ingin dapat memutar ulang, kehidupan sang legendaris musical Indonesia 
ini.
   
  Sekaligus sebagai bahan kontribusi dalam Membangun Keluarga Indonesia.
   
  Doakan agar dapat kami kirim daily work dalam Serie : “Membangun Keluarga 
Indonesia” - EQ. 
   
   
  Regards,
   
  [Retno Kintoko - 0818-942644]
  WDN_Center Moderator
  Silakan joint :
  http://groups.yahoo.com/group/WDN_Center/
  atau email ke : [EMAIL PROTECTED]
  ------- 
   
   
   
  =================================
  Seri : "Membangun Keluarga Indonesia"   
  =================================
  [EQ]
   
   
   
  CHRISYE SEBUAH MEMOAR MUSIKAL
  Oleh : Alberthiene Endah
   
   
  Bermimpilah,
  sebab harapan akan memberi hidup
   
  Berkaryalah,
  sebab seni akan memberi makna
   
  [Naga belajar . . . sampai menutup mata]
   
   
   
  01. Apakah Saya akan jadi penyanyi?
   
  Pertanyaan ini bergelayut di benak saya berpuluh tahun lalu ketika saya 
merasakan kenikmatan tak terhingga saat seluruh raga dan jiwa saya dikuasai 
oleh kekuatan musik. Sebuah kenikmatan yang begitu ajaib magis, dan sangat 
mencengkeram! Yang membuat saya begitu keras kepala untuk tidak berpaling pada 
profesi apa pun, bahkan ketika realita di depan saya menyuguhkan kenyataan 
bahwa musik tidak memberi saya apa pun, selain rasa senang. Saat itu.
   
  Pertanyaan apakab saya akan jadi penyanyi dalam konteks profesi di era awal 
tahun 70-an, tidaklah bisa dijawab sederhana. Ada sederetan keraguan yang 
sanggup membunuh hasrat itu dalam sekejap. Siapa yang bisa menjamin bahwa 
pilihan itu akan mengarahkan hidup saya pada muara yang akan membuat saya 
mantap dan bahagia? Di zaman itu menjadi pemusik bukanlah sebuah profesi yang 
mudah memancing restu orangtua. Identik dengan kere tidak bermasa depan cerah 
tidak bergengsi dan tidak intelektual. Sudah begitu, industri musik juga belum 
menjadi kancah yang menjanjikan kemapanan. Jika tidak didukung oleh tekad 
kegagalan sedikit saja sangat mujarab untuk memutuskan mundur teratur.
   
  Namun, saya jalan terus. Satu-satunya yang membangkitkan semangat adalah rasa 
cinta yang begitu besar terhadap kenikmatan bermusik. Dan, itu melahirkan 
keyakinan absurd yang tumbuh membabi buta dari zaman ke zaman yang saya tempuh.
   
  Bertahun-tahun sejak saya pertama kali menonton latihan grup band Sabda Nada 
di rumah tetangga, di kawasan Pegangsaan Menteng, dan kemudian saya memegang 
bas, lalu jadi vokalis, pertanyaan apakah saya akan jadi penyanyi menjadi 
sahabat setia tanpa pernah terjawab. Bahkan, barangkali, tanpa saya sadari, 
saya membiarkannya tak pernah terjawab. Saya terus berkutat dengan musik dan 
menepis segala rasa takut, ragu, dan pesimis. Saya membangun optimisme dengan 
keyakinan bahwa menjalani profesi yang saya cintai sama baiknya dengan 
kesuksesan yang membuat seseorang menjadi sangat mapan.
   
  Saya lalu bergulung dengan perjalanan panjang Manggung dan satu tempat ke 
tempat lain, dengan band Sabda Nada, lalu Gipsy. Kemudian saya bergabung dalam 
Guruh Gipsy dan melakukan satu proyek musik luar biasa yang sama sekali tidak 
money oriented. Saya memuaskan hidup saya dengan berbagai proyek musik. Untung 
dan tidak untung. Kebanyakan tidak memberi saya kekayaan secara finansial. 
Tapi, herannya, malah makin memadatkan keyakinan saya untuk memilih musik 
sebagai jalan hidup, bernama rasa...
   
  Saya ikuti turun-naik peruntungan sebagai penyanyi rekaman. Saya ikuti arus 
zaman dengan membuat inovasi-jnovasi dalam bermusik. Semua proses itu saya 
nikmati sebagai sebuah perjalanan. Bahan bakarnya hanya satu: rasa. Saya 
perjuangkan apa yang membuat diri saya merasa selalu hidup. Rasa cinta terhadap 
musik. Lalu, saya terhenyak ketika belum lama ini sebuah tayangan televisi 
menyebut nama saya dengan tegas sebagai penyanyi legendaris.
   
  Ya, penyanyi legendaris, kata mereka!
  Saya bangga, sudah pasti. Sekaligus mengharubiru, teringat sebuah pertanyaan 
yang tidak juga terjawab sampai kini. Apakah yang saya raih sampai hari ini 
adalah jawaban dari pertanyaan itu? Dan apakah saya sudah boleh merasa lega 
karena akhirnya saya bisa menjawab pertanyaan itu dengan sebuah kebanggaan, 
karena saya telah meraih banyak hal dalam karier bermusik? Lalu, setelah itu, 
saya bisa tidur nyenyak karena berhasil menjawab pertanyaan terbesar dalam 
hidup saya.
   
  Tidak! Saya merasa tidak pentu menyudahi pertanyaan itu dengan sebuah 
jawaban. Saya merasa lebih bahagia, bila itu terus menjadi pertanyaan, dan saya 
akan bergumul dengan proses mengasyikkan dalam berkesenian. itulah jawabannya.
   
  Sadarlah saya, bahwa bagian terindah dalam karier bermusik adalah jika kita 
menikmati prosesnya sebagai perjalanan. Tak perlu membebani diri dengan 
memperhitungkan tujuan, target. pencapaian. Yang penting, dalam proses yang 
digetuti, kita menyertakan cinta yang besar dan tanggung jawab. Dan yang 
terpenting lagi adalah rasa ikhlas. Sebab, industri musik Indonesia tetaplah 
seperti permainan yang tak pernah memberi janji pasti, apakah kita akan terus 
selalu di atas. Rasa ikhlas membuat saya terus bertahan walau peruntungan 
naik-turun.
   
  Musik tidak bisa dipandang seperti bisnis ketika logika perhitungan 
untung-rugi bisa diakhiri dengan keputusan meneruskan bisnis atau gulung tikar. 
Dalam dunia musik, perhitungan yang sangat dominan adalah rasa! Apalagi bila 
pelakunya memitiki rasa cinta yang besar. Kebahagiaan bermusik tidak bisa 
ditukar dengan pertimbangan untung dan rugi. Pengorbanan pun menjadi sesuatu 
yang indah. Itu yang membuat saya setia bergutir di jalur ini. Dan boleh jadi, 
itu pula yang membawa saya meraih berbagai pencapaian.
   
  Apakah saya akan jadi penyanyi?
  Saya rasa pertanyaan ini juga masih lahir dan bercokol di benak banyak 
penyanyi pendatang baru saat ini. Harapan untuk sukses, impian menjadi bintang 
dan terkenal, serta keinginan mendapatkan kehidupan yang tebih baik, tak pelak 
lagi menjadi elemen penting dalam hasrat menjadi penyanyi.
   
  Saat ini industri musik Indonesia sangat berbeda dengan saat awal saya 
berkecimpung jadi pemusik dulu. Berbahagialah karena saat ini kancah hiburan 
kita menjadi ladang yang sangat menggairahkan bagi siapa pun yang ingin eksis 
di dunia musik. Semua etemen yang tertibat dalam industri musik menggeliat 
begitu hidup! Saya tak merasa heran bila saat ini cita-cita menjadi pemusik, 
menjadi biduan, dan menjadi bintang adalah cita-cita besar yang diimpikan 
banyak kawula muda. Tapi, apakah mereka akan menjejak dunia musik untuk sesaat? 
Jadi bintang yang bercahaya, lalu redup dan menghilang?
   
  Sekian puluh tahun mengarungi dunia musik tiba-tiba saya tersadarkan ada 
sesuatu yang bisa saya ungkapkan pada khalayak luas, khususnya bagi mereka yang 
yakin dan siap untuk setia pada musik, dan menjadikan pemusik sebagai profesi 
membanggakan. Suatu hal yang tidak bisa saya ungkapkan dengan beberapa kalimat 
atau sesi pembicaraan singkat. Saya ingin menyuguhkan satu ajang sharing yang 
saya dapat dan pengalaman fisik dan batin selama puluhan tahun karier saya 
berjalan. Buku adalah wadah yang paling tepat.
   
  Dalam buku ini saya ingin berbagi pengalaman, bahwa menjadi besar bukanlah 
sebuah kebetulan. Saya pribadi tak memercayai faktor kebetulan, Saya yakin 
bahwa segala pencapaian sebetulnya memiliki proses yang kerap tidak disadari. 
Waktulah yang akan membuktikan bahwa setiap detik yang kita lewati. setiap 
tindakan yang kita lakukan. dan setiap keputusan yang kita ambil memiliki 
kontribusi dalam apa yang akan kita raih kelak. Saya juga ingin berbagi bahwa 
kesabaran, keseriusan, dan tanggung jawab adalah modal yang sangat absolut agar 
dunia apa pun yang kita pijak menjadi tidak sia-sia.
   
  Han ini, ketika saya masih bergumul memerangi rasa sakit pascakemoterapi 
penyakit kanker yang saya derita rasa semangat untuk berbagi menjadi energi 
yang meletup letup. Ada dorongan yang sangat menyenangkan, yang membuat saya 
dengan penuh spirit mengerahkan segala kenangan perjalanan musikal yang sudah 
lewat. Ditingkahi alunan lagu Beatles yang selalu saya dengar dan IPOD (kini 
teman setia saya), buku-buku musik, kesetiaan istri saya menemani selama sakit, 
dan celotehan anak-anak saya, kenangan musikal saya seperti pembangkit semangat 
yang luar biasa.
   
  Begitulah memang kedahsyatan musik!
   
  Anda tahu? Bahkan dalam kondisi sakit yang cukup parah ini, saya masih 
merasakan denyut kehidupan yang menggairahkan karena musik.
   
  Siapa pun pembaca buku ini, satu harapan saya, jadikan rasa di dalam diri 
Anda menjadi nyawa yang sangat berharga bagi jalan Anda ke depan. Anda boleh 
tidak memiliki apa pun, tapi apabila Anda setia pada nurani dan mau 
memperjuangkan itu, Anda telah memulai sebuah perjalanan.
   
  Selamat membaca,
   
  CHRISYE
   
   


    
  SONETA INDONESIA <www.soneta.org>

  Retno Kintoko Hp. 0818-942644
  Aminta Plaza Lt. 10
  Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan
  Ph. 62 21-7511402-3 
   


       
---------------------------------
Pinpoint customers who are looking for what you sell. 

[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to