Olympiade Tonggak Sejarah Ganefo Tonggak Malapetaka.            
                                             
Tradisi dan kepercayaan kepada dewa zeus sebagai raja-nya dewa2
berasal dari hikayat atau dongeng2 Yunani Kuno yang menjadi
kepercayaan masa lalu yang sangat berpengaruh di Eropah dan juga
diseluruh dunia termasuk Arab maupun Asia atau China.

Tetapi pelopor berdirinya IOC sebagai panitia untuk melestarikan
tradisi kepercayaan Yunani ini justru bukan bangsa Yunani melainkan
negara Amerika yang kemudian mendapatkan dukungan dari Inggris,
Jerman, Perancis, Russia, dan juga negara2 lainnya.

Demikianlah, akhirnya Olympiade berhasil mengikat kerjasama bangsa2
diseluruh dunia untuk saling menghormati dalam persaingan yang sehat
sehingga diputuskan untuk menyelenggarakan pertemuan periodic setiap 5
tahun sekali untuk mengadu kekuatan melalui olah raga dalam
meninggikan martabat dan kebanggaan masing2 bangsa.

Berbeda dengan Ganefo, kalo berdirinya Olympiade bertujuan mengikat
kerja sama seluruh bangsa2 didunia untuk menciptakan perdamaian, maka
Ganefo justru sebaliknya, didirikan Sukarno dengan tujuan memerangi
negara2 tertentu yang dituduhnya sebagai nekolim, dan memprovokasi
negara2 lain untuk membenci dan memecah belah dunia dalam curiga
mencurigai yang merusak kedamaian dan perdamaian.

Wajar kalo hasil akhirnya menjadikan Olympiade sebagai tonggak sejarah
dunia karena didukung semua negara dan bangsa2 diseluruh dunia,
sebaliknya Ganefo merupakan tonggak bencana yang membawa malapetaka
dunia yang untung saja berhasil bubar sendirinya karena tidak
mendapatkan dukungan semua negara2 didunia.  Tonggak bencana ini tidak
terlalu berpengaruh didunia karena pengaruhnya hanya dirasakan rakyat
Indonesia sendiri.  Ganefo yang memerah kesejahteraan rakyat
Indonesia, merugikan rakyat Indonesia, dan hasilnya sia2 bahkan
puncaknya menimbulkan tragedy G30S yang mengorbankan puluhan juta jiwa
rakyat yang tidak berdosa sebagai pembayaran biaya kegagalan project
blunder ini.  Kalo Ganefo bubaran setelah dua tahun berdiri, malah
Conefo yang mau menggantikan PBB justru sudah bubar sebelum berdiri.


> "ttbnice" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Mana sekarang Ganefo? bikin itu gampang, tapi
> mempertahankan yg susah. Lu pikir IOC ga mengalami
> masalah untuk mengembangkan Olympiade menjadi
> seperti sekarang? 
> 

Bikin Ganefo juga enggak gampang koq, mengorbankan ekonomi rakyatnya,
dan membebankan banyak hutang kepada negaranya.  Lebih parah lagi,
sudah dibikin ternyata tidak diakui dunia bahkan tidak dihargai
bangsanya sendiri dan akhirnya bubar begitu saja.


> Sebagai orator memang Soekarno hebat di zamannya.
> Tapi bagi saya itu bukan kelebihan. Mungkin
> pekerjaan yg cocok adalah menjadi motivator.
> 


Ditinjau dari kepentingan nasional ataupun kepentingan dalam negeripun
Sukarno enggak cocok dianggap sebagai orator, lebih cocok dianggap
sebagai PROVOCATOR, karena bisa dibuktikan dia memprovokasi pembubaran
Partai Masyumi, memprovokasi pembubaran HMI.

Dia memang bisa menggerakkan massa yang dipaksanya secara akal2an
mengangkat dirinya jadi presiden seumur hidup melalui legitimasi
legislativ yang berstatus sementara dalam mengesyahkan pengangkatan
yang definitive.  Tapi cara2 menggerakan massa seperti itu tidak cocok
kita sebut motivator, lebih cocok kita sebut DICTATOR.


> Berani nasionalisir Caltex? Ini mah bukan berani,
> tapi diktator. Negara2 yg menasionalisasi perusahaan
> asing hanya dilakukan oleh sebuah diktator. Idi Amin
> dan Fidel Castro contohnya. Saya malah lebih hormat
> kayak orang seperti Xanana yg tidak menasionalisasikan
> aset RI di Timtim. Itu baru jantan. Bangun negri ga
> perlu pake ngerampok.
> 


Dictator juga ada yang cerdas dan tidak selalu melakukan
nasionalisasi, namun kalo dictactor yang kebingungan atau keblinger
bisa jadi melakukan nasionalisasi seperti yang dilakukan Bung Karno,
tapi tindakan itu bukan kedudukannya yang dictator melainkan karena
salah atau blunder dalam menjalankan langkah2 kedictatorannya yang
justru jadi bunuh diri, padahal tujuan jadi dictator itu khan justru
untuk dirinya survive dan membunuh musuhnya bukan membunuh dirinya
sendiri.

Kalo mau dikaitkan dengan Xanana dan Timor Leste, maka kita harus
membandingkannya dengan Jepang yang dulu menjajah Indonesia bisa
dipaksa untuk membayar pampasan perang kepada bekas jajahannya. 
Sebaliknya Xanana dan Timor Leste yang jadi korban penjajahan justru
dipaksa RI untuk membayar asset Indonesia yang sudah dibakarnya
sendiri di timor leste.


> Maen ganyang negara lain yg berdaulat adalah
> perbuatan kriminal. Negara Lu digituin mau ga?
> Palestina yg ga ada hubungannya sama elu
> aja lu bela2in. Dasar egois. Nasionalisme elu
> mirip juga sih dengan "nasionalisme" Islam,
> apa itu penyebabnya ya? hehehehe...
> 


Ganyang Malaysia merupakan contoh blunder lainnya, karena sebelum
Amerika dan Inggris memaksa Belanda untuk menyerahkan Irian Barat,
lebih dulu mereka melakukan barter dengan Sukarno dimana bila Irian
Barat diserahkan kepada Indonesia maka Sukarno dan pemerintah RI harus
mengakui berdirinya negara Malaysia sebagai komporomi barter dengan
penyerahan Irian Barat.

Ternyata Sukarno salah mendiagnosa dia kira Amerika Inggris ketakutan
nantinya Sukarno bergabung dengan komunis, juga Sukarno mengira
Amerika Inggris takut berperang.  Karena Amerika Inggris merasa
dikhianati Sukarno, maka dijebaklah dengan G30S dimana jendral2 yang
bertanggung jawab dan presiden Sukarno sendiri semuanya diculik oleh
pasukan rahasia yang dikirim Amerika-Inggris untuk melaksanakan
penculikan2 maut ini.  Jendral2 kesayangan Sukarno dibantai didepan
mata Sukarno sendiri di lubang buaya.  Sukarno shock, tapi tak perlu
membunuh Sukarno, cukup dititipi pesan agar mempersiapkan pergantian
presiden.  Pasukan penculiknya kemudian kembali ke kapal induk dengan
helicopternya.  Kemudian Sukarno menelepon Suharto minta dijemput ke
lubang buaya.

Jelasnya, Suharto bukanlah penggerak G30S karena Sukarno sendiri sudah
tahu siapa penggerak G30S itu.  Kalo memang Suharto itu penggerak
G30S, apa susahnya Sukarno memerintahkan Cakrabirawanya untuk
menangkap Suharto ???  Bisa saja Sukarno juga langsung dibunuh bersama
jendral2nya, tapi sama sekali tidak menguntungkan Amerika-Inggris
karena akan menimbulkan kekacauan atau kechaosan di Indonesia yang
mengganggu kepentingan Amerika-Inggris diseluruh Asia Tenggara dan
melemahkan kepercayaan presiden2 lainnya kepada Amerika-Inggris.

Palestina itu merupakan bangsa pribumi yang tinggal diwilayah Israel,
dan orang2 Yahudi itulah yang merupakan bangsa aseli Palestina
pribuminya.  Penduduk pribumi disana menganut dua kepercayaan, mereka
yang menyembah dewa Yahweh dinamakan orang Yahudi, dan mereka yang
menyembah dewa2 Filistine dinamakan orang Palestin.  Arab Palestina
sama sekali bukan bangsa Palestina melainkan orang2 aseli Arab yang
beragama Islam yang numpang cari kerja di tanah Palestina atau Israel.
 Mereka itu persis bisa disamakan dengan orang2 Cina Indonesia yang
sama2 bukan orang Indonesia tetapi numpang cari kerja di Indonesia. 
Bedanya, Cina Indonesia mau berassimilasi dengan penduduk pribuminya,
sedangkan Arab Palestina justru membantai memusnahkan bangsa palestina
yang pribuminya.

Orang2 Islam di Indonesia berpihak kepada penjajah2 Arab Palestina
sama sekali tidak terkait dalam simpati nasionalisme sebaliknya justru
terkait ikatan agama Islam yang sama sekali tidak mengakui adanya
nasionalisme.  Kalo memang terkait nasionalisme, maka orang Indonesia
seharusnya berpihak kepada orang Yahudi bukan kepada pendatang Arab
Palestina, karena pribuminya adalah Yahudi bukan Arab.

Kesalahan utamanya sebenarnya terletak di Amerika yang mendukung Arab
Palestina, karena orang Amerika merasa berdosa kepada pribuminya di
Amerika yang adalah orang2 Indian ini.  Simpati pemerintah Amerika ini
terkait dengan analogi Arab2 Palestina ini persis sama seperti orang2
bule Eropah yang sekarang mendominasi Amerika.

Amerika mendukung pendatang Arab Palestina karena sama seperti orang
Amerika, dilain pihak pemerintah Amerika juga mendukung orang2 Indian
dengan membuka berbagai kesempatan2 istimewa kepada orang2 Indian ini
sebagai penghargaan kepada bangsa pribumi.  Penghargaan kepada orang
Indian inilah yang analoginya membuat Amerika juga mendukung Israel
atau orang2 Yahudi dalam membela tanah airnya.

Ny. Muslim binti Muskitawati.










Reply via email to