Refleksi: Diplomasi wayang ini  disertai senyum manis memang hebat, karena  di 
arena politik  bisa  membuat  yang disebut lawan setelah  dikasi kopi manis dan 
kue lapis  langsung  kesurupan  dan  paralis. Dirgahayu NKRI! :-))

http://www.antara.co.id/arc/2009/1/23/pejambon-coffee-diplomasi-wayang-ala-indonesia/

23/01/09 06:58

Pejambon Coffee, Diplomasi Wayang Ala Indonesia


Jakarta, (ANTARA News) - "Tapi, di kehidupan di dunia nyata ini, terkadang kita 
tidak dapat melakukan semua hal."

Kata-kata itu meluncur dari bibir Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda dalam 
acara Pernyataan Tahunan Menlu RI di Gedung Deplu kompleks Pejambon, Jakarta, 
Kamis petang.

Menlu bukan sedang mengeluh ketika mengucapkan kata-kata itu, ia hanya sedang 
berusaha menerangkan fakta mengenai riuhnya diplomasi di kehidupan nyata kepada 
kelompok punakawan Bagong, Gareng dan Petruk.

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Pernyataan Tahunan Menlu kali ini 
dikemas dalam sebuah pagelaran wayang kulit dalam bahasa Inggris yang 
dipentaskan oleh Kelompok Wayang Sena Wangi.

Dalam acara yang dihadiri oleh sekitar 170 undangan yang terdiri dari para duta 
besar dan para diplomat negara-negara sahabat, tokoh nasional dan para pejabat 
Deplu itu tokoh Bagong yang dibawakan oleh dalang Ki Bagong Darmono mengajukan 
satu pertanyaan kepada Menlu.

"How Indonesia should deal with the current global situation?" tanya Bagong 
dengan didampingi oleh kedua saudaranya Petruk dan Gareng dengan logat Jawa 
yang samar sehingga memancing tawa para undangan.

Menlu yang menyaksikan pertunjukan wayang bertajuk Duta Perdamaian itu dengan 
didampingi oleh sekitar 60 duta besar negara sahabat tersenyum ketika mendengar 
pertanyaan yang sekalipun diklaim sederhana oleh sang dalang namun membutuhkan 
jawaban yang tidak sederhana mengingat dunia saat ini dihadapkan pada krisis 
pangan, energi, keuangan global, ancaman pemanasan global dan konflik 
berkepanjangan di sejumlah negara.

"Indonesia juga berkomitmen untuk menciptakan perdamaian dunia namun dunia 
nyata berbeda dengan di dunia wayang, dimana dalang memiliki otoritas penuh 
untuk menentukan siapa yang menang dan kalah," jelas Hassan kemudian yang 
petang itu mengenakan baju tradisional Jawa berupa beskap hitam lengkap dengan 
penutup kepalanya.

Sekalipun terdengar ironis namun kata-kata Menlu itu boleh jadi benar adanya. 
Apalagi apabila dikaitkan dengan krisis kemanusiaan di Jalur Gaza.

Tahun 2009 baru bergulir 22 hari namun sudah lebih dari 1.000 warga sipil 
Palestina meregang nyawa akibat agresi militer Israel di wilayah yang 
dikendalikan Hamas tersebut.

Dan sekalipun masyarakat internasional, termasuk Indonesia, berusaha sekuat 
tenaga untuk menghentikan krisis kemanusiaan itu tapi tampaknya tidak terlalu 
banyak mendapatkan respon berarti dari pihak Israel.

Bahkan resolusi No.1860 yang diadopsi dengan susah payah oleh Dewan Keamanan 
PBB pun tampaknya masih diabaikan oleh Israel sehingga dibawah inisiatif 
Indonesia Majelis Umum PBB harus menggelar sidang darurat yang ironisnya 
mengadopsi suatu resolusi yang dinilai lunak oleh Indonesia.

"Dunia nyata penuh dengan berbagai ketidakpastian, ... sebagaimana kemalangan 
yang menimpa rakyat Gaza," ujar Menlu.

Dalam paparannya, Menlu mengatakan bahwa sebagaimana dalam babak pertama 
pementasan wayang tersebut dapat diambil pelajaran bahwa peperangan antara 
kebaikan dan kejahatan tidak menghasilkan apa-apa kecuali penderitaan bagi 
orang banyak sebagaimana yang terjadi di Gaza.

"Dunia saat ini menyaksikan bahwa pihak yang kuat dapat menghancurkan apapun 
yang mereka inginkan tanpa menanggung konsekuensi dan seluruh dunia hanya 
menjadi penonton," katanya merujuk fakta bagaimana sebagian besar warga dunia 
dapat menikmati peristiwa pembunuhan massal itu dari ruang tamu atau kamar 
tidur pribadi akibat kecanggihan teknologi televisi.

Pementasan wayang yang berlangsung lebih kurang 1,5 jam itu terbagi dalam dua 
babak, di babak pertama terjadi "goro-goro" dimana kebaikan berada diambang 
kehancuran sedangkan babak kedua dibuka dengan penampilan wayang orang yang 
membawakan sendratari mengenai perang antara kebaikan dan kejahatan.

Secara keseluruhan alur cerita pertunjukan wayang tersebut adalah peperangan 
antara kebaikan yang diwakili oleh kerajaan Amarta --tempat para Pendawa-- 
dengan kejahatan yang disimbolkan oleh kerajaan Giribraja.

Alkisah Raja Giribraja berambisi menyatukan 100 negara tetangganya dibawah 
kekuasaannya. Ia berhasil menyatukan 97 negara kecuali Amarta, Dwarawati dan 
Mandura. 

Ditemui seusai pertunjukan, Menlu mengatakan adalah idenya untuk menggabungkan 
diplomasi dengan budaya guna menyampaikan pesan perdamaian.

Menurut dia, selain untuk menampilkan kesenian khas Indonesia yaitu kisah dalam 
wayang memiliki kedekatan dengan kehidupan nyata.

"Ada banyak pesan dan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya, yang perlu 
kita lakukan hanya mengidentifikasi dan menangkap pesannya," ujarnya.

Khusus untuk memeriahkan acara tersebut seluruh pejabat eselon I dan II di 
lingkungan Deplu memang mengenakan pakaian tradisional Jawa itu dalam berbagai 
warna, tidak terkecuali para staf penerima tamu.

Bagi sebagian besar orang Indonesia, busana tradisional biasanya hanya 
dikenakan dalam waktu-waktu yang khusus sehingga wajar jika sejumlah besar 
pejabat Deplu tampak sedikit kerepotan dengan busananya.

"Setelah 23 tahun, ini adalah kali kedua saya pakai beskap. Saya pertama kali 
memakainya sewaktu menikah," kata Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum 
Indonesia Teguh Wardoyo mengenai beskap coklat yang dikenakannya.

Sementara itu karena pertunjukan wayang ditampilkan dalam bahasa Inggris dengan 
pesinden Elisabeth --warga negara AS-- yang mahir bahasa Jawa maka jalannya 
cerita dalam dipahami sepenuhnya oleh para duta besar negara sahabat.

Sebagian besar dari mereka mengikuti jalannya pertunjukan dengan antusias, 
beberapa bahkan memilih berdiri dari kursinya agar dapat melihat kemahiran sang 
dalang memainkan wayangnya dengan lebih jelas.

Adegan pertempuran antara kebaikan dan kejahatan yang ditampilkan melalui 
sendratari pertempuran Pangeran Arjuna dengan para raksasa tampaknya juga 
menjadi adegan favorit karena diiringi musik yang lebih cepat.

"Sederhana karena hanya dua dimensi tapi sangat bagus dan impresif, sangat 
menarik dan cantik," kata Duta Besar Jepang ketika diminta pendapatnya mengenai 
pertunjukan itu.

Ia merupakan satu dan sejumlah duta besar yang mengikuti jalannya pertunjukan 
dengan serius.

Ditemui dalam acara ramah tamah yang menyediakan aneka panganan khas Indonesia, 
termasuk kelezatan kopi Indonesia itu, ia mengaku memahami pesan yang coba 
disampaikan sang dalang.

"Sangat bagus bagaimana pesan dapat sampai melalui budaya," katanya.
Dan sebagaimana yang dikatakan oleh Menlu jika sang dalang memiliki otoritas 
penuh dalam suatu pagelaran, di akhir cerita kebaikan sudah pasti berhasil 
mengalahkan kejahatan.

Amarta dengan para ksatrianya berhasil menundukkan Giribraja dan mewujudkan 
perdamaian. Sementara itu perdamaian di Gaza entah kapan baru akan terwujud, 
sekalipun Presiden AS Barack Hussein Obama yang diharapkan dapat membawa 
perubahan telah dilantik pada 20 Januari 2009.(

Reply via email to