yah gtlah potret bangsa kita saat kini ... mo bilang
apa ..? aku juga bingung niy .. apa iya wakil rakyat
yg duduk di DPR itu mikirin kita2 ini ga .. ato pada
mikirin .. nti siang mo lunch n kencan ama ..sapa gt
.. lohhhh :-)

rgds
ivonne


--- Aditias Suyasninto <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> salam pak is... nggak pak is... itu salah obat...
> itu obat buat orang
> pelit dan suka numpuk2 harta... kalo untuk pak adin
> itu pakai "carilah
> harta seolah2 kamu akan hidup 1000 tahun lagi"..
> 
> -adit-
> 
> 2008/6/9 iskandar effendi
> <[EMAIL PROTECTED]>:
> > Gimana mo bilang lagi,
> > katanya, jangan kuatir dengan apa yang akan engkau
> makan hari besok
> > cukuplah untuk hari ini saja,kuatir mu
> > sedang kan burung pipit yang tidak menabur, namun
> makan juga
> > ,,,,,,,nyatanya nih Adin ,kelaparan, tewas.
> > dan entah berapa banyak adin , adin , yang laen di
> atas bumi ini,
> > ............aduh,,aduh,,, aduh,,mungkin salah
> cetak kah kalam yang didengung
> > dengungkan itu.
> > atau mungkin juga bukan itu kah maksudnya,,,
> > ya Gusti,,,, ada apa sebenarnya ????
> >
> >
> >
> >
> > ________________________________
> > To: cikeas@yahoogroups.com
> > From: [EMAIL PROTECTED]
> > Date: Sun, 8 Jun 2008 08:24:14 -0700
> > Subject: CiKEAS> Penyapu jalanan yg tewas
> kelaparan !!!
> >
> > Dear All,
> >
> > Warga Negara Republik Indonesia patut
> mengheningkan
> > cipta bagi Adin, petugas di Dinas Lingkungan Hidup
> dan
> > Kebersihan, YANG TEWAS akibat KELAPARAN. Kiranya
> > liwanya tercukupkan di dunia akherat.
> >
> > Biarlah "pedang Ilahi" membagi orang setia kepada
> > kebaikan dan keadilan dari kaum bathil, dan tidak
> > dibagi berdasarkan beberapa butir dogma yang
> sama-sama
> > sulit diterima kehidupan nyata, bahkan mungkin
> oleh
> > Kasih Ilahi.
> >
> > Ironi yang besar buat bangsa yang sangat sibuk
> dengan
> > diri masing-masing. Keuntungan besar bagi satu dua
> > orang dan korporasi karena naiknya BBM, dan
> malapetaka
> > bagi jutaan orang yang tak dapat menyesuaikan
> diri,
> > dan terpaksa menerima BLT yang habis hanya dalam
> dua
> > hari. Kenaikan BBM bukan faktor satu-satunya,
> tetapi
> > telah menjadi pemicu terakhir kematian saudara
> > tersebut. Mungkin mempercepat kematiannya untuk
> > beberapa tahun, bulan, hari bahkan jam "yang
> > sebenarnya".
> >
> > Memang, hanya Sang Khalik yang Maha Mengetahui
> hari
> > tiba ajal kita, tetapi Sang Khalik (mungkin) tidak
> > menghendaki kematian sia-sia seorang hambanya, di
> > tengah debat dan amarah di tengah masyarakat, yang
> > tidak ada sangkut pautnya dengan Sang Khalik,
> bahkan
> > meskipun disebut "demi Keadi-luhungan Sang
> Khlaik".
> > Padahal, Dia tidak perlu dibela... DIA hanya
> menitip
> > kita di antara saudara sesama Manusia... untuk
> saling
> > memperhatikan. . Alhamdulilah, kalau mengulurkan
> > tangan untuk saling meringankan penderitaan. ..
> >
> > Tanpa sadar, kita terus berdebat... di tengah
> sengsara
> > bangsa dan manusia Indonesia meratapi kehidupannya
> > karena kenaikan BBM dan krisis pangan dunia...
> Mungkin
> > hari ini Adin, dan besok tetanggamu atau saudara
> kita,
> > menemui ajal karena kelaparan atau "suicide",
> karena
> > beban tak terpikulkan. ..
> >
> > Ataukah kita berdebat menunggu sesuatu yang
> irrasional
> > terjadi, seperti Topan Nargis menjawab keangkuhan
> > Junta Militer Myanmar dan memakan puluhan ribu
> korban.
> > Atau irrasionalitas laiinya, seperti protes "nyawa
> > ratusan bhikku" yang tertembak di Cina, karena
> > tuntutan kemerdekaan Tibet, dan dijawab Sang
> Khalik
> > dengan gempa 8,1 SR yang meluluh-lantakkan daratan
> > Cina dan menelan banyak korban tak berdosa hanya
> dalam
> > waktu singkat? Irrasionalitas, karena menurut
> rasio
> > tidak ada hubungan, tetapi daerah bencana
> senantiasa
> > terkait kaum tertindan dan penindas, dan meski
> > korbannya tidak sedikit orang yang tak berdosa.
> > Wallahualam. ..
> >
> > wassalam,
> >
> > berthy barnabas rahawarin
> >
> > Penyapu Jalan Tewas Kelaparan
> >
> > Rabu 4 Juni 2008, Jam: 8:18:00
> >
> > BOGOR (Pos Kota) - Harga kebutuhan pokok yang
> terus
> > merangkak seiring
> > kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) memunculkan
> beragam
> > kisah pilu. Seorang penyapu jalan tewas di pinggir
> > jalan Sukasari, Bogor Timur, Selasa (3/6) siang.
> >
> > Diduga, Adin, 46, petugas kebersihan pada Dinas
> > Lingkungan Hidup dan
> > Kebersihan (DLHK) Kota Bogor, itu meninggal dunia
> > karena kelaparan. Ia hanya
> > makan satu kali sehari karena harus berbagi dengan
> > ketiga anaknya.
> >
> > Sebagaimana dituturkan Neglasari, 40, istri Adin,
> di
> > RSUD PMI Bogor tempat
> > jasad sang suami diotopsi, korban meninggal akibat
> > menahan lapar sejak
> > malam.
> >
> > Menurut Neglasari sejak kenaikan BBM yang
> dibarengi
> > dengan melonjaknya harga kebutuhan pokok, ia dan
> > suaminya kelabakan mengatur pendapatan bulanan
> yang
> > hanya Rp750 ribu.
> >
> > Jumlah yang sangat minim ini harus diatur sehemat
> > mungkin agar bisa
> > menyisihkan dana untuk biaya sekolah dua dari tiga
> > anaknya. "Biaya hidup
> > dengan tiga anak sangat tidak mencukupi dengan
> gaji
> > hanya Rp750 ribu
> > sebulan," kata Neglasari saat berada di ruang
> forensik
> > rumah sakit.
> >
> > CUMA MINUM AIR PUTIH
> >
> > Warga Kampung Cibitung RT 02/07, Desa Tenjolaya,
> > Kabupaten Bogor, ini
> > mengaku untuk bisa bertahan hingga gajian bulan
> > berikutnya, terkadang mereka
> > makan sehari sekali. Bahkan jika makanan yang
> tersedia
> > tidak mencukupi untuk
> > semua, ia dan suaminya terpaksa cuma minum air
> putih.
> >
> > "Dengan gaji suami, kami bisa bertahan hingga dua
> > minggu lebih. Selebihnya,
> > sudah morat-marit. Untuk bertahan agar anak-anak
> tidak
> > kelaparan, kami makan
> > sehari sekali. Kadang diselipkan dengan rebus
> singkong
> > dan daunnya yang saya
> > minta dari warga," paparnya.
> >
> > Kepergian sang suami, diakui ibu tiga anak ini,
> akibat
> > sejak malam tidak
> > makan. Menu yang seharusnya untuk sang suami,
> terpaksa
> > dibagikan ke tiga
> > anaknya yang mengaku sedang lapar.
> >
> > Bahkan sebelum berangkat kerja, korban sempat
> mengeluh
> > sakit pada bagian
> > perutnya.
> >
> > "Saya pikir sakit biasa. Rupanya sakit itu,
> pertanda
> > lapar sejak malam,"
> 
=== message truncated ===



      

Kirim email ke