HARIAN ANALISA
Edisi Kamis, 18 Oktober 2007

Perang Suku Kembali Berkecamuk di Mimika, Papua 

Timika, (Analisa) 

Perang antara suku Damal yang bergabung dengan suku Dani yang mendiami kampung 
Kimberli dengan suku Amungme yang mendiami kampung Banti, Kabupaten Mimika, 
Provinsi Papua kembali berkecamuk di wilayah itu sejak Selasa (16/10) dan 
hingga berita ini disiarkan Rabu (17/10) perang itu belum juga reda. 

Dari Timika, ibukota Kabupaten Mimika, Rabu (17/10), Antara melaporkan, perang 
antarsuku Damal dan Dani berhadapan dengan suku Amungme tersebut masih terus 
berlangsung. 

Sementara itu, Polres Mimika sudah menerjunkan aparatnya untuk menghentikan 
perang suku tersebut dan mendamaikan suku-suku yang bertikai. 

"Menurut informasi, perang antarsuku itu sudah membawa korban jiwa sedikitnya 
empat orang meninggal dunia namun belum diketahui dari suku mana para korban 
perang suku itu. Kapolres Mimika AKBP GC Mansnembra dan Ketua DPRD Mimika, Yopi 
Kilangin sudah berangkat ke lokasi perang suku untuk mengimbau masyarakat 
menghentikan perang tersebut," kata seorang warga Mimika, Antonius. 

Antonius mengatakan, perang suku serupa pernah terjadi pada September lalu 
antara suku Damal yang bergabung dengan suku Dani melawan suku Amungme. 

Pada September itu, perang suku dipicu masalah keluarga. Seorang perempuan suku 
Amungme yang telah lama menikah dengan pria dari suku Damal bercerai dan 
menikah lagi. 

Perempuan suku Amungme ini menikah dengan pria dari suku yang sama. Pernikahan 
yang kedua itu menimbulkan konflik karena suami pertama perempuan itu 
menganggap perkawinan tersebut sebagai bentuk perselingkuhan yang berujung pada 
perang antarsuku. 

Perang antarsuku pada bulan lalu itu sudah berhasil didamaikan oleh aparat 
keamanan dari Polres Mimika dan pemerintah setempat. Namun pada Selasa (16/10) 
perang itu berkobar lagi. 

Antonius mengatakan, perang antarsuku di Mimika, wilayah pegunungan tengah 
Papua itu merupakan kebiasaan masyarakat di wilayah ini. Perang baru akan 
berhenti jika sudah menimbulkan korban jiwa. 

Untuk menuntaskan perang suku ini maka suku-suku yang terlibat perang itu akan 
melakukan upacara perdamaian dengan melaksanakan tradisi bakar batu dan bayar 
kepala atau pemberian denda adat kepada keluarga yang menjadi korban perang 
suku itu. 

Upacara bayar kepala pernah juga berlangsung di Timika pada Juni 2007 ketika 
terjadi perang suku di wilayah Kwamki Lama, Timika pada Juli dan September 
2006. 

Upacara pembayaran kepala bagi para korban perang Kwamki Lama tersebut 
dilakukan oleh kelompok suku bagian tengah Kwamki Lama dibawah pimpinan kepala 
perangnya, Elminus Mom dan David Wandikbo. 

Sementara itu, kelompok bagian bawah dan atas dengan kepala perangnya, Negro 
Wanimbo dan Jacobus Kogoya hanya melaksanakan pengumpulan dana, sedangkan 
pembayaran kepala akan diatur kemudian lantaran belum terkumpul seluruh dana 
dari para anggota suku. 

Dana pembayaran kepala yang terkumpul untuk kelompok tengah seluruhnya 
berjumlah Rp1 miliar yang diserahkan kepada tujuh anggota keluarga korban yang 
meninggal saat perang suku Kwamki Lama, 23 Juli-14 September 2006 dimana 
masing-masing korban menerima Rp200-500 juta. 

Selain korban jiwa, di kelompok tengah terdapat 145 rumah yang rusak berat dan 
ringan dan 21 rumah yang hangus terbakar saat perang suku di Kwamki Lama. 
Rumah-rumah yang rusak tersebut sudah diperbaiki. (Ant

Reply via email to