pada Suatu Cinta

Malam menghadirkan jelaga bagai jubah hitam dalam rimba . Tak ada noktah
gemintang seperti mata peri langit. Sementara kepungan awan tiap sebentar
meniriskan gerimis, dan mengusir berpasang-pasang kaki kecil berceloteh
riang pada sudut kamar. Aku masih teronggok pada salah satu kenangan silam
kita. Betapa banyak remah kepengecutan ku yang menabur di atas luka yang
kian hari melebar di hati kita.

Aku duduk termenung menatap hamparan semburat jingga, langit masih
menyisakan sisa-sisa hujan sore tadi. Udara dingin mengusap lembut punggung
kala aku sedang duduk di Aku terduduk di pojok kamarku, menatap setiap
tetesnya. dan tangan ini tetap menekan indah tuts keyborf komputerku menulis
sesuatu kutujukan untukmu Angin berhembus membawaku pada kenangan  silam
saat kita berbagi tawa dan cerita.

Kekasihku, jika engkau membaca e-mail ini, cobalah untuk mulai belajar
melupakanku. Aku tahu kenyataan itu memang pahit dan berat buatmu, terlebih
lagi buatku. Masih tak lekang oleh waktu saat kita pertama bertemu dibawah
jembatan itu kita pertama berjumpa Kamu datang ke arahku dengan pesona
kemilau kewanitaan mu yang segera memporak-porandakan hatiku seketika dalam
hitungan detik. Aku tak sempat berkata apa pun, saat dengan sopan dan
bersahaja, kamu mengajakku untuk menunaikan panggilan Ilahi secara
berjemaah, Hatiku tak mampu memungkiri bahwa, aku jatuh cinta padamu pada
pandangan pertama.

sejak pertama berjumpa dengan kamu, Jujur hatiku kedap-kedip kesetrum
parasmu yang polos. Akhirnya, di suatu malam di sebuah resto siap saji, aku
memberanikan diri menyatakan perasaanku padamu. "Jadilah kekasih rahasiaku,"
Waktu itu kamu hanya diam dan senyum manis mendengar rayuanku. Irama musik
bergetar, mengalun memenuhi dadaku yang berdegup kencang, menanti-nanti
jawaban dari bibir mungilmu. Kuyakinkan kamu bahwa aku akan menjadi yang
terbaik untuk mu. Kukerahkan seluruh perbendaharaan kata-kata romantis yang
kudapat sejak rajin membaca buku-buku Kahlil Gibran. Di ambang pintu kost
saat mengantarku pulang pada malam berkesan itu. aku lantas mencium dahimu
dengan lembut, tanpa perlu menunggu persetujuanmu lebih dulu. Jantungku
berdegup lebih kencang dari biasanya. Sebuah fenomena yang tak pernah aku
rasakan dari wanita manapun yang pernah singgah dalam relung hatiku selama
ini.

Aku tak punya kekuatan apa pun untuk menolak rasa cintaku padamu meski aku
tahu sesungguhnya aku telah memiliki kekasih yang dengan cemas menungguku .
Aku begitu terlena olehmu dan gelora gairah purba yang tiba-tiba muncul
dalam diriku telah menghempaskan kita berdua dalam lautan petualangan cinta
tak bertepi.

Sejak saat itu, kita merajut hari demi hari dengan ceria. Sorot matamu yang
teduh namun tegas membuatku merasa selalu nyaman berada di dekatmu. Aku
senantiasa merasa tersanjung ketika dalam setiap e-mailmu kepadaku, kamu
selalu menyelipkan sebait-dua puisi cinta yang membuatku seperti melayang ke
langit yang ketujuh. Tahukah kamu kekasihku, aku selalu menyimpan rapi
puisi-puisi cintamu itu dalam helai demi helai buku harianku yang setiap
malam aku buka kembali, membacanya pelan dengan bibir bergetar,
berulang-ulang, sampai setiap kata demi katanya meresap dalam setiap sumsum
tulangku, mengaliri setiap nadiku dan akhirnya menggelegak dalam sebuah
orgasme misterius yang berpendar-pendar dalam setiap relung kamarku. Kamu
memang paling tahu bagaimana membuatku berharga, kekasihku. Aku masih ingat
betul salah satu momen pertemuan  kita yang membuatku senantiasa mengenang
betapa indah melewatkan hari demi hari bersamamu.

"Jangan pernah memotong rambutmu, Sayang," kataku padamu saat kita
melewatkan senja temaram di teras rumah kost itu sambil membelai ikal
rambutmu.

"Kenapa?" tanyamu penasaran.

"Setiap kali membelai rambutmu, aku merasakan sensasi yang berbeda saat
jari-jariku memilin dan menelusuri ruas demi ruas rambutmu. Ketika ruas
rambutmu bergerak kembali menjadi ikal saat jariku lepas dari ujungnya,
rambut itu meretas lurus sejenak, lalu berpilin lagi, perlahan tapi pasti,
Aku begitu menyukainya," jawabku tulus.

kamu memegang tanganku dan berkata: “Sejak pertama kali mengenalmu, aku
yakin kaulah lelaki pilihanku. Aku siap mendampingimu. Mohon jangan
kecewakan aku.”

kamu  tersipu dan kemudian kita tertawa bersama, kita merasakan desau angin
senja yang sejuk. Kamu kemudian memeluk pundakku erat-erat dan bersama-sama
lagi kita terpana menyaksikan keindahan mentari beranjak ke peraduan di ufuk
cakrawala meninggalkan jejak-jejak merah jingga.

Bagiku Kamu adalah keindahan, bagiku Kamu adalah kehidupan, bagiku Kamu
adalah kenangan tak terlupakan. Dan manusia saling membutuhkan, tidak untuk
saling memakan. "huh Mengapa terjadi semuanya" Desis kecilku meratapi kisah
lalu. Narnia ya  nama gadis cantik itu. Gadis yang ke........., mmhhhhhh,
aku tak tahu lagi, yang aku tahu kamu adalah gadis yang sempurna, gadis
terakhir yang aku tinggalkan, walau sebenarnya ada keinginan yang terbersit
untuk menikahimu.

"Mas, jangan tinggalkan aku sendiri, aku tidak punya siapa-siapa selain
Mas". Narnia menangis, air mata beningnya mengalir di pipimu yang selembut
sutra, lebih lembut lagi kukira. Aku memandangi wajahmu, lidahku kelu,
serasa berton es menempel di lidahku, aku kedinginan di panasnya api cinta
yang bergelora. Kupeluk Narnia,mmmmhhhhh, aku tak tahu,tak tahu, apa yang
harus kulakukan, apa yang harus kukatakan. Aku masih mencintainya, tapi aku
harus pergi, kembali kepada kekasih selama ini, mencoba menjalani kehidupan
yang semestinya harus terjalani.

Aku menangis. Entah, waktu itu aku tidak merasa malu mengucurkan airmata di
hadapanmu. Sertamerta berdiri dan memeluk tubuh mungil mu yang kuyup oleh
hujan itu. Narnia

Kita memang telah siap menempuh segala resiko dari hubungan rahasia kita.
Namun dari lubuk hatiku paling dalam, setelah Dogma keluargaku kemarin, aku
tak kuasa untuk segera menetapkan hati berpisah darimu, meski kepedihan
melanda jiwaku saat ini. Cinta memang tidak dibangun untuk membuat rasa
kehilangan, tapi pada akhirnya aku menyadari cinta antara kita mempunyai
batas tepiannya sendiri. Sesuatu yang, sesungguhnya aku sadari akan terjadi
sejak awal, cepat atau lambat, namun akhirnya kuingkari saat pesonamu
membetotku dan membawaku ke dalam pusaran cintamu yang melenakan.Aku akan
simpan rapat-rapat kenangan manis di antara kita dalam bilik hatiku, dan
kemudian membiarkannya mengendap dalam senyap.

"Mmmmmhhhhh, kerinduanku pada mu Narnia membara lagi, hatiku telah terpatri
namamu, mungkin di antara wanita yang datang pergi" Ucapku lirih, hanya
Narnia yang kurindukan, hanya cintamu yang masih membuatku terlena dalam
buaian mimpi indah, hanya suaramu yang mampu menentramkan hatiku yang kalut.

tetapi Kekasihku, mulai saat ini, cobalah belajar melupakanku sebagaimana
saat ini aku telah mengunci rapat-rapat pintu hatiku untukmu. Aku tetap
menyimpan puisi-puisi cintamu padaku sebagai monumen paling berharga
tentangmu pada tempat yang aku harapkan tidak akan aku buka lagi sampai
kapan pun. Karena Engkaulah orang yang paling Kucintai Narnia, Selalu Untuk
Selamanya. Jika ada penyesalan yang terdalam, maka akan menjadi penyelasan
terberatku seumur hidupku. Hanya berharap Cintakita dapat bersatu entah
kapan... aku kan selalu berharap, sampai nanti aku tidak bisa berharap lagi
Narnia.

http://coretanpena-erwin.blogspot.com

-- 
Best Regard
Erwin Arianto,SE
エルイン アリアント (内部監査事務局)
-------------------------------------
SINCERITY, SPEED,  INOVATION & INDEPENDENCY

Reply via email to