=================================
  Seri : "Membangun Keluarga Indonesia"  
  =================================
  [EQ]
  
   
   
  CHRISYE : SEBUAH MEMOAR MUSIKAL
  [Naga Legendaris INDONESIA]
  Oleh : Alberthiene Endah
   
   
  Bermimpilah,
  sebab harapan akan memberi hidup
   
  Berkaryalah,
  sebab seni akan memberi makna
   
  [Naga belajar . . . sampai menutup mata]
   
   
  48. Aciu, Bos Musica . . 
   
  Aciu muncul ketika sudah larut.
  “Gue mau denger lagu yang barusan digarap dong!” kata bos Musica ini. Adjie 
yang sudah mati angin karena menganggap lagunya dinilai biasa-biasa saja 
langsung menjawab, “Besok-besok aja deh, belum selesai!”
   
  Aciu berkeras. “Ayo dong, gue pengen denger!” pintanya lagi. Kami terpaksa 
memainkan lagi. Dengan wajah mengantuk melodi garapan Adjie dilantunkan “Coba, 
komplet dengan musik dan lirikk,” kata Aciu mendadak bersemangat.
   
  Kami pun main lagi.
  Di luar dugaan wajah Aciu memerah, ia sontak berseru, “Ini lagu andalan, ini 
lagu buat jualan...!”
  Kami semua bengong. Lagu barusan justru kami taruh di posisi terakhir.
   
  “Yang bener, Aciu?” Adjie sendiri tak pede.
  Sudah selesaikan saja gue yakin, ini lagu bakal laris!” kata Aciu bersemangat.
   
   
  Saya yang sudah sekian tahun “pacaran” dengan  perusahaan rekaman Musica, 
tidak berusaha menampik pendapat Aciu. Kerja sama panjang kami sudah mengajari 
saya untuk tidak meremehkan telinga orang marketing. Saya yakin Aciu memiliki 
indra ke-enam untuk menebak selera pasar. Komentar dia tentang lagu Adjie, saya 
yakini sebagai penilaian serius seorang pemasar musik sejati.
   
  Lagu Adjie itu berjudul Aku Cinta Dia. 
  Begini potongan liriknya:
   
  Hati yang berbunga
  Pada pandangan pertama
  Oh Tuhan tolonglah
  Aku cinta. . . Aku cinta dia
   
  Esoknya kami menggarap serius lagu ini sesuai permintaan Aciu. Ajaib!
   
  Mendadak lagu itu jadi sangat bermagnet. Entakannya membangkitkan sensasi. 
Saya menyanyikannya dengan perasaan fun. Setelah jadi, serempak kami segera 
berteriak, “Lagu ini jagoannya...!”
   
  Begitulah. Lagu Adjie terpilih secara alamiah menjadi judul album. Aciu 
begitu senang dengan temuan tak terduga ini.
   
  Namun, buntut dan temuan itu amat sangat mengejutkan saya. Pasalnya, Aciu 
mengusulkan agar saya membuat desain cover kaset yang senada dengan semangat 
lagu tersebut.
   
  “Maksudnya Aciu?” saya mencari kejelasan.
  “Iya, lu jangan tampil sok anggun lagi di cover kaset. Lu pake baju yang 
rame. Yang ceria kayak anak muda!”
  Ceria kayak anak muda versi Aciu cukup membuat diri saya syok setengah mati! 
  Tim kreatif Musica meminta bantuan Guruh untuk menyulap saya jadi penyanyi 
berpenampilan fun.
   
  Begini konsep yang akhirnya diterapkan pada saya. Di cover kaset saya tampil 
mesra dengan seorang gadis (tentu saja, model) berpakaian eyecatching, dan 
melakukan gerak dansa. Warna bajunya? Jas putih dan celana merah! Komplet 
dengan dasi kupu-kupu warna merah. Segera terbayang wajah Gank Pegangsaan yang 
bakal menertawakan saya.
   
  Itu masih belum cukup. Guruh juga meminta saya berlatih koreografi.
  “Buat apa?” saya protes.
  Aciu menjawab cepat. “Ya, gimana mau jualan lagu ini kalau lu nyanyi sambil 
berdiri kaku. ini lagu dansa!”
   
  Di rumah saya senewen memikirkan itu. Yanti sempat tertawa. Tapi, akhirnya 
dia memberikan komentar yang membuat saya lebih tenang.
  “That’s the art of star performance!” cetus Yanti. Mau tak mau, fenomena 
begitu memang harus saya jalani. Saya telah menjadi bagian dan industri. Dan 
alam industri telah menggiring saya secara alamiah ke dalam arus tren. Saya 
akhirnya merenung dan menyadari, saya tidak bisa berkelit dan apa yang 
dinamakan total look dalam bermusik. Sejumlah musisi di dunia ini melewati 
perjuangan yang kadang terasa jauh lebih sulit ketimbang proses menyanyi itu 
sendiri. 
   
  Menggenjot performa! Siapa bilang Madonna tak habis-habisan melatih diri agar 
bisa tampil sebagai ratu pop dengan kemahiran dan yang begitu profesional. 
  “Apa saya nggak kayak ondel-ondel?”
  Saya masih keberatan. Yanti menyemangati saya.
  Dia malah berjanji ikut membantu membuatkan kostum untuk saya.
   
  Bersama sepupunya, Rini Noor (kini pimpinan Nepathya, promotor konser), Yanti 
membuat setelan busana yang buat saya terlihat menggelikan. Jas warna putih 
yang diberi aplikasi payet.
  “Saya kayak gantungan kunci!” cetus saya saat fitting.
   
  Bergulirlah rencana itu. Ketika album melewati tahap akhir pengemasan, saya 
memiliki agenda baru setiap sore. Latihan koreografi di rumah Guruh!
  Seorang anak buah Guruh saat itu, Alex Hasyim (adik kandung artis Rina 
Hasyim) telaten membantu saya.
  Busyet dah! Saya dilatih berjoget dengan gerakan yang seumur umur tak pernah 
saya lakukan. Hari pertama latihan, saya jadi bulan-bulanan tertawaan. Gerakan 
saya mirip robot terintimidasi. Kalaupun gerakan saya agak luwes, wajah saya 
kencang dicekam stres.
   
  “Kamu harus luwes, Chris...?” Guruh sabar mengajari. “Masukan semangat 
bergerak ke dalam batin. Jangan melakukannya dengan terpaksa,” katanya.
  Tapi, karena itu tidak mencerminkan diri saya, untuk bergerak sedikit saja 
susahnya setengah mati. Alex Hasyim sampai mengeluarkan peluh begitu banyak 
untuk melatih saya. Adjie kadang muncul di arena latihan. Ia tersenyum-senyum 
geli. Saya memandangnya dengan keki.
  “Gara-gara lu nih!” maki saya. Dia tertawa ngakak.
  Album itu diluncurkan seiring kemahiran baru saya, berdansa! Tampil di acara 
Aneka Ria Safari, nyali saya nyaris merosot. Bukan lantaran ragu dengan 
lagunya, tapi tuntutan goyangnya! Saya sampai ogah melihat rekaman acaranya 
karena tak kuasa memandang ulah diri saya sendiri. Untung saya didampingi 
sejumlah dancer, yang dengan sukses bisa menutupi gaya dansa saya yang 
menyedihkan!
   
  Prediksi Aciu begitu jitu! Album Aku Cinta Dia meledak, begitu dahsyat! 
Kurang dan seminggu, ratusan ribu keping kaset ludes di pasaran! Aciu girang 
bukan kepalang dengan keberhasilan sensasional ini. Ia sampai menggendong Adjie 
Soetama yang bertubuh berat!
   
  Saking populernya, lagu ini sampai dibeli oleh sebuah partai politik dan saya 
dipaksa untuk menyanyikan lagu ini dengan menyelipkan nama partai. Busyet deh!
   
  Album ini terjual lebih dan sejuta keping! Dua penghargaan saya sabet 
sekaligus, BASF Award dan Golden Record. Sebuah pencapaian yang sungguh 
sensasional.
   
  Saya melongo! Tak menyangka, album yang bikin saya panas dingin ini justru 
bisa mendobrak pasar. Walau begitu, sejumlah media, juga musisi, sempat 
melontarkan keprihatinan. Saya dikomentari sebagai lepas dari jati diri.
   
  Ya, memang betul. Tampak luar, sekilas itu bukan diri saya. Tapi perhatikan 
karakter menyanyi saya. Itu jelas-jelas mencerminkan 100% Chrisye. Bahwa saya 
akhirnya dibalut bungkus artifisial, seperti kostum heboh dan performa yang 
baru, itu adalah risiko yang dituntut oleh kemasan industri. Masih canggung, 
saya tidak merasa aneh. Prinsip saya, suara dan gaya menyanyi saya tidak 
berubah.
   
  Praktis, album sukses ini membuat tawaran show datang membanjir pada saya. 
Inilah pengalaman show paling melelahkan yang pernah saya jalani! Selain harus 
menahan gerah akibat kostum yang lebih heboh dan biasanya, ya goyangannya itu 
juga membuat capek!
   
  Belum lagi batin yang pegal karena terus-menerus diledek sesama musisi. Pada 
Adjie saya akhirnya menghujamkan pertanyaan. “Memang kayak apa sih penampilan 
gue pake kostum ini?”
  Adjie nyengir. “Lu kayak topeng monyet!”
   
  Sukses Aku Cinta Dia disusul oleh dua album sukses berikutnya, Hip Hip Hura 
dan Nona Lisa. Dua album susulan ini memanfaatkan eforia khalayak yang masih 
betah dengan gaya musik Aku Cinta Dia. Semuanya laris!
   
  Tentu saja itu berhasil menggemukkan tabungan, namun tetap tak cukup untuk 
membangun rumah. Namun, kepercayaan diri akibat album yang laris manis, membuat 
saya berani melakukan satu hal. Ngutang kesana-kemari untuk segera 
merealisasikan keinginan saya punya rumah. Apalagi, anak kedua sudah lahir.
   
  Jadi, di saat media massa sibuk mengulas suksesnya album ini plus menebak 
kekayaan saya, saya jusru sedang ngutang! Jadi orang tenar belum tentu kaya, 
Bung!
   
   
  [bersambung ]
   
   


    
  SONETA INDONESIA <www.soneta.org>

  Retno Kintoko Hp. 0818-942644
  Aminta Plaza Lt. 10
  Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan
  Ph. 62 21-7511402-3 
   


       
---------------------------------
Boardwalk for $500? In 2007? Ha! 
Play Monopoly Here and Now (it's updated for today's economy) at Yahoo! Games.

Kirim email ke