Re: Membangun Demokrasi Gaya Aceh Salam, saya percaya,usai 5 tahun kedepan, Nanggroe Aceh Darussalam akan bangkit bahkan menjadi Mercu Suar Sumatera, asalkan tetap berkhidmat kepada jiwa dan hargadiri yang sudah dipertunjukkan oleh Irwandy Yusuf. dan eloknya, Acheh..,sang Mercu Suar Sumatera ini, yang juga selanjutnya akan menjadi Mercu Suar Indonesia ini, ia berada tepatlah pula diujung paling barat kita punya garis pantai. Ya, ibarat megahnya Samudera Passai berabad lalu itu.. Karamlah perahu2 Portugis,Inggris hingga Belanda pada titik yang sama.
Insya Allah,barangsiapa pihak luar berani mendekat untuk menghancurkan,tak kan gentar rakyat membela tegaknya Merah Putih, tepat diujung barat kita punya Nusantara. Begini kata mereka,"kalaulah lagi pihak luar dari arah lepas Samudera Hindia mau hancurkan Indonesia, langkahi dulu mayat patriot bangsa Acheh..!!" Diujung barat kami menjaga! Acheh,maju terus.... karamkan mulut sinis anak bangsa yang memandang rendah..Samudera Passai bukan tandingan mereka dalam hal keringat, perbuatan, kerjakeras, dan hargadiri! (mudah2an mereka sadar-sesadar2nya, Indonesia bukanlah HANYA anak turun panji2 kebesaran sang Majapahit, sang Sriwijaya dan sang Padjadjaran...Bukankah dalam tulisan "Mendjadi Goeroe Dimasa Kebangoenan", Bung Karno sudah lantang meneriakkan, - ingat Sandyakalaning Majapahit, Sirna Ilang Kerta Ning Bumi?!!...kalaulah mereka sudah lupa,biarlah kali ini aku yang meneriakkannya kembali) DIDALAM KEBERSAMAAN NASIB ITULAH LETAK PERSATUAN INDONESIA Untuk Indonesia Raya,dari ujung paling barat akan lantang bersama kita teriakkan..Sekali Merdeka Tetap Merdeka!!! Yanri,- Untuk antek2 Neolib di Acheh, bawa pergi modal kalian jauh2, KAMI MAMPU!! --- In [EMAIL PROTECTED], "Hajar Pamundi" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Ketua Majelis GAM, Tengku Mohammad Usman Lampoh Awe, kepada Radio Nederland > Wereldomroep, belum lama lalu mengibaratkan *GAM seperti kapal yang harus > tetap menuju tujuan* ketika kapal tersebut tengah oleng.<--------- > > Apa tujuan GAM? jelas sekali mereka ingin mendrikan negara berdaulat di atas > Serambi Mekkah. Meski baju berbeda, tetapi jiwa mereka tetaplah GAM. > > Lihat apa yang telah Martii Ahtisaari aristeki. Kosovo, meski secara > sepihak, telah mendeklarasikan kemerdekaannya atas Serbia. Dan deklarasi > kemerdekan ini didukung penuh oleh Amerika dan sekutunya. Bukan tak mungkin > dengan arsitek yang sama, akan menghasilkan produk yang sama pula. > > Kosovo, dengan penduduk mayoritas muslim, memerdekakan dirinya dan mencari > dukungan ke seluruh dunia dengan membawa isu agama. Maka tak heran negara > semacam Afganistan, dan juga negara-negara OKI menyerukan untuk segera > mengakui kemerdekaan Kosovo. Padahal sejatinya penduduk Kosovo ini adalah > etnis Serbia yang keberadaannya semakin tergusur oleh para pendatang dari > etnis Albania. Jelas sekali bahwa hal ini adalah konflik etnis, dan BUKAN > merupakan konflik agama. > > Dengan mengacu hal yang serupa, partai-partai lokal yang ada di Aceh patut > diwaspadai dan diberikan kewenangan yang terbatas. Jangan sampai partai > lokal menjadi api dalam sekam yang siap membakar setiap saat. > > Separatisme? No Way! > > Hajar Pamundi > > > > Pada 1 Agustus 2008 18:47, tossi20 <[EMAIL PROTECTED]> menulis: > > > > > http://www.ranesi.nl/arsipaktua/indonesia060905/demokrasi_gaya_aceh200 80801 > > > > > > > > *Membangun Demokrasi Gaya Aceh* > > > > > > > > Radio Nederland Wereldomroep - Aboeprijadi Santoso 01-08-2008 > > > > Membangun Demokrasi Gaya Aceh > > <http://download.omroep.nl/rnw/smac/cms/id_w_demokrasi___la_aceh_20080 801_44_1kHz.mp3> > > > > ** > > > > *Partai-partai lokal Aceh dalam waktu dekat akan mengumumkan para calon > > legislatifnya. Para caleg baru dari enam parlok akan bertanding dengan caleg > > 39 partai nasional yang terwakili di Aceh. Golput, juga partai partai > > nasional, besar kemungkinan tak akan laku. Sebab, inilah pertama kali Aceh > > akan memilih parlemen dan pemerintahan sendiri. Sejumlah parlok bertekad > > membangun demokrasi dari bawah dan menjauhi politik premanismenya partai > > partai nasional.* > > > > > > > > Ketika Ketua Delegasi RI Hamid Awaluddin berjalan di tepi sungai di > > belakang rumah perisitirahatan di Vantaa, di pinggir Helsinki pada Juli > > 2005, Ketua Delegasi Gerakan Aceh Merdeka GAM Malik Mahmud menangis. Dia > > mengimbau agar Aceh diizinkan punya partai lokal. GAM bersedia melepas > > tuntutan kemerdekaan, tapi biarkan Aceh memiliki "kendaraan sendiri." Demikian > > desak Malik seperi diceritakan Hamid dalam bukunya *Damai di Aceh*. Malik > > mendapat dukungan Marttii Ahtisaari, mantan Presiden Finlandia dan mediator > > yang berwibawa itu. > > > > > > > > Sebaliknya, Hamid hampir putus asa karena justru parlok itulah yang > > pagi-pagi telah ditolak Jakarta dan membuat perundingan terancam gagal. > > "Pokoknya, Mbang, nggak ada cerita partai lokal!" begitu pesan Presiden > > Susilo Bambang Yudhoyono kepada Mayjen Bambang Dharmono kala itu. SBY konon > > sampai mengirim fax sebelas kali berisi penolakan, koreksi dan kompromi, > > khusus tentang parlok. SBY, Wapres Jusuf Kalla, si perintis perdamaian, dan > > Hamid Awaluddin akhirnya mendapat penegasan Ketua Mahkamah Agung Bagir Manan > > bahwa partai lokal tidak dengan sendirinya bertentangan dengan konstitusi. > > Akhirnya, Jakarta setuju dan gol lah tuntutan parlok tsb dalam MoU Helsinki. > > > > > > > > > > Cerita itu menunjukkan betapa Jakarta cemas dan curiga terhadap itikad GAM > > melalui parlok. Kini, tiga tahun kemudian, kekhawatiran Jakarta terhadap > > parlok sebagai kendaraan untuk referendum Aceh, masih kuat, terutama di > > Cilangkap dan Senayan. Tapi TNI dan DPR harus mengakui, aspirasi parlok itu > > telah meluas di Aceh, tidak hanya di kalangan GAM. Dan GAM, melalui sosok > > barunya, Partai Aceh, pun siap memetik buah dari legitimasi yang ditanamnya > > di Helsinki. > > > > > > > > Kuatnya aspirasi lokal di Aceh kini tampak dari cara cara parlok Aceh > > menanggapi isu golput dan menyiapkan para calegnya. Berikut suara wakil > > parlok-parlok Aceh dalam temu wicara dengan KBR Antero belum lama lalu. > > > > ** > > > > *Soal golput > > **Kecenderungan golput itu ketika rakyat tidak melihat akan ada > > alternatif. Ketika rakyat tidak melihat akan ada jalan keluar, ada > > perubahan. Sekali lagi saya tegaskan mari kemudian kita memberi jalan keluar > > kepada rakyat*. > > > > Sulit membayangkan Golput akan bergaung seperti di Jawa Timur ketika Aceh > > memanfaatkan peluang untuk membuka halaman baru provinsi yang merasa pernah > > dizalimi Jakarta ini. > > > > ** > > > > *Soal perubahan > > **Rakyat Aceh ini adalah pemilih yang cerdas. Ketika yang lama dilihat > > sudah tidak bisa dipakai lagi, dia akan memilih yang baru. Setiap yang baru > > adalah perubahan, adalah harapan dan inilah yang kemudian yang harus kita > > yakini sebagai sebuah perubahan yang akan terjadi di Aceh dan tetap menjaga > > perdamaian dengan MoU.* > > > > Juga cara cara menyiapkan calon calon legislatif, atau caleg, mencerminkan > > aspirasi membangun politik demokrasi dari bawah > > > > ** > > > > *Soal caleg > > **Caleg-caleg era ini dites, diuji, diusulkan oleh mereka. Memperkuat > > kwalitas dengan memberikan pemahaman-pemahaman. Dan kita memberikan kontrak > > politik, supaya caleg kita ini tidak mengulangi lagi kesalahan- kesalahan > > dari partai-partail nasional yang lama.* > > > > * **Kami menjaring dari tokoh-tokoh yang tumbuh dalam masyarakat, sehingga > > mereka betul-betul terwakilkan dari masyarakat. Jadi dengan demikian mereka > > sendiri yang memilih utusan yang dikirim dari wilayah kepada pusat. Kami > > mencoba mengaplikasi persentase itu 30% untuk orang GAM, apakah dia kombatan > > atau bukan, kemudian 30% untuk wanita, selebihnya itu untuk masyarakat dan > > ulama. * > > > > *Kemudian kriteria yang paling penting adalah taat dan setia kepada > > partai. Yang kedua profesionalisme, yang ketiga akhlak-ulkarimah. Yang > > keempat setiap figur yang dicalonkan menjadi teladan bagi rakyat itu > > sendiri. Dia menampung aspirasi rakyat, mereka dapat membaca Al- Quran dan > > berpidato.* > > > > > > > > Menurut sebuah sumber dari luar Partai Aceh yang merupakan sosok baru GAM, > > sebagian besar dari 17 mantan Panglima Wilayah dan ratusan Panglima Sago > > akan duduk dalam kepengurusan partai di daerah, tapi tidak harus menjadi > > caleg. Para caleg akan diserap dari anggota-anggota partai melalui > > pendidikan politik dari desa ke desa. > > > > > > > > Sementara itu, banyak petinggi GAM menjadi elit baru yang merambah > > keuntungan politik dan bisnis. Ketua Majelis GAM, Tengku Mohammad Usman > > Lampoh Awe, kepada Radio Nederland Wereldomroep, belum lama lalu > > mengibaratkan GAM seperti kapal yang harus tetap menuju tujuan ketika kapal > > tersebut tengah oleng. > > > > > > > > Tengku Mohammad Usman Lampoh Awe: Kapten ini melihat kapal kecil ada ombak > > dari depan, ada angin dari samping dia ribut di belakang. Bawa bukan ke > > sana, kapten yang benar nggak perlu tahu itu, omongan protes dan sebagainya. > > Ini nggak demokrasi itu, nggak ada demokrasi di laut nih. Kapten punya hak, > > dua kali lagi ribut, tolak dia ke laut. Itu hukum dari nabi Yunus sudah ada > > dulu. Kita jalan terus lemparkan pelampung, nanti kalau dia masih selamat > > kita ambil. Kapal jalan terus