=================================
  Seri : "Membangun Keluarga Indonesia"   
  =================================
  [EQ]
   
   
  CHRISYE : SEBUAH MEMOAR MUSIKAL
  [Naga Legendaris INDONESIA]
  Oleh : Alberthiene Endah
   
   
  Bermimpilah,
  sebab harapan akan memberi hidup
   
  Berkaryalah,
  sebab seni akan memberi makna
   
  [Naga belajar . . . sampai menutup mata]
   
   
  56. Kenapa Mesti Mundur ?!
   
  Saya memeluk Erwin dan Jay dengan keharuan yang meluap-luap. Dua orang yang 
sangat berjasa membangunkan kembali spirit saya. Konser Sendiri tahun 1994 itu 
direspons hebat oleh media massa. Kebanyakan mengobarkan pujian, karena anak 
negeri berhasil membesut sebuah konser tunggal akbar di tempat yang selama ini 
hanya dianggap pantas diinjak penyanyi Barat yang hebat! Apa yang kami lakukan 
akhirnya dipandang sebagai satu dobrakan besar yang membuktikan bahwa pintu 
gerbang bagi penyanyi tanah air yang ingin unjuk gigi melalui konser tunggal 
sudah terbuka lebar.
   
  Sukses konser di Jakarta, rupanya juga menggetarkan animo penggemar di 
daerah. Permintaan agar kami juga menggelar pertunjukan serupa di daerah 
bermunculan. Erwin dan Jay segera merespons permintaan ini. Kami segera 
mencetuskan persetujuan untuk membawa konser ini ke beberapa kota.
   
  “Sekalian sebagai bentuk syukur, kita berhasil menggelar konser impian ini!” 
cetus Erwin. Kami semua menyambut dengan semangat.
  Tapi, ada risikonya? Siapa yang mau repot dengan sebuah proyek yang terbilang 
sulit ini, dan menggelarnya di kota-kota luar Jakarta yang notabene belum 
memiliki peralatan sekomplet Jakarta. Erwin berseru, “Pokoknya hajar...!”
   
  Sejumlah kota jadi pilihan. Surabaya, Solo, Bandung. Benar saja. Setelah itu, 
kami mulai pusing memikirkan bagaimana urusan pengangkutan barangnya. Saat itu 
belum musim alat-alat canggih kebutuhan konser. Peralatan yang kami pakai dalam 
konser di Jakarta, sudah yang paling canggih. Jadi, untuk keperluan konser di 
Surabaya, Solo, dan Bandung, tak ada pilihan lain selain memboyong semua 
peralatan itu, komplet dengan seluruh kru!
   
  Jadilah kami melakukan konvoi mengangkut segala peralatan panggung dan 
soundsystem, perkakas panggung, sampai lighting! Jumlah konvoinya jangan 
ditanya. Mencapai 24 truk dan bus! Erwin berusaha menyesuaikan diri untuk 
mencapai tata suara terbaik dengan kondisi yang ada di kota setempat. Sementara 
Jay, dengan kepiawaiannya berusaha memanfaatkan situasi lokasi panggung untuk 
menghasilkan efek-efek panggung yang tak kalah dengan Plenary Hall. Pendeknya, 
kami semua dijangkiti semangat yang sama, berakrobat demi pertunjukan yang 
spektakuler!
   
  Mengesankan sekali! Di Surabaya, konser yang digelar dua hari, penuh sesak. 
Apalagi di Solo dan Bandung. Selama konser berlangsung, sulit saya gambarkan 
perasaan saya. Perjuangan yang solid di antara kami, respons penonton dan 
kemegahan konser seperti kipas raksasa yang bergerak liar di sekitar saya dan 
berteriak, “Ayo Chrisye. . . .maju terus!”
   
  Ya! Pada Erwin akhirnya saya berterus terang. Keberhasilan konser itu menjadi 
titik yang sangat penting dalam karier saya. Sebelum konser itu ada dalam hidup 
saya, pikiran saya tidak bisa lepas dari pemikiran bahwa usia yang merambat tua 
akan mengakhiri karier saya dengan vonis telak: mundur atau nggak ada muka 
dengan menyanyi terus walau penggemar sudah lari. Ternyata dugaan saya meleset 
total. Saya malu. Sungguh malu. Sesuatu yang saya bangun susah payah sejak 
kecil (bahkan sampai mengancam hubungan saya dan orangtua) ternyata saya 
sendiri yang menikamnya.
   
  Konser ini telah melahirkan saya kembali! Menyadarkan saya, bahwa usia bukan 
alasan untuk berhenti. Ribuan penonton yang menjejali konser saya adalah bukti 
nyata bahwa masih banyak orang yang akan menunggu karya-karya saya! Persetan 
dengan usia saya mau 40, 50, dan seterusnya. Karier kita akan berjalan 
mengikuti kemauan kemudinya. Kemudi itu adalah diri kita sendiri.
   
  _____
   
  Setelah direnungkan, saya akhirnya menyadari,
  pantas saja saya selama ini merasa jalan saya sudah buntu.
  Karena selama ini saya hanya menghidupkan satu “mesin” saja.
  Yakni, bagaimana memproduksi lagu baru.
  Terus terang itu membuat saya jadi mentok.
  _____
   
   
  [bersambung . . ]


    
  SONETA INDONESIA <www.soneta.org>

  Retno Kintoko Hp. 0818-942644
  Aminta Plaza Lt. 10
  Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan
  Ph. 62 21-7511402-3 
   


       
---------------------------------
Ready for the edge of your seat? Check out tonight's top picks on Yahoo! TV. 

Reply via email to