================================= Seri : "Membangun Keluarga Indonesia" ================================= [EQ] CHRISYE : SEBUAH MEMOAR MUSIKAL [Naga Legendaris INDONESIA] Oleh : Alberthiene Endah Bermimpilah, sebab harapan akan memberi hidup Berkaryalah, sebab seni akan memberi makna [Naga belajar . . . sampai menutup mata] 59. The New Badai Pasti Berlalu Gebrakan terus saya ciptakan dengan Erwin di sisi saya. Sebuah permintaan mengejutkan datang dari Musica. Mereka mendesak saya untuk merekam ulang album legendaris Badai Pasti Berlalu. Terus terang ini adalah permintaan yang sungguh sulit. Buat saya album itu adalah sebuah monumen. Begitu dahsyatnya kekuatan album itu di zamannya hingga saya lebih memilih membiarkannya hidup sebagai sejarah autentik. Nilai asli Badai Pasti Berlalu tak akan dirusak zaman. Namun, Musica punya pemikiran lain. Permintaan ini sebetulnya menupakan respons dan banyaknya usul dari khalayak luas yang menginginkan saya kembali menyanyikan lagu-lagu di album itu. Tennyata Erwin juga berpikiran sama. Setelah berhari-hari merenung, akhirnya saya menyetujui. Dengan catatan, saya meminta semua pihak untuk memperlakukan album ini dengan perhatian ekstra. Yang melegakan saya, Eros Djarot saat itu memberikan izinnya. Tahun 1999, kami memulai proyek rekaman ini. Sekali lagi, ini adalah proyek kreatif yang luar biasa sulit, meski antusiasme kami juga tinggi. Sulit, karena album ini sudah melegenda, dan banyak penikmat musik yang sangat mencintai album ini. Jika kami tak berhasil mengemasnya, kami akan menuai protes. Erwin dan saya sepakat untuk menjaga nyawa lagu ini dengan tidak mengubah gaya menyanyi dan alunan suara. Untuk memperbarui kemasannya, Erwin menyematkan berbagai macam musik tradisional, menambahkan backing vocal, dan menjodohkan saya dengan beberapa penyanyi. Terpilih saat itu: Waljinah duet untuk lagu Semusim, Nicky Astria untuk lagu Khayalku, dan Aning Katamsi untuk lagu Matahari. Sejumlah musisi dengan penuh spirit memberi dukungan. Ada Tohpati, Henri Lamiri, Aminoto Kosin, Edi Kemput, Andi Rianto, Uce Haryono, Indro, Thomas GIGI dan banyak lagi. Erwin juga mengusulkan untuk mengajak paduan suara Impromptu untuk memperkuat vokal latar. Album ini juga diwarnai orkestra Australia. Kali ini kami memilih The Victorian Philharmonic Orchestra. ini album yang menguras perhatian dan pikiran saya begitu besar. Saya ikuti semua proses latihan dan rekamannya, meski bukan bagian saya. Boleh dibilang Erwin mengerahkan segala perangkat pendukung yang tercanggih. Ia tampaknya tak ingin mengecewakan saya, dan benar-benar ingin menunjukkan bahwa album kemasan baru ini tak akan menjatuhkan album asli yang bersejarah itu. Selama proses penggarapan album ini, sering kali saya menahan air mata jatuh. Barangkali tak ada yang tahu bagaimana keharuan saya meledak-ledak selama saya di studio. Sering saya harus beranjak ke toilet kalau ingin menangis. Semua mengingatkan saya pada perjuangan saya di awal karier, saat membuat album ini tahun 1976. Saya, Eros, dan Yockie bekerja dengan peralatan musik seadanya. Kami bekerja mati-matian dengan satu tujuan pasti, menghasilkan album yang tak sia-sia. Kami tak mendapatkan apa-apa selain kebanggaan yang sungguh besar. Betapa zaman kemudian mengabadikan hasil kerja keras kami dan memberi apresiasi besar dengan menggugahnya untuk lahir kembali. Seperti telah diduga, album ini meledak. Saya berinisiatif untuk mengonserkan album ini. Pengalaman menggelar konser Sendiri telah membangkitkan keberanian saya. Ada satu pikiran juga untuk menjawab rasa penasaran saya. Setelah 6 tahun menggelar konser, apa iya konser saya masih ditonton? Ternyata penonton membludak. Konser yang digelar tahun 2000 di Plenary Hall itu menjual habis semua karcis yang tersedia. Erwin dan Jay sempat berseloroh waktu itu. Gile! Enam tahun lewat abis konser lu itu, kok nggak ada penyanyi lain bikin konser. Mudah-mudahan abis konser kedua ini, yang lain ketularan! ungkap mereka. Benar memang, setelah itu sejumlah penyanyi Indonesia menggelar konser dan sukses! Saya merasakan denyut yang sangat stabil dalam karier saya. Album kemasan baru Badai Pasti Berlalu membawa saya pada banyak tawaran manggung. Kalau dipikir-pikir ini agak unik. Sudah tua, malah baru laris show! Selanjutnya, saya mencoba kreativitas lain dengan membuat album yang mengangkat lagu-lagu legendaris yang sangat penting, yang pernah ada di Indonesia. Saya berpikir bahwa hampir di tiap dekade ada lagu yang sangat meledak dan bercahaya melintasi zaman. Muncullah ide untuk memuat album bertajuk Dekade. Satu hal unik yang menyemangati saya, lagu-lagu yang akan saya pilih dari tahun 40-an ini pasti akan menjadi tantangan tersendiri dalam menyanyikannya. Sejumlah lagu saya pilih dari masa tahun 1940 ke masa kini. Ada lagu Kr. Pasar Gambir & Stambul Anak Jampang (Ismail Marzuki), Di Bawah Sinar Bulan Purnatna (R. Maladi), Dara Manisku (Toni Koeswoyo), Sepasang Anggrek Bulan (A. Riyanto), Pengalaman Pertama - (milik A. Rafiq), Sakura Dalam Pelukan (Fariz RM), Kisah Kasih di Sekolah (Obbie Mesakh), Kangen (Ahmad Dhani), dan saya khusus meminta Pongki Jikustik untuk membuatkan lagu. Ia memberikan lagu berjudul Seperti yang Kau Minta. Ada alasan kuat yang mendasari saya memilih lagu-lagu ini. Semua menapaki lantai musik Indonesia dengan jejak yang sangat membekas. Boleh dibilang, semua lagu ini sangat populer dan merakyat. Orang mudah menghafal syairnya. _____ Saya merasakan denyut yang sangat stabil dalam karier saya. Album kemasan Badai Pasti Berlalu membawa saya pada pada banyak tawaran manggung. Kalau dipikir-pikir ini agak unik. sudah tua, malah baru laris show! _____ [bersambung . . . ]
SONETA INDONESIA <www.soneta.org> Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3 --------------------------------- Yahoo! oneSearch: Finally, mobile search that gives answers, not web links.