http://www.indomedia.com/bpost/062007/6/opini/opini4.htm
Adillah terhadap Lingkungan Mahasiswa di berbagai daerah di Indonesia turun ke jalan, kemarin. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) dan berbagai eleman masyarakat pun melakukan aksi serupa: aksi damai menyambut dan memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Tuntutan mereka hampir sama, Mereka meminta penghancuran hutan dan eksploitasi lingkungan, dihentikan. Di Pontianak, ratusan warga yang peduli terhadap persoalan lingkungan terdiri atas aktivis lingkungan, mahasiswa, pelajar, petani dan nelayan, melakukan aksi berkeliling di bundaran Tugu Digulis Untan Jl Ahmad Yani, sambil meneriakkan yel-yel dan penolakan terhadap upaya perusakan lingkungan. Melalui aksi yang mereka lanjutkan ke Kantor Gubernur Kalbar --sekitar 500 meter dari Tugu Digulis-- mereka menyampaikan enam tuntutan kepada pemerintah daerah dan legislatif (wakil rakyat). Tuntutan itu meliputi: Tanah untuk rakyat; Sumberdaya alam untuk rakyat; Hentikan penghancuran hutan; Hentikan perluasan kebun sawit; Hentikan kegiatan yang mengekploitasi lingkungan; Hentikan kegiatan yang menindas rakyat. Sementara di Jogjakarta, puluhan aktivis Walhi setempat mengadakan aksi simpatik di perempatan Kantor Pos Besar Kota Jogjakarta. Dalam aksi itu, mereka mengajak pengguna kendaraan bermotor di kota itu untuk mematikan mesin kendaraannya saat lampu pengatur lalu lintas menunjukkan warna merah (berhenti). Menurut koordinatornya, Hario Priojati, walaupun hanya dalam hitungan detik, dengan mematikan mesin kendaraan bermotornya paling tidak bisa mengurangi polusi udara yang ditimbulkan dari asap knalpot. Di Mataram, puluhan anggota Warga Pencinta Alam (Wapala) Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) melakukan aksi damai di perempatan Jalan Udayana depan kantor Bank Indonesia (BI) Mataram. Kegiatan yang dilakukan mahasiswa, aktivis dan warga yang peduli terhadap lingkungan ini akan menjadi tak ada arti dan menjadi kegiatan yang sia-sia kalau tak diimbangi oleh kesadaran mereka yang berkepentingan mencari keuntungan pribadi dengan memanfaatkan lingkungan. Sudah berapa juta hektare hutan kita musnah, berapa juta metrik ton batu bara kita digali dari dalam tanah sehingga meninggalkan lubang galian yang sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup kita dan makhluk hidup lainnya. Lingkungan mengandung pengertian yang sangat luas. Selama ini, sebagian dari kita hanya beranggapan lingkungan hanya wilayah hutan. Ini lantaran, bencana alam yang terjadi selama ini disebabkan oleh hutan yang rusak akibat dijarah dan digunduli. Laju kerusakan hutan (deforestasi) per tahun mencapai 3,8 juta hektare. Dengan kecepatan seperti ini, hutan daratan rendah Sumatera habis pada 2005 lalu menyusul Kalimantan pada 2015 nanti, atau tinggal delapan tahun lagi. Apakah, kita hanya bisa menunggu masa delapan tahun itu hingga hutan kita di Bumi Kalimantan ini benar-benar musnah. Dalam kurun waktu delapan tahun ke depan, kita termasuk pemerintah harus serius mengantisipasi agar hal itu tidak menjadi kenyataan. Jalan dan sungai, nyaris terlupakan oleh kita. Padahal, dua hal ini adalah lingkungan kita yang harus diperlakukan dengan baik, arif dan bijaksana karena sangat vital dalam menunjang kehidupan kita. Tapi apakah pernah terlitas di pikiran kita, untuk tidak mencemari kedua nadi kehidupan kita ini. Masih banyak dari kita, yang membuang sampah seenaknya di sungai dan jalan. Kita tahu, kehadiran mereka --sungai dan jalan-- di tengah kita bukan bukan sebagai tempat pembuangan. Tapi karena keserakahan manusia, sungai dan jalan menjadi tempat sampah terbesar dan terpanjang di dunia. Belum lagi pencemaran udara. Asap yang dikeluarkan dari knalpot kendaraan bermotor dan pabrik serta akibat dari ke(pem)bakaran hutan dan lahan, juga memiliki andil yang besar dalam merusak ekosistem dan penipisan lapisan ozon. Selain itu, apakah kita pernah terpikir bahwa pemakaian parfum dapat mencemari lingkungan. Di Hari Lingkungan Sedunia, kita bisa merenungi semua kegiatan makhluk di dunia ini yang dapat merusak dan mencemari lingkungan. Kemudian, kita harus bertindak arif, bijaksana dan adil terhadap lingkungan yang memberikan kehidupan kepada kita dan untuk keturunan kita di kemudian hari. [Non-text portions of this message have been removed]