================================================= 
THE WAHANA DHARMA NUSA CENTER [WDN_Center] 
Seri : "Membangun spirit, demokrasi, konservasi sumber daya, 
           nasionalisme, kebangsaan dan pluralisme Indonesia."  
================================================= 
[Spiritualism, Nationalism, Resources, Democration & Pluralism Indonesia 
Quotient] 
Menyambut Tahun-tahun produktif dan efisien. 
"Belajar menyelamatkan sumberdaya negara untuk kebaikan rakyat Indonesia." 
PENDIDIKAN
Asah "Berlian" Calon Peraih Nobel
Senin, 8 Februari 2010 | 03:00 WIB
Oleh : Luki Aulia
Jika ingin memperbaiki kualitas dunia pendidikan tinggi, hanya ada dua hal yang 
bisa kita lakukan. Dua hal tersebut adalah meningkatkan kualitas kegiatan 
penelitian dan kegiatan pengajaran. Pemikiran awal itu dimiliki Rektor 
Universitas Indonesia Gumilar Rusliwa Somantri. 
Hasilnya, UI kini menduduki peringkat ke-201 dari 500 perguruan tinggi 
terkemuka di dunia (hasil Times Higher Education-QS World University 
Ranking/THESS tahun 2009).
Kegiatan penelitian dan pengajaran yang berkualitas tidak bisa diperoleh jika 
tidak didukung dosen dan mahasiswa berkualitas. Apalagi jika mahasiswa kerap 
ditinggal dosen yang lebih sering mengajar di tempat lain. Itu yang mendasari 
langkah Gumilar menata dosen, tahun 2008. Salah satu contoh, dosen inti 
penelitian diberi renumerasi Rp 15 juta per bulan. Dia harus lebih banyak 
mencurahkan waktu untuk penelitian.
Apakah program itu efektif?
Efektif. Sekarang dosen lebih betah di kampus dan fokus pada penelitian dan 
pengajaran. Dengan penataan ini, dosen bisa meningkatkan kualitas mengajar dan 
meneliti tanpa harus memikirkan kesejahteraan. Sebelum naik, gaji dosen 
kira-kira Rp 2 juta. Kami ingin mengasah ”berlian-berlian” dalam kegiatan 
penelitian dan pengajaran dengan karya yang dipublikasikan di jurnal 
internasional atau bahkan Nobel, menjadi pemimpin sekaligus entrepreneur.
Sudah terlihat hasilnya?
Melihat kondisi UI saat ini, ”berlian” bidang penelitian masih butuh 10-15 
tahun. ”Berlian” di bidang pengajaran perlu 5-10 tahun. ”Berlian” itu baru bisa 
diperoleh jika didukung SDM dan dukungan dana yang tidak sedikit. Untuk memacu 
itu, kami mendorong munculnya guru-guru besar yang kini baru 250 orang. 
Idealnya, 1.000 full professor atau paling tidak 500 guru besar.
Bagaimana cara menemukan dan mengasah SDM ”berlian”?
Diawali dengan selektivitas. Kami tidak mau mencetak sarjana yang berpikir 
sempit yang merugikan bangsa. Kami ingin melahirkan generasi muda yang sadar ia 
menjadi bagian masyarakat dan punya tanggung jawab pada peradaban. Ini perlu 
pendekatan holistik. Kami mulai dengan peningkatan kualitas dosen, membangun 
infrastruktur yang baik, menumbuhkembangkan kreativitas, kebebasan berpikir, 
namun bertanggung jawab untuk mengemukakan pendapat dan berkontribusi pada 
upaya pemecahan persoalan bersama. Yang penting, bagaimana memanfaatkan apa 
yang kita miliki secara optimal karena kalau menunggu sampai segala sesuatunya 
sempurna, kapan itu bisa dilakukan.
Bagaimana proses seleksi masuk UI?
UI membuka 11 jalur masuk untuk pertahankan kualitas ”bibit”. Kami mengundang 
sekitar 800 lulusan terbaik SMA seluruh Indonesia ikut seleksi masuk. Kalau 
ikut seleksi biasa atau SIMAK UI belum tentu lulus karena kualitas pendidikan 
SMA dari Sabang sampai Merauke kan berbeda. Tes SIMAK itu tes standar. Yang 
lulus mayoritas siswa di Jabodetabek atau kota-kota besar lain karena mereka 
berkesempatan bimbingan tes dan dekat fasilitas lain. Padahal banyak anak 
daerah di pelosok yang lebih berkualitas. UI juga undang para pemenang 
olimpiade sains untuk masuk UI tanpa tes.
Mahasiswa ideal seperti apa yang diharapkan?
Mahasiswa yang seimbang antara orientasi scientific values dengan arts dan 
morality. Jadi secara ilmu pengetahuan baik, seni dan moralitasnya juga baik. 
Kami ingin menciptakan generasi baru yang mampu berpikir holistik, tidak 
parsial, dan seimbang dengan orientasi pada keilmuan.
Selain perbaikan kualitas SDM, apa rencana UI ke depan?
Kami ingin membuka pusat penelitian untuk perkeretaapian lengkap dengan tremway 
di dalam kampus bekerja sama dengan Kementerian Perhubungan. Kami tahun ini 
akan membangun gedung pusat kesenian dan kebudayaan lengkap dengan gedung 
konser dan museum seni. Gedung ini penting untuk menjaga keseimbangan otak kiri 
dan kanan supaya mahasiswa tidak hanya berkutat dengan sains dan teknologi, 
tetapi juga seni dan budaya. UI akan membangun pusat penelitian terintegrasi 
dan rumah sakit.
Apakah UI menjadi mahal?
Sebaliknya, justru sekolah termurah di Indonesia karena kualitas UI tidak kalah 
dengan perguruan tinggi di Malaysia, Filipina, Thailand. Dengan kualitas 
seperti itu, uang kuliahnya hanya Rp 100 ribu hingga Rp 7,5 juta berdasar 
kemampuan. Beasiswa hingga sekitar Rp 36 miliar untuk strata 1 reguler. Tidak 
ada alasan takut masuk UI karena biaya mahal.
Dengan banyaknya gedung di UI, apakah tidak mengganggu konsep UI Go Green?
Tentu tidak karena gedung-gedung yang dibangun termasuk ”gedung hijau” yang 
hemat energi. Kami menyadari masalah serius seperti ancaman pandemi, kekurangan 
energi, kekurangan makanan, dan perubahan iklim. Untuk itu, kami mulai peduli 
lingkungan di dalam kampus sendiri seperti naik sepeda atau membangun ”gedung 
hijau” seperti perpustakaan yang sedang dibangun. Di satu sisi gedung-gedung 
itu merepresentasikan perhatian pada perkembangan ilmu pengetahuan. Di sisi 
lain, kami ingin merepresentasikan perspektif yang menunjukkan keseimbangan 
antara tercapainya kemajuan dari peradaban dengan lahirnya keadilan, demokrasi, 
dan kelestarian lingkungan.
Sumber anggaran UI?
Tentu kami harapkan dukungan pemerintah. Harus ada perguruan tinggi di negeri 
ini, satu saja dulu, yang masuk peringkat dunia untuk menumbuhkan rasa bangga 
dan percaya diri bangsa. Kami mengundang filantropi kalangan industri. Kami 
ingin hasil penelitian dipatenkan dan dihubungkan dengan industri. Selama ini 
kami sering dibantu industri terutama untuk pemberian beasiswa. [Kompas, 
8/2/10].
---------- 
Indonesia memerlukan institusi, moral dan manusia handal sebagai agen dan motor 
perubahan. Dedikasi perguruan tinggi, ilmuwan, praktisi dan para idealis kepada 
masyarakat, akan menghasilkan jalan lurus bagi kemajuan bangsa.
Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. 
Best Regards, 
Retno Kintoko 
  
 
Alarm Gempa [ERDBEBEN Alarm] 
Sedia Bibit Ikan Patin 




 
SONETA INDONESIA <www.soneta.org>
Retno Kintoko Hp. 0818-942644
Aminta Plaza Lt. 10
Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan
Ph. 62 21-7511402-3 
 


      

Kirim email ke