???

http://www.indomedia.com/bpost/062007/21/opini/opini2.htm

Borneo Mekar Menuju Keseimbangan Dinamis

Oleh: Ir H Mahrus Aryadi MSc
Ketua Umum MPW ICMI Muda Kalsel

Semangat pemekaran Borneo sebagaimana diulas BPost (3 Juni 2007), merupakan 
wacana yang cukup menarik untuk dibahas. Setidaknya ada tiga pertanyaan yang 
harus dijawab dalam urusan mekar-memekarkan tersebut: mengapa harus dimekarkan, 
untuk apa dimekarkan, bagaimana caranya.

Luas Borneo sekitar 746.545 kilometer persegi, merupakan pulau terbesar ketiga 
di dunia. Hampir dua kali luas Sumatera, empat kali luas Sulawesi atau enam 
kali luas Jawa. Berdasarkan catatan sejarah, penjajah dari Portugis pada abad 
ke-16 menyebut Borneo dengan Brune. Dalam catatan Antonio Pigaftta, disebut 
Burne. Secara politis, Borneo terbagi menjadi tiga wilayah politik yaitu Brunei 
5.765 km2 (satu persen), Malaysia (Sabah dan Sarawak) seluas 201.320 km2 (27 
persen) dan Indonesia seluas 539.460 km2 (72 persen) yang hingga saat ini 
terdiri atas Kalimantan Timur, Barat, Tengah dan Selatan.

Mengapa harus dimekarkan? Pertanyaan ini sebenarnya bisa terjawab jika kita 
membandingkan luas wilayah Kalimantan (pulau yang masuk wilayah Indonesia), 
yaitu sekitar 72 persen dari luas Borneo. Dengan luasan tersebut, tentunya 
tidak ada alasan untuk menunda pemekaran yang sudah digadang-gadang sebagian 
penduduk Pulau Kalimantan ini.

Alasan lain, adanya tuntutan percepatan dan pemerataan pembangunan bagi 
penduduk Pulau Kalimantan. Mengutip pendapat William (1996) yang disitir 
Parewangi (2006) yakni, Kalimantan is by far the largest but also the least 
developed part of the island. Jika diterjemahkan dalam Bahasa Banjar artinya, 
Kalimantan tu ganal pang banuanya, tapi paling uyuh pambangunannya.

Untuk apa dimekarkan? Menjawab pertanyaan ini, setidaknya kita bisa melakukan 
pendekatan dari tiga aspek: politis, ekonomi, budaya. Dari sisi politis, 
pemekaran ini akan membuka peluang terbentuknya pemerintahan yang baru dan 
tentunya pemimpin daerah (asal jangan jadi raja kecil baru) yang baru pula. 
Adanya pemerintahan baru, diharapkan dapat mendorong percepatan pembangunan 
serta kontrol dan pertolongan yang lebih baik dan cepat jika terjadi kesulitan 
bagi masyarakatnya.

Secara ekonomi, dengan adanya pemekaran diharapkan roda pembangunan semakin 
cepat berputar dan menjadi daya tarik tenaga kerja untuk bekerja. Adanya gerak 
pembangunan diharapkan meningkatkan perputaran uang dan jasa, sehingga 
meningkatkan kesejahteraan penduduknya. SDA yang tersedia dijadikan modal 
pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat. Setidaknya, dengan 
pemekaran gaji Guru Besar di Kalimantan tidak lebih kecil dari gaji buruh kasar 
di Malaysia. Sebaliknya, kita berharap dengan pemekaran tidak terjadi 
percepatan perusakan SDA dan penumpukan kekayaan oleh kelompok atau golongan 
tertentu. 

Ketiga aspek tersebut, diharapkan dapat membentuk kesadaran bersama (collective 
awareness) dari penduduk untuk menjadikan pemekaran Kalimantan sebagai suatu 
proses pembangunan keseimbangan dinamis (dynamic equilibrium) kawasan untuk 
menciptakan kesejahteraan masyarakat. Tetangga yang kecil (Brunei dan Malaysia) 
saja bisa menyejahterakan masyarakatnya, kita Kalimantan yang sebegitu luas 
tidak bisa? Pendekatan keseimbangan kawasan akan mengantar kita untuk melihat 
Kalimantan atau Borneo tidak sebagai kawasan yang tercabik wilayah administrasi 
ataupun menjadi penggalan sejarah dan masa depan yang terputus, namun 
seharusnya dapat berdenyut bersama dalam satu wadah, ruang dan waktu.

Bagaimana caranya? Sebagai pertanyaan terakhir menyangkut bagaimana, saya 
mempunyai pemikiran untuk memekarkan Kalimantan sehingga penduduknya bisa 
sejajar dengan warga Borneo lainnya (Brunei dan Malaysia), maka kita selayaknya 
mempertimbangkan beberapa hal. Pertama, pemekaran bukan pembagian kekuasaan 
tetapi tanggungjawab untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kedua, 
pemekaran didasarkan pada bentang alam sebagai anugrah dari Tuhan, yaitu 
pendekatan Daerah Aliran Sungai (DAS). Ketiga, pemekaran sebagai kesadaran 
bersama untuk maju (bukan memecah-belah). Dengan memegang prinsip sinergitas 
dan interdependensi dalam menciptakan dan menjaga keseimbangan dinamis kawasan 
di Kalimantan dan Borneo, serta Indonesia. Keempat, untuk mengantarkan 
pemekaran Kalimantan yang maju dan bermartabat dibutuhkan SDM yang amanah, 
cendekia, energik, produktif dan futuristik.

Semoga kita diberi mampu oleh Allah SWT dan mendapat syafaat dari Rasulullah, 
untuk membangun Kalimantan yang kita cintai ini ke arah yang lebih baik. Amin.

e-mail: [EMAIL PROTECTED]




[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to