http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2010072402391515

      Sabtu, 24 Juli 2010 
     

      BURAS 
     
     
     

Deklarasi Anak Batal Dibacakan!


       
      "DEKLARASI 'Suara Anak Indonesia' hasil rumusan Kongres Anak Indonesia di 
Pangkal Pinang (19-24 Juli), batal dibacakan di depan Presiden SBY pada acara 
puncak Hari Anak Nasional di TMII kemarin!" ujar Umar. "Padahal mata acara itu 
ikut geladi resik sehari sebelumnya!"

      "Apa alasan pembatalannya?" sambut Amir.

      "Pendamping anak pembaca deklarasi, Puspasari, dikutip SM-Cybernews 
(23-7) berkata, pihaknya dapat informasi pembatalan dari penyelenggara atas 
perintah Istana!" jawab Umar. "Mata acara itu dijadwalkan lima menit pada pukul 
09.12!"

      "Isi deklarasinya apa sih, kok ada yang takut kalau itu didengar 
Presiden?" kejar Amir.

      "Menurut Tempo-interaktif (23-7), deklarasi yang akan dibacakan dua 
perwakilan anak Indonesia, Maesa Ranggawati Kusnandar (15) asal Jawa Barat dan 
Arief Rochman Hakim (16) asal Bangka Belitung itu berisi delapan poin!" jelas 
Umar. "Kata Puspasari, panitia bilang tidak bisa dibacakan mungkin karena poin 
ke-8!"

      "Apa isi poin ke-8 itu?" entak Amir.

      "Poin ke-8 berisi permohonan peserta Kongres Anak Indonesia, agar 
anak-anak dilindungi dari bahaya rokok dengan melarang iklan rokok dan menaikan 
harga rokok!" jawab Umar. "Poin lain berisi permintaan kepada pemerintah agar 
menyediakan rumah khusus untuk anak-anak telantar dan korban kekerasan, 
mendahulukan proses mediasi dalam pengadilan anak, serta meminta jaminan 
kesehatan."

      "Kalau cuma itu, apa mungkin Presiden SBY bisa merasa tertampar pipinya 
kalau dibacakan anak-anak di depannya? Kurasa petugas sensornya yang takut tak 
menentu!" tukas Amir. "Saking takutnya tak peduli acaranya jadi tak lucu, 
pembacaan deklarasi hasil Kongres Anak di depan Presiden pada Hari Anak 
Nasional ditiadakan!"

      "Tukang sensornya pasti lebih tahu dari kita soal begitu!" timpal Umar. 
"Bisa jadi hal itu memang kurang pada tempatnya dibaca di depan Presiden! Jadi, 
tukang sensor bisa mendapat nilai negatif!"

      "Bukan mustahil!" sambut Amir. "Tapi dengan itu memberi isyarat, kubu 
penguasa mulai rentan terhadap kritik! Kritik dari anak-anak sekalipun, hingga 
harus disensor pada upacara yang amat penting bagi anak-anak itu! Apalagi dari 
waktu sensor itu dilakukan, mengesankan hipokritnya para orang tua! Pada Hari 
Anak mengumbar janji melindungi anak-anak dari segala hal yang merusak mereka, 
saat bersamaan atas nama kekuasaan mengencundangi hak anak untuk didengar 
suaranya! Alhasil, perlindungan perlu diprioritaskan bagi anak-anak justru dari 
laku lajak mereka yang punya atas nama kekuasaan!" ***

      H. Bambang Eka Wijaya
     

<<bening.gif>>

<<buras.jpg>>

Reply via email to