Cendrawasih Pos
16 Maret 2009


Diserang OPM, 1 Anggota TNI Tewas 
*OPM Juga Rusak Jembatan Besi di Gurage
(Pemda Puncak Jaya Serahkan ke Aparat Keamanan) 

PUNCAK JAYA-Kelompok separatis bersenjata (TPN/OPM) di wilayah Kabupaten Puncak 
Jaya, Provinsi Papua, tampaknya semakin menunjukkan eksistensinya. Jika 
sebelumnya menembak mati 2 warga sipil (tukang ojek) saat melintas di Kali 
Semen, Puncak Senyum, Distrik Mulia belum lama ini, maka kali ini korbannya 
anggota TNI. 

Seorang anggota Pos TNI Yonif 754/ENK Tingginambut bernama Pratu Saiful Yusuf 
dilaporkan tewas saat kontak senjata dengan kelompok separatis bersenjata di 
Kampung Monia, Distrik Tingginambut, Sabtu (14/3) saat melakukan patroli.Tak 
hanya itu, OPM juga dilaporkan telah merusak jembatan besi Gurage. Akibatnya 
kendaraan tidak bisa melintas. Keterangan yang dihimpun Cenderawasih Pos, 
menyebutkan, peristiwa ini berawal ketika anggota Pos TNI Yonif 754/ENK 
Tingginambut dibawah pimpinan Danpos, Lettu Dedi Risdianto melakukan patroli 
keamanan dari depan pos menuju Kampung Monia, Distrik Tingginambut. 

Saat melakukan patroli, anggota TNI tersebut ditembaki dari arah ketinggian 
depan pos oleh kelompok masyarakat sipil bersenjata, sehingga langsung mengenai 
Pratu Saiful Yusuf, tepat di bagian kepala tembus ke belakang. Korban gugur 
(tewas) seketika di lokasi kejadian. Setelah melihat Pratu Saiful Yusuf 
terjatuh karena terkena tembakan, maka anggota pos langsung memberikan tembakan 
balasan sambil menarik ke belakang Pratu Saiful Yusuf. Kemudian Danpos, Lettu 
Dedi Risdianto langsung mengontak Pos Polisi Tingginambut untuk meminta 
pertahanan kekuatan, sekaligus mengevakuasi jenazah Pratu Saiful Yusuf. 

Selama kontak senjata berlangsung, Dantimsus 753/AVT, Letda Inf. Handoyo 
beserta anggota langsung datang membantu mengevakuasi jenazah sekaligus 
membantu pertahanan. "Pos 754/ENK Gurage dan Dantimsus 753/AVT langsung 
bergerak menuju lokasi guna mengevakuasi jenazah dan membawanya 
turun,"ungkapnya. Setelah jenazah berhasil dievakuasi menuju Pos 754/ENK 
Tingginambut, kemudian ke Pos 754/ENK Gurage dan selanjutnya dibawa ke Kota 
Mulia menggunakan kendaraan mobil dibantu masyarakat setempat. 

Jenazah diteruskan ke RSUD Mulia guna dilakukan outopsi, setelah itu 
disemayamkan di Aula Distrik Mulia. Keesokan harinya, Minggu (15/3) kemarin 
jenazah diberangkatkan menuju Timika dengan menggunakan pesawat milik Polri 
kemudian menuju Makassar dan Ambon. Saat berada di Bandara Timika, jenazah 
disambut Aster Kodam XVII/Cenderawasih, Kolonel Vicktor Tobing dan Dirnarkoba 
Polda Papua, Kombes Pol Drs TR Tiro.

Kapendam XVII/Cenderawasih Letkol Inf. Susilo saat dikonfirmasi membenarkan 
kasus tertembaknya pratu Saiful Jusuf, anggota Yonif 754. Menurutnya, korban 
ditembak anggota TPN/OPM yang diduga pimpinan Goliat Tabuni saat melaksanakan 
tugas patroli di daerah yang tidak jauh dari Pos Satgas TNI di Gurukuay atau 
dekat Tinggi Nambut. " Jadi saat itu anggota Satgas TNI yang bertugas di lokasi 
tersebut melakukan kegiatan patroli dan penyisiran Sabtu (14/3) sekitar pukul 
13.30 WIT, karena malam sebelumnya (Jumat malam (13/3) pos mereka diganggu 
anggota TPN/OPM dengan beberapa rentetan tembakan. Namun tidak ada yang 
mengenai anggota. 
"Nah, disaat patroli itu anggota TNI yang berjumlah 14 orang itu dihadang 
anggota TPN/OPM sambil mengeluarkan tembakan ke arah anggota," ujar Kapendam 
saat dihubungi Cenderawasih Pos, tadi malam.

Dalam penghadangan itu kata Kapendam, salah satu anggota TNI Pratu Saiful Jusuf 
tertembak di bagian kepalanya hingga tembus di bagian pelipis kanannya. 
Sebenarnya, saat itu, anggota sempat melakukan pengejaran, namun mereka 
kehilangan jejaknya. Disinggung langkah-langkah yang akan diambilnya, Kapendam 
mengaku belum bisa memberikan keterangan, mengingat Panglima masih mengumpulkan 
para stafnya untuk menindaklanjuti kejadian tersebut.

" Panglima malam ini masih mengumpulkan para staf untuk menyikapi peristiwa 
penembakan anggota di Tinggi Nambut. Saya menyarankan kepada rekan-rekan 
wartawan sebaiknya besok pagi saja ( hari ini) menanyakan langsung ke 
Panglima," imbuhnya. Kapolda Papua, Irjen Pol Drs FX Bagus Ekodanto juga 
membenarkan adanya laporan penembakan terhadap Pos TNI Yonif 754 dan Pos Polisi 
Tingginambut tersebut. "Berdasarkan laporan dari Kapospol Tingginambut, Polres 
Puncak Jaya bahwa pada hari Jumat (13/3) antara pukul 20.30 sampai dengan 22.00 
wit, Pos TNI 754 Gurage ditembaki oleh kelompok TPN/OPM," katanya. 

Setelah dibalas, kelompok TPN/OPM dibawah pimpinan Goliat Tabuni ini mundur ke 
arah jembatan Gurage dan merusak papan jembatan Gurage dan membuangnya ke kali. 
Pada hari Sabtu (14/3) sektar pukul 04.10 wit, anggota Pos Polisi Tingginambut 
yang piket, atasnama Bripda R Rumbiak mendengar suara tembakan dari arah 
Kampung Bonalok sebanyak 5 kali. 

Tidak hanya itu, dari arah sebelah kanan Pos Polisi Tingginambut, juga 
terdengar suara teriakan dan tembakan yang diperkirakan dilakukan kelompok 
TPN/OPM tersebut. Selanjutnya, anggota Pos Pol Tingginambut membalas tembakan 
ke arah mereka. "Sekitar pukul 13.00 Wit, anggota TNI 754 masih berada di atas 
gunung dan pada pukul 13.25 wit, anggota TPN/OPM masih berlari di atas pos 
pantau. Sekitar pukul 13.30 wit, Kapospol Tingginambut melaporkan bahwa 1 orang 
anggota Pos TNI Yonif 754 terkena tembakan di kepalanya dan meninggal," ujar 
Kapolda.

Setelah itu, anggota Pos Polisi Tingginambut memberikan bantuan untuk 
mengevakuasi korban dari TKP. Terkait penembakan tersebut, anggota Polres 
Puncak Jaya dalam keadaan siaga dan 54 anggota Brimob yang serpas utuk 
pengamanan pemilu membantu untuk membackup polres setempat. Kapolda mengakui, 
Pemda Kabupaten Puncak Jaya dan masyarakat setempat, termasuk Wakil Gubernur 
Papua, Alex Hesegem meminta agar aparat keamanan melakukan tindakan tegas 
terhadap kelompok bersenjata tersebut. Apalagi, kelompok bersenjata yang 
dipimpin Goliat Tabuni ini, sudah meresahkan masyarakat dan para pelaku-pelaku 
sudah melakukan tindakan liar.

"Kami akan melakukan tindakan kepada pelaku kasus-kasus yang dilakukan kelompok 
bersenjata ini, karena sudah melanggar HAM (Hak Asasi Manusia), karena orang 
sipil sudah ditembak mati, dianiaya, masyarakat diintimidasi, memperkosa 
masyarakat dibawah ancaman senjata, merampas hasil bumi dan ternak masyarakat. 
Ini tidak bisa dibiarkan," katanya. 

Selain itu, kelompok bersenjata ini juga melakukan tindakan melanggar hukum dan 
membuat suasana yang tidak menentramkan masyarakat, dengan melakukan 
pencegatan, penghadangan dan pengrusakan, sehingga dapat mempengaruhi 
perekonomian di Kabupaten Puncak Jaya dengan naiknya harga barang kebutuhan 
yang biasanya dipasok melalui jalan darat Wamena-Mulia, Kabupaten Puncak Jaya.

Kapolda mengakui, pihaknya telah menyiapkan 1 kompi pasukan Brimob untuk 
membantu Polres Puncak Jaya dalam rangka pengamanan pemilu, yang bukan 
semata-mata melakukan pencarian mereka, tetapi penyelidikan dilakukan fungsi 
reserse dan didukung perangkat fungsi lain."Kalau situasi Mulia sendiri aman. 
Hanya aktivitas sekarang, orang takut lewat atau melintas melalui darat, 
terutama dari Wamena menuju Mulia, termasuk tukang ojek dan angkutan umum, 
karena masyarakat menjadi takut karena kelompok bersenjata ini membabi buta 
dengan menembaki orang sipil atau masyarakat biasa," ujarnya.

Sementara itu, Bupati Puncak Jaya, Lukas Enembe, S.IP saat dikonfirmasi 
Cenderawasih Pos, Sabtu malam menyayangkan peristiwa tersebut terjadi kembali 
sebab kontak senjata sudah berlangsung sejak malam (13/3) hingga pagi (14/3). 
Bahkan kontak senjata itu berlangung saat Kapolda Papua berada di Kota Mulia. 

Dikatakan, hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi karena sudah banyak korban 
yang berjatuhan, baik masyarakat sipil biasa maupun anggota keamanan. "Dengan 
situasi ini, kita tidak bisa lagi melakukan pendekatan-pendekatan, bahkan kita 
sudah tidak mampu lagi, oleh karena itu, saya menyerahkan sepenuhnya kepada 
pihak keamanan (TNI/Polri) untuk melakukan yang terbaik, sehingga tidak ada 
lagi korban yang jatuh,"katanya. Pihaknya, jelas Bupati Lukas, sebagai 
pemerintah daerah hanya bisa membantu apa yang bisa dibantu, kewenangan ada di 
tangan pihak keamanan untuk melakukan penyisiran baik sebelum pemilu maupun 
setelah pemilu."Ini sangat keterlaluan karena saat Kapolda Papua dan Aster 
Kodam XVII Cenderawasih berada di Kota Mulia, kontak senjata terus saja 
berlangsung hingga kedua petinggi Polri dan Kodam tersebut pulang masih tetap 
berlangsung. Untuk itu, saya meminta kepada Kapolda Papua supaya mengejar 
pelakunya,"tukasnya. (mud/bat/nal) 

<<UTM.jpg>>

Kirim email ke