Dr Siti Fadillah Supari Giring Dunia Berbagi Virus Flu 
Secara Adil, Transparan dan Setara
                

                
                        melangit di langitperempuan pada 
                        Desember 20th, 2008 
                                        

                
                        
                        Pada WHO Intergovernmental Meeting on Pandemic 
Influenza Preparedness [IGM – PIP]
yang berlangsung di Jenewa, Swiss, dari 7 sampai 13 Desember 2008,
telah dicapai bersama lima terobosan menuju suatu tatanan baru
pertukaran virus flu yang adil, setara dan transparan antar para
anggota WHO, setelah pada tahun 2006 Menteri Kesehatan RI Dr Siti Fadillah 
Supari Sp. JP(K), didukung negara-negara berkembang lainnya, menyuarakan 
keberatan akan tatanan WHO yang sudah berjalan hampir 60 tahun.
Menteri Kesehatan memimpin delegasi Indonesia pada IGM-PIP
di Jenewa, didampingi oleh Wakil Ketua Delegasi yaitu Staf Khusus
Menteri Kesehatan Dr Widjaja Lukito, dan pejabat senior Deplu sekaligus
Penasihat Hubungan Internasional Departemen Kesehatan Makarim Wibisono.
Lebih dari 100 negara mengirim wakil-wakilnya ke perundingan
antar-pemerintah ini, yang juga dihadiri kalangan pengamat, wakil-wakil
non-pemerintah dan hadirin dari sektor industri. Kesepakatan yang
dicapai pada forum ini kelak akan dibawa ke Sidang Kesehatan Dunia
[World Health Assembly] yang akan diselenggarakan Mei 2009 oleh WHO [Badan 
Kesehatan PBB] untuk ditimbang menjadi resolusi bersama para anggota PBB.
Mencari tatanan baru yang adil dan transparan dalam berbagi sampel
virus flu burung telah menjadi semacam perjuangan nurani bagi Dr Siti
Fadillah Supari. Sebagai Menteri Kesehatan RI, ia secara terbuka menyatakan 
keberatan pada sistem berbagi virus yang hampir 60 tahun dijalankan oleh WHO
karena dinilai sebagai cara lihai segelintir negara industri maju
mengambil keuntungan dari keluguan negara-negara pengirim sampel
virus.  Maka pada November 2006 Menkes Siti Fadillah Sapari
memerintahkan penghentian pengiriman sampel virus flu burung Indonesia
ke laboratorium WHO karena bersiteguh bahwa WHO
memberi akses sampel hanya kepada beberapa negara industri maju, untuk
diam-diam dikembangkan menjadi vaksin komersial oleh
perusahaan-perusahaan swasta, tanpa sepengetahuan dan tanpa memberi
keuntungan apa pun kepada negara penyumbang sampel virus. Praktek
berbagi sampel dengan pihak swasta, yang sesungguhnya pelanggaran atas
aturan WHO sendiri, mengakibatkan
pendaftaran paten-paten vaksin flu burung berada di tangan beberapa
negara industri saja, sementara bagian dunia lainnya tanpa berdaya
dibuat bergantung pada vaksin mereka.

Dr Siti Fadillah Supari memberi gambaran akan tidak adilnya sistem
yang berlaku ketika menyatakan, “Ironisnya, pembuat vaksin adalah
perusahaan yang ada di negara-negara industri, negara maju, negara
kaya, yang tidak mempunyai kasus flu burung pada manusia. Tapi kemudian
vaksin itu dijual ke seluruh dunia, juga ke negara kita, tetapi tanpa
sepengetahuan apalagi kompensasi untuk si pengirim virus, yaitu saudara
kita Vietnam.”
Pada bulan Mei 2007 Indonesia kembali mengirim sampel vaksin flu burung jenis 
H5N1 ke laboratorium WHO setelah dua bulan sebelumnya sudah memperoleh jaminan 
dari badan PBB
tersebut bahwa akses pada sampel virus juga terbuka bagi negara-negara
lain yang ingin mengembangkan vaksinnya sendiri. Tuntutan akan ‘benefit 
sharing’ — - tatanan berbagi sampel virus yang adil, setara dan transparan, 
sebagaimana diajukan oleh Dr Siti Fadillah Sapari kepada WHO — - mendapat 
dukungan kuat dari negara-negara berkembang anggota PBB, terutama dari 11 
negara anggota SEARO [Sout East Asia Regional Organization], Brazilia, dan AFRO 
[African Regional Office].
Buku Catatan yang Menggugat Kuasa Adidaya
“Sehebat apa pun teknologi Medimmune [perusahaan pengembang vaksin AS - red], 
jika ditempelkan di jidatnya ‘kan tidak akan menghasilkan seed virus H5N1 strain
Indonesia,” kata lulusan kedokteran Universitas Gadjah Mada yang juga
lulus program doktor di Universitas Indonesia itu dalam buku berjudul ‘Saatnya 
Dunia Berubah - Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung
’ yang ia luncurkan pada awal Januari 2008. Melalui buku setebal 182
halaman ini, Dr Siti Fadillah Supari berbagi catatan pribadinya tentang
pengamatannya, pemikirannya dan gagasannya menghadapi praktek
pertukaran virus melalui mekanisme WHO yang
sudah lebih dari 50 tahun menjadi selubung negara-negara industri maju
untuk mendapatkan keuntungan komersial secara sepihak.
Jika selama itu para penyumbang sampel virus flu tidak tahu lagi
diapakan dan dikemanakan sampel setelah dikirim ke laboratorium WHO,
Dr Siti Fadilah Supari menggugat sistem yang ada dan menuntut sistem
baru yang adil, transparan dan setara. Ketiga asas ia jabarkan berikut:
Adil artinya
negara miskin yang mendapat penyakit flu burung mendapatkan hak atas
virus yang dimilikinya. Jika virus itu dibuat vaksin, maka negara
korban akan mendapat haknya atas vaksin sesuai aturan.
Transparan artinya
negara yang menderita maupun negara lain mengetahui pasti ke mana virus
itu perginya, diapakan, oleh siapa, dan yakin bahwa virus itu tidak
digunakan untuk senjata biologis.
Setara artinya antara pengirim virus dan pembuat vaksin setara, selevel.

Meskin versi bahasa Inggris dari bukunya tertahan dari peredaran luas karena 
permintaan WHO dan Amerika Serikat, namun pada bulan Agustus 2006 dunia pernah 
membaca majalah The Economist menulis:
“Siti Fadilah Supari boleh jadi memulai suatu
revolusi yang bisa menyelamatkan dunia dari dampak buruk suatu wabah
penyakit menular. Ini semata karena Menteri Kesehatan Indonesia
tersebut telah memilih sebuah senjata yang terbukti lebih bermanfaat
katimbang vaksin terampuh mana pun dalam menanggulangi ancaman wabah
virus flu burung — -  yaitu, transparansi.”

Benefit Sharing Setara Dengan Virus Sharing

 
Mengingat betapa hebatnya tantangan untuk mengubah suatu tatanan
yang berpihak pada negara-negara adidaya, kesepakatan yang dicapai
antara negara-negara maju dan negara-negara berkembang di IGM-PIP
merupakan terobosan bersama yang menggembirakan, dan terutama sangat
membesarkan hati Menkes Dr Siti Fadillah Supari. Menurut Wakil Ketua
Delegasi Indonesia Dr Widjaja Lukito, kelima terobosan yang dibuat di
pertemuan Jenewa 7-13 Desember 2008 itu adalah:
Pertama,  disetujuinya penggunaan Standard Material Transfer Agreement [SMTA] 
dalam sistem virus sharing [berbagi virus], di mana SMTA
adalah dokumen yang akan mengatur secara standard, universal dan
berkekuatan hukum semua prosedur pertukaran virus
maupun bagian-bagiannya.
Kedua, prinsip-prinsip SMTA secara umum disetujui oleh semua negara anggota 
termasuk pengakuan atas perlunya mengintegrasikan sistem benefit sharing
[berbagi manfaat] yang selama ini gigih diperjuangkan oleh Indonesia,
didukung negara-negara berkembang lain. Tepatnya, pernyataan IGM berbunyi: 
“Negara-negara anggota setuju untuk berkomitmen berbagi virus H5N1 dan virus 
influenza lainnya yang berpotensi pandemi, serta menganggap virus sharing 
setara benefit sharing, sebagai bagian penting dari langkah kolektif demi 
kesehatan publik secara global.”
Ketiga, integrasi prinsip benefit sharing ke dalam SMTA.
Keempat, komitmen negara maju untuk benefit sharing secara kasat/nyata termasuk 
dalam berbagi risk assessment dan risk response.
Kelima, terwujudnya Virus Tracking System dan Advisory Mechanism untuk 
monitoring dan evaluasi virus dan penggunaannya.
Makarim Wibisono dalam pernyataannya kepada sidang mengungkapkan
penghargaan pada Amerika Serikat yang bersikap konstruktif dan bahwa
komitmen Amerika Serikat merupakan langkah yang baik menuju persetujuan
menyeluruh pada pertemuan itu. Sementara wakil negara-negara Afrika,
seperti Nigeria, menunjukkan rasa penghargaannya dengan menyatakan
bahwa terobosan-terobosan itu dihasilkan karena Amerika Serikat dan
Indonesia telah saling melangkah mendekat dan memperkecil
perbedaan pendapat.
Dr Widjaja menambahkan, “Bahkan telah disetujui untuk meninggalkan sistem 
Global Influenza Surveillance Network-nya WHO
yang telah berlaku selama 60 tahun, dan menggantinya dengan mekanisme
baru dan nama baru, dengan demikian mengubah tatanan berbagi virus
dalam dunia kesehatan. Menteri Kesehatan Dr Siti Fadillah Supari
mengusulkan agar mekanisme baru yang lebih adil, transparan dan setara
tersebut dinamakan WHO Influenza Network”.
Makarim Wibisono, penasehat hubungan internasional Departemen
Kesehatan mengatakan, “Walaupun Naskah Persetujuan belum sepenuhnya
disetujui dan masih menyisakan sejumlah masalah untuk dipecahkan, namun
terobosan yang prinsip telah dicapai.” Pimpinan sidang IGM
sebagai penutup menyatakan bahwa, “Masih ada sejumlah isu yang perlu
dipecahkan akan tetapi sidang melihat titik akhir sudah dalam
jangkauan. Demi kepentingan kesehatan global, kita harus menemukan
solusi dan menyelesaikan urusan ini agar IGM dapat melapor kepada World 
Health Assembly.”
Jika disahkan pada WHA ke-62 bulan Mei 2009, Standard Material Transfer 
Agreement [SMTA]
akan berkekuatan hukum dan dengan demikian akan merubah secara radikal
tatanan pertukaran sampel virus dalam sebuah kerangka yang lebih adil,
transparan dan setara — - membuka akses pada informasi virus influenza,
yang berarti membuka peluang besar untuk para peneliti negara
berkembang untuk meningkatkan kapasitas penelitiannya sehingga
Indonesia dan negara berkembang lainnya dapat mengembangkan sendiri
alat diagnostik, vaksin dan obat-obatan melawan virus flu burung.
dirangkum dari sumber-sumber:

 http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=3247

 
http://www.sudutpandang.com/inspiring-person/siti-fadilah-sapari-menghancurkan-lingkaran-setan-dunia/
 http://www.sinarharapan.co.id/berita/0802/22/kesra03.html
Sumber : 
http://www.langitperempuan.com/2008/12/dr-siti-fadillah-supari-giring-dunia-berbagi-virus-secara-adil-transparan-dan-setara/

http://ariefbudi.wordpress.com   http://jalanku.multiply.com  
http://teknofood.blogspot.com  
"...Bila engkau penat menempuh jalan panjang, menanjak dan berliku.. dengan 
perlahan ataupun berlari, berhenti dan duduklah diam.. pandanglah ke atas.. 
'Dia' sedang melukis pelangi untukmu.."


      
___________________________________________________________________________
Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru.
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

Kirim email ke