http://www.antaranews.com/berita/1260272598/film-balibo-ditayangkan-di-bandung

Film Balibo Ditayangkan di Bandung
Selasa, 8 Desember 2009 18:43 WIB | Hiburan | Film/TV | 
Bandung (ANTARA News) - Film Balibo gagal tayang di Jakarta International Film 
Festival (JIFFEST) karena tidak lolos sensor oleh Lembaga Sensor Film, namun 
film itu diputar di Gedung Indonesia Menggugat (GIM) Bandung, Jabar, Selasa.

Kurator GIM Aat Soeratin mengatakan, tujuan diputarnya film itu adalah 
memberikan informasi kepada masyarakat agar memiliki persepsi sendiri terhadap 
film itu.

"Acara ini bertujuan untuk mendidik masyarakat menjadi apresiator seni yang 
jujur dan obyektif terhadap film ini," ujar Aat.

Sebelumnya, Lembaga Sensor Film (LSF) melarang pemutaran film ini dalam Jakarta 
International Film Festival (JIFFEST) dengan alasan terlalu banyak menampilkan 
adegan sadisme.

Yayat, seorang penggagas acara pemutaran film itu menyebutkan, pelarangan 
pemutaran Balibo tidak hanya berlaku dalam JIFFEST.

"Pemutaran Balibo hari ini pun sebenarnya dilarang, tapi kami tetap memutarnya 
sebagai sebuah bentuk perlawanan terhadap fasisme," ujar Yayat.

Pemerintah memang memiliki hak untuk melarang pemutaran sebuah film, kata 
Yayat, tetapi masyarakat juga punya hak untuk mendapatkan informasi tentang 
film ini.

Film itu telah lebih dulu diputar di Utan Kayu, kata Yayat, yang menggagas 
acara ini bersama "Common Room" dengan difasilitasi pihak GIM.

Aat menuturkan, alasan GIM memfasilitasi pemutaran Balibo karena gedung 
tersebut adalah ruang publik tempat memuarakan berbagai masalah.

"Saya berharap apresiasi masyarakat terhadap karya seni ini bisa jernih dan 
dilandasi semangat saling memahami," tutur Aat.

Film Balibo bercerita tentang terbunuhnya lima wartawan Australia ketika 
terjadi perang di Timor Timur pada 1975.

Pemutaran film dilangsungkan pukul 18.30 WIB secata gratis, kata Aat, dan akan 
dilanjutkan dengan diskusi film.

Aat mengatakan diskusi akan menghadirkan Kiki Syahnakri, pengamat militer, dan 
Banyu Perwita, pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Parahyangan.

Keduanya diundang karena menurut Aat, mereka mampu menjadi apresiator diskusi 
yang seimbang, dan dapat menambah informasi kepada publk tentang film itu.

"Diskusinya akan berlangsung pendek, karena ini masalah sensitif, saya harap 
orang yang tidak benar-benar mengerti masalah ini agar tak dulu berpendapat," 
ujar Aat.
(*)
Baca Juga
  a.. Mahasiswa Bentrok dengan Polisi di Bandung
  b.. Puluhan Mahasiswa Tolak Pertemuan Parlemen Asia
  c.. Pengamat: Sudah Tepat LSF Larang "Balibo Five"
  d.. Pengakuan Mantan Kopassus "Santapan" Media Australia
  e.. Ratusan Warga Bandung Bentrok dengan Polisi

Kirim email ke