FYI... Thanks

my personal room at http://saintlover.blogsome.com
 

--- On Wed, 10/12/08, Tarmizi Abdulghani <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Tarmizi Abdulghani <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Masyarakat Aceh mendukung milad GAM ( Untuk Media )
To: [EMAIL PROTECTED]
Date: Wednesday, 10 December, 2008, 4:05 PM













PERINGATAN MILAD GAM 
(Masyarakat Aceh mendukung milad GAM) 
  
            Masyarakat aceh selalu merayakan hari ulang tahun Gerakan Aceh 
Merdeka (GAM) walaupun dengan hanya sekedar melakukan acara do'a bersama untuk 
mengenang jasa para pejuang aceh. Masyarakat aceh merayakan milad GAM bukan 
karena rakyat aceh mendukung pemberontakan, Bukan karena rakyat aceh anti 
pemerintah,bukan juga menyetujui kriminalitas. Akan tetapi dengan perayaan 
seperti ini menunjukkan bahwa rakyat aceh cinta kepada orang-orang yang 
memperjuangkan keadilan dan kebenaran di bumi. 
                Bagi rayat aceh, GAM merupakan sebuah gerakan yang 
memperjuangkan aspirasi rakyat aceh. Rakyat aceh telah banyak ditipu oleh 
pemerintah Indonesia. Banyak sekali ketidak adilan terjadi di nusantara ini. 
Pada hal, aceh merupakan sebuah bangsa yang telah membantu pemerintah Indonesia 
pada sa'at memperjuangkan kemerdekaan. Memberikan sumbangan untuk Indonesia 
untuk pembelian pesawat. Bahkan Emas yang berada di MONAS sekarang adalah 
sumbangan dari masyarakat aceh. Kan tetapi, balasan dari pemerintah untuk aceh 
sebaliknya. Kita ingat bahwa mulai dari soekarno telah mengkhianati Muhammad 
Daud Beureueh sehingga terjadi pemberontakan DI/TII. Itu juga dilanjutkan oleh 
soeharto yang memberlakukan Daerah Oprasi Militer di aceh dari tahun 1989 
sampai dengan 1998. selama rentang waktu sepuluh tahun ini. "Dalam kurun waktu 
sepuluh tahun saja selama pelaksanaan operasi (1989–1998) tercatat 871 orang 
tewas di TKP karena tindak kekerasan,
 387 orang hilang kemudian ditemukan mati, 550 orang hilang, 368 korban 
penganiayaan, 120 korban dibakar rumahnya, serta 102 korban perkosaan". 
(sumber: Kualisi NGO HAM). Masyarakat aceh hidup dalam penderitaan yang sangat 
dalam. Ribuan orang menjadi korban penyiksaan dan penganiayaan dari aparat 
militer dengan sangat biadap. Bukit tengkorak dan rumoh geudong sebagai saksi 
dari kebiadaban ini. Disinilah masyarakat aceh yang tidak bersalah disiksa, 
dibunuh, wanitanya di perkosa selama darurat militer berlangsung. 
                Disamping itu masyarakat aceh juga di marginalkan dari 
pemerintahan dan perusahaan swasta di aceh. Sebagai contoh adalah PT.ARUN yang 
terletak di aceh utara. Merupakan sebuah proyek raksasa pemerintah dengan omset 
triliunan rupiah. Tetapi masyarakat tidak dapat menikmati hasilnya. Yang 
menjadi pejabat penting di sana adalah berasal dari jawa. Orang aceh sebagian 
besar dipekerjakan sebagai buruh kasar. Hasil hutan yang begitu besar juga di 
kuasai oleh keluarga cendana. Kalau ada masyarakat yang menebang kayu di anggap 
sebagai tindakan criminal karena tidak ada surat izin. Masyarakat secara umum 
hidup dalam keadaan sengsara di tambah dengan ketakutan. Selama darurat militer 
berlangsung. Betapa banyak janda yang ditinggal mati oleh suaminya karena di 
bunuh militer. Betapa banyak istri yang tidak tahu kemana suaminya setelah di 
tangkap oleh serse pemerintah. Betapa banyak yatim piatu diaceh akibat dari 
konflik itu. Pada hal
 waktu itu jumlah anggota GAM masih bisa di hitung dengan jari. Tapi ribuan 
nyawa orang aceh melayang tanpa ada kesalahan. 
                Rakyat aceh menyangka bahwa derita itu akan berakhir pada sa'at 
tumbangnya rezim soeharto dengan di gulirkannya REFORMASI oleh mahasiswa di 
seluruh Indonesia. GAM bebas bergerak untuk memperjuangkan nasib masyarakat 
aceh. Mahasiswa menuntut agar pelanggaran HAM di aceh harus di usut dan di 
giring kepengadilan internasional. Pemerintah reformasi di harapkan dapat 
memberikan kedamaian dan membebaskan masyarakat dari kesengsaraan. Tetapi 
semuanya itu tidak terjadi. Bahkan tindak kekerasan meningkat tajam diaceh. 
Seperti yang terjadi Pada 6 Januari 1999, TNI telah menahan 40 orang sipil, 38 
orang diantara yang ditahan tersebut mengalami penganiayaan dan penyiksaan 
berat di Gedung KNPI, Lhôk Seumawé, sehingga mesti dirawat di Rumah Sakit dan 4 
orang diantara yang dianiaya itu meninggal (sumber: Serambi Indonesia 11 
Januari 1999); 
                Pada pemerintahan "Megawati soekarno putri" memberlakukan 
Darurat Militer di Acheh melalui Kepres No. 28/2003, 19 Mei 2003. Selama 
rentang masa itu, telah mengakibatkan bencana luar biasa, dimana 72% dari 6000 
kampung di Acheh, penduduknya hidup dalam keadaan melarat; sebanyak 1.8 juta 
dari 4.2 juta jiwa penduduk Acheh, hidup dibawah garis kemiskinan; dari 460.000 
kepala rumah tangga di Acheh, 377.000 diantaranya adalah Janda (sumber: Biro 
Perempuan Provinsi NAD); lebih dari 2000 orang ditangkap, ditahan, dan 
dipenjarakan tanpa melalui proses pengadilan; 314 orang diantaranya  dibuang ke 
penjara-penjara di Jawa Tengah dan Jawa Timur (143 orang dibuang pada Januari 
lalu dan 171 lagi Mei 2004); 869 sekolah sudah hangus terbakar seluruh Acheh; 
ribuan anak didik tingkat SD-SMA terlantar belajar; sebanyak 342 orang dikenal 
pasti mengalami penyakit syaraf akibat perang. (Rumah Sakit Jiwa Banda Acheh 
tidak mampu menampung korban
 yang terus-menerus didatangi. 
                Derita ini baru berakhir setelah terjadi tsunami diaceh yang di 
iringi dengan penandatangan MoU Helsinki, 15 Agustus 2005 antara Pemerintah 
indonesia dengan GAM. pihak DPR-RI membuka kesempatan kepada GAM untuk 
mengajukan usul-usul yang akan ditampung oleh team perumus UUPA. Maka, usul-pun 
bermunculan. DPRD-Aceh susun draft RUUPA (Rancangan Undang-Undang Pemerintahan 
Aceh) 
                Ini merupakan era baru bagi aceh untuk membangun masa depan 
yang lebih baik dengan adanya UUPA yang lebih baik dan kebebasan berpolitik 
dengan membentuk partai lokal. Ini semuanya dapat dirasakan rakyat aceh adalah 
berkat dari perjuangan GAM dalam menegakkan keadilan dan kebebasan di Bum,i 
serambi mekah ini. Dengan demikian adalah sangat rasional rakyat aceh merayakat 
hari ulang tahun GAM sebagai jasa dari gerakan ini. Ini merupakan hak bagi 
seluruh rakyat dan pemerintah indonesia tidak berhak untuk melarang mereka. 
Karena ini tidak bertentangan dengan undang-undang dan GAM setelah damai tidak 
lagi merupakan gerakan bersenjata dan tidak membebaskan diri dari indonesia. 
  
  
  
                                                                                
                                                Safrizal July 
                                                                                
                                                Mahasiswa IUA 
                                                                                                                               
 Perwakilan WAA SUdan


 
 
 






















      

Kirim email ke