http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2007112700512516

      Selasa, 27 November 2007 
     
      BURAS
     
     
     
     
Generasi yang tak Rakus! 

       
      H.Bambang Eka Wijaya:



      BARU pindah kota, Edi keliling cari kontrakan ke perumahan tidak 
eksklusif dengan kondisi lingkungan yang prima.

      "Kondisi lingkungan seperti apa yang kau maksud prima itu?" tanya Edo 
sudah capek menyetir tapi dinyatakan belum menemukan lokasi yang cocok buat 
tinggal keluarganya.

      "Suatu kompleks perumahan terbuka, dalam arti tanpa cluster atau dijaga 
hansip 24 jam, di situ buah mangga yang menjurai ke luar pagar dan terjangkau 
tangan anak-anak tetap utuh sampai masak di pohon!" jelas Edi.

      "Susah mencari lokasi seperti itu!" entak Edo. "Kalaupun anak kompleks 
itu baik-baik, anak dari kampung sebelah yang iseng! Jika ingin yang seperti 
itu, cari kontrakan di lokasi eksklusif, cluster, dan tertutup!"

      "Di lokasi eksklusif tertutup kurang cocok buat pengembangan empati dan 
jiwa sosial anak!" tegas Edi. "Kalau di lokasi terbuka, tapi anak-anaknya 
terdidik tak rakus, tak suka mengganggu apalagi mencuri milik orang lain, 
mendukung pertumbuhan anak dengan cara yang benar! Siapa tahu anak-anak kita 
kelak jadi pemimpin, kita bisa bangga karena dia terbiasa tidak rakus dan tidak 
kleptomania--tak suka menjarah yang bukan haknya!"

      "Untuk mencetak generasi yang tidak rakus, mana cukup hanya dengan 
memilih lokasi tempat tinggal!" entak Edo. "Di rumah dalam keluarga dan warga 
lingkungan, anak-anak bisa terjaga sikapnya! Tapi jika kondisi makro di luar 
itu sudah rusak parah, sukar memastikan ketahanan mentalitas anak kita! Di 
rumah dan di kampung mereka baik, di luar ikut irama realitas kehidupan yang 
ada!"

      "Kepada anak kita tanamkan keyakinan, di luar sana itu palagan--battle 
field--di mana kita harus bertarung untuk memenangkan keunggulan mentalitas 
kita dari keburukan yang merajalela!" tegas Edi. "Semangat amar makruf nahi 
mungkar, memperjuangkan yang baik dengan menaklukkan yang buruk, kita jadikan 
sebagai bekal dalam bergaul di luar~! Kalau tak begitu, kita lepas anak-anak 
kita ke luar tanpa komitmen pada nilai-nilai utama, sampai kapan pun kita 
takkan mendapatkan generasi baru yang tak rakus!"

      "Bagaimana generasi barumu itu tumbuh dan berkembang, kalau sikap serius 
dan penuh kesungguhan itu di luar sana disisihkan lewat label 'sok suci', 
hingga sukar mendapatkan tempat di tengah realitas yang sudah rusak!" timpal 
Edo. "Untuk dapat kerja saja, jika tanpa kolusi, bisa jadi pengangguran terus!"

      "Cari tempat kerja yang mengutamakan idealisme! Masih banyak tempat kerja 
yang bersih!" tegas Edi. "Memang, membangun suatu generasi yang prima 
mentalitasnya tak mudah! Tapi kalau tak ada yang bersungguh-sungguh untuk itu, 
apalagi kalangan orang tua terutama para pemimpin malah jorjoran mengumbar 
nafsu serakahnya, kita tak bisa bayangkan apa jadinya kelak bangsa ini!"

      "Aku justru heran masih ada orang seserius kau untuk menciptakan generasi 
baru yang tak rakus, malah memulainya dari keluarga sendiri!" tukas Edo. 
"Keluarga kok dijadikan eksperimen! Padahal orang lain cukup asal bicara sok 
suci, soal rakus anggap saja tak ada yang peduli, kan itu dipandang lumrah!"

      "Bukan cuma aku yang berusaha membangun generasi tak rakus!" tegas Edi. 
"Banyak orang yang melakukan, tapi kurang terlihat karena kerakusan 
dilumrahkan!"***
     

<<bening.gif>>

<<buras.jpg>>

Reply via email to