http://www.sinarharapan.co.id/berita/0706/05/nus01.html
Gereja Katolik Tolak Kampanye Antikelapa Sawit Oleh Aju Pontianak-Gereja Katolik di wilayah Keuskupan Agung Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat, menolak ajakan sejumlah lembaga swadaya masyarakat di Pontianak untuk terlibat langsung di dalam kampanye antiperluasan areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Uskup Agung Pontianak Mgr Herculanus Hieronymus Bumbun OFM Cap kepada SH, Senin (4/6), mengatakan, pihaknya pernah didatangi sejumlah pihak untuk menandatangani brosur dan pamflet antikelapa sawit yang sudah dicetak. "Gereja Katolik tidak mau terlibat terlalu jauh untuk sesuatu urusan yang di luar konteks kegembalaan umat. Tugas Gereja Katolik adalah membina kemurnian iman umat, dan tidak boleh terlibat di dalam urusan duniawi, apalagi ikut menjelekkan harga diri bangsa dengan alasan yang kurang jelas," kata Bumbun. Bumbun menuturkan, Gereja Katolik melihat persoalan sosial yang mencuat di seputar pembukaan areal perkebunan kelapa sawit, karena sistemnya yang mesti dibenahi, ada jaminan bisa berpihak kepada rasa keadilan masyarakat. Dia mengungkapkan, pihaknya memang sering menjumpai persoalan sosial yang dialami masyarakat setelah menjadi petani kelapa sawit. Namun di sisi lain, cukup banyak petani dan pengusaha yang sukses, setelah menekuni komoditas kelapa sawit. Sebelumnya, Direktur Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian, Achmad Manggabarani menegaskan, konkretisasi keberpihakan pemerintah kepada petani melalui program revitalisasi. Hasilnya, dari 5,5 juta hektare lahan perkebunan kelapa sawit yang produktif di Indonesia, seluas 1,9 juta hektare (35%) di antaranya milik 2,5 juta keluarga petani plasma. Untuk mendukung program revitalisasi, terhitung tahun 2007 pemerintah menyiapkan dana Rp 25,48 triliun, mencakup Rp 12 triliun disiapkan Bank Rakyat Indonesia, Bank Mandiri Rp 11 triliun, Bukopin Rp 1 triliun, Bank Pembangunan Daerah Sumbar Rp 0,98 triliun dan BPD Sumut Rp 0,50 triliun. Target revitalisasi lahan perkebunan milik petani, menurut Manggabarani, hingga tahun 2010 mendatang seluas 2.347.860 hektare. Revitalisasi perkebunan kelapa sawit tersebar di 18 provinsi seluas 1.900.640 hektare, karet di 11 provinsi seluas 213.085 hektare, dan kakao di 11 provinsi seluas 174.035 hektare. Dia menjelaskan, hasil penelitian di berbagai negara yang pernah dilakukan, komoditas kelapa sawit di dunia hanya bisa tumbuh di Indonesia dan Malaysia, karena mendapat pasokan sinar matahari yang relatif banyak. Ada kekhawatiran negara barat, jika perkebunan kelapa sawit terus diperluas di Indonesia dan Malaysia, akan mengancam kelangsungan pangsa pasar minyak nabati mereka. Kuasai Pasar Dunia Tahun 2006 produksi minyak nabati CPO kelapa sawit Indonesia dan Malaysia mampu menguasai 25 persen pangsa pasar minyak nabati dunia, ketika pangsa pasar minyak nabati negara barat dari komoditas minyak bunga matahari dan kedelai hanya menguasai 12 persen pangsa pasar dunia. "Kampanye antikelapa sawit negara barat yang tidak jarang hinggap di sejumlah lembaga swadaya masyarakat di Indonesia, dengan dalih berdampak negatif bagi kesehatan dan merusak lingkungan, mesti disadari bagian dari persaingan bisnis. Indonesia dan Malaysia [Non-text portions of this message have been removed]