http://www.antara.co.id/arc/2007/10/3/gubernur-maluku-bersikeras-lagu-rasa-sayange-milik-indonesia/

03/10/07 21:56

Gubernur Maluku Bersikeras Lagu "Rasa Sayange" Milik Indonesia

Ambon (ANTARA News) - Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu bersikeras lagu 
"Rasa Sayange" adalah milik Indonesia, karena merupakan lagu rakyat yang telah 
membudaya di provinsi ini sejak leluhur, sehingga klaim Malaysia itu hanya 
mengada-ada.

"Saya sejak lahir tahun 1946 sudah digendong ibu sambil menyanyikan lagu ini. 
Bahkan lagu ini telah merakyat di bumi Maluku sejak leluhur sehingga Malaysia 
jangan memanfaatkan tidak dipatenkannya hak cipta lagu "Rasa Sayange" itu 
menjadi icon parawisata negaranya," katanya ketika dikonfirmasi ANTARA News, di 
Ambon Rabu malam.

Ia bahkan menunjuk kata-kata pada syair pada lagu tersebut seperti "lia" 
(lihat-red) "jao" (jauh-red), adalah ungkapan dialek orang Ambon, sehingga 
tidak beralasan bagi Malaysia mengklaim lagu Rasa Sayange adalah milik negara 
tersebut.

Karenanya Gubernur Ralahalu memandang perlu menghimpun para seniman Maluku 
untuk mencari tahu siapa sesungguhnya pencipta lagu "Rasa Sayange" sehingga 
bisa dipatenkan hak ciptanya agar tidak diklaim negara lain seperti Malaysia.

"Kita sudah saatnya memperhatikan hak cipta para seniman Maluku maupun 
Indonesia secara umum agar tidak dibajak negara lain, karena berdampak 
merugikan kita dari berbagai segi, terutama budaya dan pariwisata yang 
sebenarnya memiliki keunggulan komparatif dibanding negara lain," katanya.

Ketua DPRD Maluku Richard Louhenapessi secara terpisah memandang perlu 
sekiranya Malaysia masih bersikeras mengklaim lagu "Rasa Sayange" milik mereka, 
maka legislatif setempat akan melakukan protes ke Mahkamah Internasional 
melalui pemerintah Indonesia maupun DPR-RI.

"Terpenting inisiatif pemerintah dan masyarakat Maluku ini didukung Pemerintah 
Pusat sehingga lagu "Rasa Sayange" ini dihargai sebagai lagu rakyat Maluku yang 
harus diwariskan kepada anak cucu sehingga tidak terancam punah," katanya.

Louhenapessy merasa perlu untuk mengambil hikmah dari klaim Malaysia terhadap 
lagu "rasa sayange" karena memangnya penghargaan terhadap hak cipta maupun 
hasil karya seniman Maluku relatif terbatas, akibatnya dimanfaatkan negara lain 
untuk hal-hal yang strategis seperti mendukung promosi pariwisata.

Ia pun mencontohkan lagu "Sayang Kane" yang merupakan lagu rakyat Maluku 
dimanfaatkan oleh Airlines Cina dalam mendukung promosi maskapai penerbangan 
mereka. 

"Jadinya hak cipta para seniman Maluku sudah saatnya dilindungi dan dihargai 
sehingga memiliki kekuatan hukum agar tidak dimanfaatkan oleh negara lain dalam 
rangka kepentingan pariwisata maupun program-program strategis lainnya yang 
sebenarnya merugikan Indonesia maupun Maluku secara khusus," katanya.(*)


Copyright © 2007 ANTARA

++++

http://www.antara.co.id/arc/2007/10/3/lagu-kebangsaan-malaysia-diduga-jiplakan-lagu-indonesia/

03/10/07 19:41

Lagu Kebangsaan Malaysia Diduga Jiplakan Lagu Indonesia

Yogyakarta (ANTARA News) - Lagu kebangsaan Malaysia "Negaraku" diduga hasil 
jiplakan lagu Indonesia berjudul "Terang Bulan" yang dinyanyikan sejak 1930-an.

"Lagu Terang bulan sudah dinyanyikan di Indonesia sejak lama, setelah merdeka 
1957 Malaysia mengubah lagu tersebut menjadi `Negaraku` dan menjadikannya 
sebagai lagu kebangsaan," kata pakar multimedia, Roy Suryo kepada ANTARA News 
di Yogyakarta, Rabu.

Menurut dia, lagu `Rasa Sayange` yang dijadikan Malaysia sebagai lagu untuk 
promosi pariwisata sebenarnya juga sudah dinyanyikan di Indonesia jauh sebelum 
negara jiran tersebut merdeka, dan lagu ini sering dinyanyikan oleh orang-orang 
Melayu.

Dalam film `insulinde zooals het leeft en werkt`, film dokumenter Indonesia 
1927-1940 produksi NV Haghefilm Denhaag, sudah ada lagu `Rasa Sayange`. 

"Ini sebenarnya dapat menjadi bukti bahwa lagu tersebut sudah dinyanyikan 
masyarakat Indonesia jauh sebelum Malaysia merdeka," katanya.

Ia menyatakan dirinya saat ini sedang mengumpulkan bukti film asli, baik untuk 
lagu `Rasa Sayange` maupun `Terang Bulan` guna pembuktian lagu tersebut dicipta 
oleh orang Indonesia.

"Meskipun saya sudah punya film digitalnya, tetapi besok saya akan ke kantor 
Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) untuk mencari film aslinya," kata dia. 

Ia menambahkan, kemungkinan Malaysia sudah mempatenkan terlebih dulu baru lagu 
`Rasa Sayange` tersebut kemudian baru mempublikasikannya.

"Kasus ini persis seperti batik, tempe dan beberapa tarian asal Indonesia yang 
diklaim hasil karya Malaysia. Sebenarnya ini menjadi pelajaran bagi bangsa 
Indonesia terutama untuk melindungi budaya daerah dengan segera mempatenkan 
hasil karya anak bangsa," katanya.(*)


Reply via email to