rEFLEKSI: Menurut cerita dibawah ini ada penyakit orang laki-laki bernama 
Subita. Selebihnya baca sendiri.

http://www.poskota.co.id/redaksi_baca.asp?id=1566&ik=32


Drakula Dibakar Cemburu 


Jumat 14 Desember 2007, Jam: 9:07:00 
Antar tetangga berbagi kue, itu jamaknya orang bermasyarakat. Tapi jika 
kemudian "kue donat" istri mau dinikmati juga, wah ini sudah kelewatan. 
Karenanya Mirjan, 28 tahun, pun pasang kuda-kuda ketika Miskan, 25 tahun, 
lelaki tetangganya ada indikasi ingin merebut istrinya. Cuma dia ini 
keterlaluan. Baru melihat istrinya beberapa kali jalan bareng dengan si Miskan, 
sudah dianggap mereka pernah pula tidur bareng. Nah, cemburunya "drakula" cap 
kampung ya begitulah. Meski tak ada bukti otentik, leher Miskan langsung 
digigit dan disedot darahnya mirip si Mopi. 

Tetangga Miskan di Desa Puger Wetan Kecamatan Puger Kabupaten Jember (Jatim) 
cukup banyak, tak bisa disebut orang perorang. Cuma tetangga dekat rumahnya 
yang bernama Herniati, 24, sungguh menyita pikiran dan perasaan Miskan sebagai 
lelaki. Di samping orangnya cantik, keramahannya menambah daya pesona 
tersendiri. Bila tertawa, dengan bibirnya yang tipis itu, wihhh..sungguh 
menggemaskan. Betapapun gigi geraham atas sebelah kiri yang sudah tanggal, 
justru membuat Miskan tak bisa tidur memikirkannya. "Sayang dia bukan istriku," 
katanya berandai-andai. 

Istri Mirjan ini juga kawehan (suka memberi) pada tetangga. Bila punya makanan 
sedikit istimewa, pastilah tiba juga di rumah tetangga kanan kiri, termasuk 
rumah Miskan. Bisa kue-kue oleh-oleh dari Surabaya, bisa makanan bawaan dari 
kampungnya. Rasa makanan itu sebetulnya biasa saja. Tapi karena ada faktor 
X-nya, bagi Miskan jadi lezat luar biasa. Bahkan saat dia membuka nampan tempat 
kiriman kue tersebut, sepertinya wajah Herniati nempel di atas kue-kue tersebut 

Karena sudah menjadi milik orang, mencintai Herniati sampai kena hernia 
(kondor) pun tak mungkin kena. Miskan sangat menyadari akan hal itu. Tapi 
lantaran cintanya kadung setinggi Gunung Kelud yang mau njeblug (meletus), bisa 
jalan bareng atau ngobrol bersama bini Mirjan baginya sudah kebahagiaan tiada 
tara. Karenanya, bila ketemu Herniati jan dicucuk-cucukke (dimanfaatkan betul). 
Biar perempuan itu sudah capek dan bilang "sudah ya", Miskan terus mengajak 
ngobrol bagaikan tukang obat di pinggir jalan. "Gimana sih, saya belum apa-apa 
kok dibilang sudah", kata Miskan sangat menjurus. 

Akhir minggu Kamis (13/12) Miskan amprok dengan Herniati yang baru pulang dari 
pasar. Seperti biasanya, perjaka kena penyakit subita (suka bini tetangga) itu 
mulai ngajak ngobrol Herniati sepanjang perjalanan, sementara jalannya sengaja 
dibuat mepet-mepet sehingga kadang nyenggol tubuh si tetangga idola. Herniati 
sih biasa-biasa saja, tapi bagi Miskan bagaikan kena strom 5.000 volt serrrrr. 
Ih, kalau dia tak ingat resiko dipentungi wong (dipukuli orang) ingin rasanya 
Miskan mendekap Herniati, lalu.. clepot clepot, cup cup ajinomoto! 

Hati ingin memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai; maksud hati ingin 
memeluk Herniati, apa daya terlihat oleh suaminya. Nah, ketika Miskan 
berhaha-hihi sambil nyenggol-nyenggol, tanpa sengaja ketahuan oleh Mirjan. 
Dasar dia pencemburu berat, melihat istrinya nampak akrab dengan Miskan, 
dianggapnya sudah lebih dari itu mereka berbuat. Di jalan saja begitu, apa lagi 
di dipan; begitu pikirnya. Tanpa pikir panjang Miskan dikejar dan setelah kena 
langsung saja leher digigit dan hendak dihisap sekalian darahnya. Untung Miskan 
segera bisa melepaskan diri dari serangan "drakula" kelas kampung. Dengan leher 
berdarah dia mengadu ke Polsel Puger, dan Mirjan pun ditangkap

Kirim email ke