http://www.poskota.co.id/redaksi_baca.asp?id=1495&ik=32


Ajudan Kok Sempat Selingkuh? 

Senin 9 Juni 2008, Jam: 8:55:00 
Rasanya tak ada waktu lowong buat ajudan bupati, macam Ny. Sastika, 30. Tapi 
itulah fenomena selingkuh, dalam waktu terbatas pun dia bisa cari peluang 
bergendak-ria. Cuma istri Mukadar, 40, yang mencak-mencak, suaminya direbut 
orang. Sayang, dia sudah mengadu ke mana-mana, tapi tak digubris Pemda. 

Ini kisah lumayan menarik, setidaknya menunjukkan bahwa selingkuh sudah 
melewati batas lintas sektoral. Seorang ajudan bupati pun, yang setiap hari 
begitu padat jadwal bersama bos, masih bisa nylingker (menyelinap) demi 
pemenuhan aspirasi urusan bawah. Bagaimana dia memenej waktu? Bagaimana dia 
bisa hidup dalam dua dunia? Bagaimana misalnya, ketika Ny. Sastika tengah kelon 
bersama gendakan, tiba-tiba ada panggilan Pak Bupati untuk mendampingi sebuah 
acara? "Bapak mau rapat, maaf saya juga lagi "rapet" Pak!", apa musti dijawab 
seperti itu? 

Namun nyatanya, bersama Ny. Sastika, semuanya bisa! Dan dia telah menjalani 
beberapa tahun lamanya. Tak jelas memang, mana yang lebih dulu. Apakah dia 
ribut dulu dengan suaminya, ataukah selingkuh dulu dengan Mukadar, baru suami 
ngajak ribut. Yang jelas, akibat perselingkuhan tersebut, Ny. Sastika sudah 
berbulan-bulan lamanya pisah ranjang dengan suaminya, Darmadi, 37. Meski mereka 
masih tinggal serumah, tapi tak ada lagi kegiatan siginifikan sebagai suami 
istri. Istri tidur di mana, suami juga ngorok entah ke mana. 

Dalam skandal ini, yang beruntung memang Mukadar. Dapat gendakan baru yang 
cantik dan irit. Soalnya, anggaran selingkuh untuk jalan-jalan dan nginep di 
hotel, hampir semua atas tanggungan Ny. Sartika. Sedangkan dia sendiri, boleh 
dikata hanya modal bonggol, bukan benggol (baca: uang). Maklumlah, di mata Ny. 
Sastika yang dibutuhkan dari sosok Mukadar hanyalah tongkrongan dan 
tangkringan. Asal kedua syarat tersebut terpenuhi, bagi ajudan bupati 
Pekalongan (Jateng) ini, semuanya cukuplah sudah. 

Untuk kalangan umum, jelas tidak menyangka bahwa Ny. Sastika yang anggun dan 
kalem seperti itu, ternyata punya "simaskot" (simpanan masyarakat kota) non 
BRI. Kelincahan dia sebagai pendamping tugas orang nomer satu di kabupaten, 
ternyata juga merambah ke urusan ranjang segala. Bagaimana tidak lincah? Dia 
bisa mengatur waktu secara tepat guna, kapan harus mendampingi Pak Bupati, dan 
kapan "ditumpangi" Mukadar selaku rekanan selingkuh. 

Meskipun kegiatan menyimpang ini sangat mengasyikkan bagi Sastika - Mukadar, 
tapi sudah barang tentu sangat menyesakkan dada Ny. Untari selaku istri 
Mukadar. Apa lagi dalam keseharian dia merupakan guru SD Wonopringgo. Bagaimana 
kata rekan guru dan muridnya? Masak suami seorang pendidik dan tenaga pengajar, 
di luaran malah berbuat kurang ajar. Terus terang, Bu Untari juga sudah pernah 
mengingatkan suaminya, tapi yang bersangkutan terus saja bermain gila. 

Agar suaminya tak berlarut-larut jadi anggota Front Pengkhianat Istri, dia 
pernah mengadukan kasus ini ke Pemda Kabupaten Bekasi. Sayang, ibarat kata 
bibir Ny.Untari sampai meniren (capek ngomong), tak pernah ada tanggapan dari 
pihakberwenang. Memang, semua laporan Bu Guru ini hanya serangkaian kata-kata 
saja, tanpa ada bukti otentik. Karenanya pihak Pemda tak mau menanggapinya. 
"Menuduh tanpa bukti, itu fitnah. Dan fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan," 
pasti begitu alasannya. 

Mesum Ny. Sastika - Mukadar rupanya terus berlanjut, sampai kejadian beberapa 
hari lalu. Di sebuah rumah di Kelurahan Kramat Sari kota Pekalongan, ajudan 
bupati digerebek tengah mesum dengan suami Bu Guru Untari. Ironisnya, meski 
faktanya begitu jelas, semua pejabat di Pemda Pekalongan seakan melakukan GTM 
(Gerakan Tutup Mulut). Setiap ditanya kalangan pers, mereka berkeberatan 
menjelaskan. Asal sudah dijawab: "saya belum mengetahui kasus itu", bereslah 
sudah. 

Ajudan bupati kok "diberesi" suami Bu Guru.

Reply via email to