Jejak Siluman di Kemayoran Di luar Partai Demokrat, Yudhoyono membentuk
sejumlah tim. Agar tak ada laporan "asal bapak senang".
BAGIAN akhir siaran pers itu mengundang tanda tanya. Di­bagikan dua
hari sebelum Ra­pat Pimpinan Nasional Partai­ Demokrat 8-9
Februari lalu, kalimat penutup itu berbunyi: "Rapat Pim­pinan
juga akan dihadiri para tim pemenangan, yaitu: Tim Delta (5 orang), Tim
Echo (33 orang), Tim ­Foxtrot (5 orang), Tim India (5 orang), Tim
Romeo (5 orang), dan Tim Sekoci (66 orang)."
Sedikit petunjuk didapat wartawan saat Ketua Dewan Pembina Partai
Demokrat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berpidato pada pembukaan
rapat. "Partai Demokrat tidak berjuang sendirian, karena telah
banyak kawan kita yang sejak lama setia untuk tetap mendukung,"
katanya di Gedung Expo, kompleks Pekan Raya Jakarta, Kema­yoran.
"Ada Tim Sekoci, Tim Alpha, Tim Echo, dan masih banyak lagi lainnya
yang akan membantu Saudara-saudara untuk berhasil dan menang pada pemilu
mendatang," ujar Yudhoyono lagi, disambut tepuk tangan 2.000-an
calon legislator dan pengurus partai itu.
Pertemuan di pendapa kediaman pribadi Presiden Yudhoyono, di Cikeas,
Bogor, September tahun lalu, membuka tabir soal tim bawah tanah Partai
Demokrat. Saat itu berkumpul sekitar 70 orang anggota tim sukses
Yudhoyono pada pemilihan presiden 2004.
Dalam pertemuan Ramadan itu, Yudhoyono menegaskan niatnya untuk maju
lagi dalam pemilihan Juli depan. "Saya menghormati bila ada yang
pindah ke calon lain, tapi saya akan berterima kasih bila Kakak-kakak
tetap mendukung saya," kata Yudhoyono, seperti disampaikan sumber
Tempo.
  Mereka yang hadir malam itu sepakat menyokong Yudhoyono sekali lagi.
Mereka inilah yang kemudian disebut­ sebagai Tim Sekoci. Ketuanya
Mayor Jen­deral (Purnawirawan) Soeprapto,­ kini Komisaris PT
Indosat. Anggota tim umumnya alumni Akademi Militer 1970. Ada juga
pengusaha dan politikus lintas partai.
Wilayah tugas tim ini amat luas: membuat analisis intelijen, menggarap
aksi teritorial, dan menggalang kegiatan so­sial politik. Struktur
kelompok ini menggurita sampai tingkat kecamatan. Mereka terdaftar
sebagai lembaga swadaya masyarakat dengan nama resmi Sekoci Indoratu.
Indoratu singkatan dari "Indonesia Raya Bersatu".
  Sayangnya, tak ada satu pun anggota tim ini yang terbuka. "Maaf,
saya tidak bisa. Tolong pahami situasi saya," kata Soeprapto saat
dimintai konfirmasi pekan lalu. Beberapa anggota tim lain yang sempat
dihubungi Tempo memi­lih diam.
Fungsi tim-tim "siluman" lain bisa dibilang mirip Tim Sekoci.
Tim Echo punya tugas menggalang aksi intelijen dan teritorial untuk
pemenangan Partai Demokrat. Bedanya, struktur tim ini lebih ramping.
Hanya ada satu pemimpin di tingkat kabupaten/kota sebagai penggerak,
dengan pelaku lapangan para pe­ngurus Partai Demokrat di wilayah
itu. Mantan Panglima TNI Marsekal (Purnawirawan) Djoko Suyanto adalah
ketua tim ini. "Ada teman yang menjadi presiden, apa salahnya
membantu?" katanya awal Februari lalu.
Ada lagi yang disebut Tim Delta. Tim ini bertanggung jawab atas
urus­an­ ­peng­adaan perlengkapan kampanye.­
Komandan tim ini adalah mantan Asisten­ Logistik Panglima TNI Mayor
Jende­ral (Purnawirawan) Abikusno. Semua­ spanduk, kaus, baliho,
dan tetek-be­ngek kampanye Partai Demo­krat disiapkan Tim Delta.
Mereka berkantor di lantai dua kantor pemasaran Pekan Raya Jakarta. Saat
Tempo berkunjung ke sana, Jumat pekan lalu, kantor itu kosong melompong.
Di salah satu pintu, hanya ada papan nama tak mencolok: "Delta dan
Logistik".
Tim lain adalah Tim Romeo. Kelompok ini bertugas menjalin komunikasi
positif antara Yudhoyono dan rakyat. Mereka rajin mengkampanyekan
keberhasilan pemerintahan Yudhoyono-Jusuf Kalla kepada publik.
Komandannya adalah Mayor Jenderal (Purnawirawan) Sardan Marbun, yang
kebetulan juga anggota staf khusus Presiden di Istana Merdeka.
"Tolong bedakan Sardan sebagai staf khusus kepresidenan dan Sardan
sebagai ketua tim ini," katanya pekan lalu.
Sebagai anggota staf khusus Presiden, Sardan mengelola layanan pesan
pendek 9949 dan surat ke Kotak Pos 9949. Dia juga menerbitkan
sejumlah­ buletin program pemerintah yang di­bagikan gratis.
Kata Sardan, Tim Romeo tidak memiliki struktur di daerah.
"Paling-paling saya dibantu sejumlah relawan." Jika dibutuhkan,
Sardan meminta bantuan jaringan Partai Demokrat di kabupaten atau kota.
Tim Foxtrot disebut-sebut sebagai sandi untuk Fox Indonesia, lembaga
konsultan politik yang disewa Partai Demokrat. Ketika dimintai
konfirmasi, Choel Mallarangeng, Direktur Utama Fox, tak sepenuhnya
mengelak. "Bisa saja. Itu kan sesuai abjad saja," katanya,
tertawa.
Semua tim khusus ini dikomandani­ Ketua Tim Sukses Pemilihan Umum
Partai Demokrat Mayor Jenderal (Purnawirawan) Yahya Sacawiria. Yahya
ada­lah mantan Wakil Asisten Sosial Politik Kepala Staf Sosial
Politik Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Dia masuk Partai
Demokrat lima tahun lalu.
Awal Februari lalu, Yahya bersama wakil Tim Echo, Tim Sekoci, dan Tim
Delta berkeliling Jawa dan Bali meme­riksa kesiapan para calon
legislator Partai Demokrat. Tim gabungan ini memeriksa semua detail:
spanduk, bendera partai, penerimaan masyarakat terhadap calon anggota
parlemen, dan kritik publik terhadap kampanye Partai Demokrat. Tim
gabungan lalu menyampaikan masukan kepada pengurus partai. "Tim ini
memastikan tidak ada laporan 'asal bapak senang' dari
daerah-daerah," kata sumber Tempo.
Sayangnya, pengurus teras Partai De­mokrat enggan memberikan
konfirmasi detail ihwal tim-tim pemenangan ini. "Mereka adalah
anggota masyarakat yang bersimpati kepada Partai Demokrat," kata
Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Marzuki Alie. Ketua bidang politik
partai itu, Anas Urbaning­rum, hanya sedikit buka mulut. Dia
menjelaskan, tim-tim ad hoc ini adalah­ "bagian dari upaya
pemenangan di lapangan". Dia juga menolak memastikan siapa saja
anggota tim-tim misterius ini. "Mereka simpatisan," kata Anas.
Namun, secara tersirat, pengurus par­tai mengakui pentingnya tim-tim
si­luman ini untuk mendongkrak kesiapan mereka menghadapi pemilihan
umum. "Kami tahu kekuatan kami, mesinnya belum kuat, sumber daya
manusianya masih kurang," kata Ahmad Mubarok, Wakil Ketua Umum
Partai Demokrat.

Wahyu Dhyatmika, Budi Setyarso, Iqbal Muhtarom

http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/02/16/LU/mbm.20090216.L\
U129537.id.html
<http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/02/16/LU/mbm.20090216.\
LU129537.id.html>

Kirim email ke