====================================================== 
THE WAHANA DHARMA NUSA CENTER [WDN_Center] 
Seri : "Membangun spirit, demokrasi, konservasi sumber daya, 
           nasionalisme, kebangsaan dan pruralisme bangsa Indonesia."  
====================================================== 
[Spiritualism, Nationalism, Resources, Democration & Pruralism Indonesia 
Quotient] 
Mensyukuri Pesta Demokrasi 5 Tahunan - PEMILU 2009. 
"Belajar menyelamatkan sumberdaya negara untuk kebaikan rakyat Indonesia." 
Kalahkan Terorisme
Kamis, 23 Juli 2009 | 05:00 WIB
Oleh: Edy Prasetyono
Pemilu berjalan aman meski terjadi ketidakpuasan di sebagian masyarakat. 
Harapan bahwa Indonesia akan bangkit secara ekonomi dan politik tampak cerah. 
Masyarakat Indonesia dan banyak negara lain menaruh harapan besar terhadap 
proses demokratisasi dan keamanan di Indonesia yang akan menjadi modal 
pembangunan ekonomi.
Tiba-tiba bom meledak di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton. Semua orang 
tersentak dan marah. Presiden membuat pernyataan. Ada kekecewaan, kekhawatiran, 
dan kemarahan atas tragedi ini.
Muncul reaksi terhadap pidato Presiden. Sebagian menganggap pidato ini 
ditujukan kepada pihak-pihak tertentu. Sebagian lain melihat itu sebagai 
pernyataan yang harus dibuat oleh seorang kepala negara, bukan sebagai seorang 
capres yang sementara sedang unggul dalam perhitungan suara dalam pemilu 
presiden yang baru lalu. Yang jelas, tragedi ini terjadi dalam situasi yang 
tidak menguntungkan. Sensitivitas masih melingkupi interaksi kekuatan-kekuatan 
politik pada pascapemilu ini.
Lawan terorisme
Dalam situasi seperti itu, aksi terorisme telah berhasil mempermainkan emosi 
dan merusak harapan-harapan kita ke depan. Terorisme juga berhasil mengusik 
kebersamaan kita untuk membangun kehidupan politik dan ekonomi pascapemilu.
Inilah yang harus kita sikapi bersama dengan tidak saling menyalahkan yang 
sekaligus seolah membuat para teroris bersorak gembira terhadap keberhasilan 
mereka dan sikap kita. Apa pun dan siapa pun kita, serangan terorisme mestinya 
membuat kita lebih teguh untuk tidak membiarkan semua kekuatan perusak 
menghancurkan Indonesia.
Sejarah mencatat, bangsa ini telah menunjukkan kegigihannya melewati masa-masa 
sulit. Kita mewarisi negeri yang luar biasa hebat, baik secara geografis, 
sejarah, keragaman sosial-budaya, maupun kekayaan alam. Kita dituntut untuk 
menjaganya dan memajukannya dengan membuat sistem politik, ekonomi, dan hukum 
yang adil untuk mewujudkan Indonesia bagai kapal yang besar dan kuat, dengan 
mesin yang andal mengarungi lautan bebas dan membawa persahabatan kepada semua 
bangsa di dunia.
Kapal besar dibuat untuk menantang gelombang besar guna mengarungi perjalanan 
laut/samudra yang luas. Sementara itu, kapal kecil, betapa pun canggihnya, 
tidak dirancang untuk mengarungi samudra besar. Karena itu, jangan pernah 
menyerah kepada terorisme karena kita tidak ingin mewariskan Indonesia yang 
rusak kepada generasi penerus kelak.
Anak cucu dan keturunan kita kelak akan marah dan mengutuk karena mewarisi 
Indonesia yang hancur, terlebih jika hancur karena ulah para teroris.
Tanpa kompromi
Masyarakat juga harus sepenuhnya mengembangkan sikap tidak kompromi (zero 
tolerance) terhadap terorisme, apalagi melihat mereka bak pahlawan karena 
kesalahan penanganan terhadap para teroris, baik yang dilakukan oleh pemerintah 
maupun media massa.
Ekspose besar-besaran menjelang eksekusi Amrozi cs beberapa waktu lalu pada 
tingkat tertentu justru menjadikan mereka bagai ”pejuang” ketidakadilan. Perlu 
digarisbawahi bahwa terorisme juga tidak dapat dibenarkan dengan alasan reaksi 
atas ketidakadilan. Meski terorisme bisa disebabkan oleh ketidakadilan, hal itu 
tidak dapat diterima jika ketidakadilan membenarkan aksi terorisme.
Penyebab bukanlah suatu alasan untuk melakukan kekerasan, kekejian, dan 
kejahatan. Kemiskinan bisa menyebabkan orang untuk merampok, tetapi kemiskinan 
tetap tidak bisa membenarkan tindakan perampokan. Ends (and causes) do not 
justify the means.
Ekstrem-radikal
Terorisme selalu bermain pada tataran ideologis dan psikologis. Ia adalah anak 
ideologi ekstrem-radikal. Sifatnya mendadak, semua dicekam dalam situasi tidak 
menentu, dan tidak tahu kapan serangan akan dilakukan. Kita semua sering dibuat 
kalah satu langkah atau lebih. Kita sering bereaksi sesaat dan setelah itu 
kehidupan dianggap normal. Pada saat itulah teroris hidup lebih leluasa di 
tengah-tengah masyarakat.
Karena itu, upaya melawan terorisme memerlukan komitmen total baik pemerintah 
maupun masyarakat untuk menindak dan menghilangkan penyebab terorisme (root 
causes). Kita harus menang melawan terorisme dan jangan lagi dipermalukan dan 
dihancurkan oleh aksi-aksi brutal mereka.  [Edy Prasetyono Manajer Riset dan 
Publikasi FISIP UI; Peneliti IODAS, Kompas]
------- 
Sebaiknya..
Sebaiknya, peristiwa terorisme yang baru saja terjadi bisa menjadi tonggak 
penyambung kembali benang-benang pengusutan jaringan terorisme di Indonesia 
yang selama ini terputus-putus dan belum bisa tuntas. Rasa kebersamaan 
bernegara dan bermasyarakat justru diharapkan menjadi semakin baik, bersatu, 
walau kewaspadaan masyarakat pun terus diuji untuk semakin perhatian, menjadi 
polisi bagi diri, keluarga dan lingkungan masyarakat di sekitarnya.
Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! 
Best Regards, 
Retno Kintoko 
Silakan mencoba? 
  
The Flag 
Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! 
ERDBEBEN Alarm 
Mau mencoba ?




 
SONETA INDONESIA <www.soneta.org>
Retno Kintoko Hp. 0818-942644
Aminta Plaza Lt. 10
Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan
Ph. 62 21-7511402-3 
 


      

Kirim email ke