http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail&id=10473

Jumat, 16 Mei 2008,



Ke Grasberg, Gunung Emas Papua, setelah 20 Tahun Dikelola PT Freeport (1) 

Tambang Terbuka dengan Truk Monster Tinggal 6 Tahun Lagi
Tahun ini genap 20 tahun PT Freeport Indonesia mengelola tambang Grasberg di 
Timika, Papua. Salah satu lokasi tambang terbesar di Indonesia itu dikelola 
seperti "negara dalam negara". Inilah laporan Jawa Pos yang baru pulang dari 
sana.

BERADA di ketinggian sekitar 1.871 meter di atas permukaan laut, kali pertama 
menginjakkan kaki di Bandara Moses Kilangin, Timika, udara terasa dingin. 
Bandara itu terkesan tak terawat. Ruang kedatangan ukuran 8 x 10 meter dihiasi 
loket-loket kayu yang sudah lapuk. Pembatas ruang kedatangan dengan landasan 
udara adalah kawat-kawat silang yang biasa digunakan di kebun binatang. 

Beberapa ekspatriat terlihat bingung mencari troli untuk menaruh barang bawaan 
mereka. Jumlah troli yang tersedia di bandara yang dinamai sama dengan nama 
kuli barang Jacquez Dozy, geolog penemu Erstberg (lokasi tambang PT Freeport 
yang pertama), itu memang dalam hitungan jari. Apalagi mencari troli yang 
berfungsi baik, lebih sulit lagi.

Bandara yang, rencananya, segera diperbarui itu berada di mil 26. Hanya 10 
menit perjalanan dari Hotel Sheraton, Timika, yang diresmikan Menteri 
Kebudayaan dan Pariwisata Joop Ave pada 1995.

Di hotel itu, PT Freeport memiliki satu ruangan khusus yang digunakan sebagai 
pusat informasi. Hotel tersebut berdekatan dengan Kuala Kencana, kota utama 
Freeport, yang kebutuhan penghuninya kebanyakan diimpor dari Australia. 

Tempat-tempat penting di Timika memang disebut dengan ukuran mil, ukuran jarak 
yang lazim digunakan di AS. Jarak mil terendah adalah Pelabuhan Amamapere yang 
berada di mil 6, tempat kapal-kapal asing mengangkut jutaan ton emas dan 
tembaga sejak 1971. 

Berdekatan dengan pelabuhan, PT Freeport Indonesia menempatkan empat pabrik 
pengeringan (dewatering plant) yang berfungsi mengeringkan konsentrat emas dan 
tembaga yang masih berbentuk seperti bubur.

Bubur itu dikirim dari pabrik pengolahan bijih di mil 74 dengan pipa sepanjang 
110 kilometer. Saat dikirim, konsentrat memiliki kadar air 35 persen. Setelah 
kadar air di konsentrat bisa ditekan hingga tinggal 8-9 persen, konsentrat 
dikapalkan ke berbagai penjuru dunia. Termasuk ke PT Smelting di Gresik, salah 
satu pembeli utama konsentrat Freeport, dengan komposisi mencapai 27 persen.

Ketua MPR Amien Rais pernah menuding bahwa di pabrik pengeringan itu Freeport 
"bermain" dengan langsung mengapalkan konsentrat tersebut tanpa sepengetahuan 
negara. Tahun lalu DPRD Papua juga meminta Freeport melaporkan secara rinci dan 
periodik mengenai ekspor emas dan perak ke Amerika Serikat (AS) yang selama ini 
diduga tidak pernah dilaporkan.

"Padahal, aktivitas pengapalan ini dilakukan dengan sepengetahuan petugas 
kepabeanan. Kadar emas dalam konsentrat juga selalu diukur secara berkala oleh 
PT Sucofindo," kata Binsar Panjaitan, superintendent dewatering plant. 

Namun, Freeport memang memiliki permasalahan di sektor pengapalan itu. Dengan 
kedalaman hanya 6-8 meter, kapal-kapal besar sulit merapat di Amamapare. 
Perusahaan itu memiliki dua jenis kapal berkapasitas 3 ribu ton dan 8 ribu ton 
yang membawa konsentrat tersebut serta memindahkan ke kapal pembeli di laut 
lepas. Akibatnya, hanya 10 ribu ton konsentrat yang bisa diangkut kapal.

Pada mil 21, ada tempat reklamasi, yakni daerah tailing (disebut juga sirsat, 
pasir sisa tambang) yang mengalami proses vegetasi alami. Daerah itu digunakan 
Freeport untuk menunjukkan bahwa unsur-unsur dalam tailing tidak berbahaya. 
Problem sirsat adalah masalah kuantitasnya.

Untuk mengunjungi lokasi Grasberg yang berada di ketinggian 4.268 meter di atas 
permukaan laut itu, harus melewati beberapa pos pengawasan. Salah satu di 
antaranya mil 50 tempat check point. 

Jangan berharap bisa masuk lokasi itu tanpa kartu pengunjung yang dikeluarkan 
Freeport. Namun, penjagaan ketat tersebut bisa ditembus para panner 
(pendulang-pendulang emas liar) di sekitar lokasi. Mereka diindikasikan main 
mata dengan aparat kepolisian yang bertugas di sana. 

Untuk masuk ke tambang Grasberg, pengunjung juga harus mengenakan peralatan 
standar keamanan. Yaitu, helm, rompi penanda, kacamata pengaman, dan sepatu 
boot khusus untuk pertambangan.

Jalanan berkelok-kelok dan menanjak. Mobil dengan penggerak empat roda (4 wheel 
drive) merupakan prasyarat utama kendaraan yang beroperasi di sekitar wilayah 
tersebut. Sedikitnya tiga kelokan menunjukkan kemiringan lebih dari 45 derajat. 

Setelah beberapa saat melewati mil 50, salah satu titik poin lain adalah 
terowongan Hanekam sepanjang 1.050 meter. Terowongan ini dibuat hanya satu 
arah, sehingga kendaraan yang lewat dari arah berlawanan harus bergantian. 
Keluar dari kegelapan di terowongan kendaraan melewati jembatan lima hari.

Diberi nama jembatan lima hari karena jembatan ini pernah rusak pada akhir 
1990-an dan proses memperbaikinya membutuhkan waktu lima hari. Setengah jam 
perjalanan kemudian, kita tiba di Kota Tembagapura. Nama kawasan dengan 
ketinggian 3.000 meter di atas permukaan laut itu diberikan oleh mantan 
Presiden Soeharto.

Freeport memiliki berbagai fasilitas di sini. Mulai kantor, perumahan, 
fasilitas kota seperti pusat perbelanjaan, hiburan, dan semacamnya. Kondisi ini 
sedikit berbeda dengan Kota Timika yang terkesan semrawut.

Dengan desain kota yang minimalis, beberapa gerai yang lazim ditemukan di pusat 
keramaian ibu Kota Jakarta hadir di sana. Misalnya, Hero Supermarket, Salon 
Rudy Hadisuwarno, kantor Bank Mandiri dan Bank Niaga, serta food court yang 
menyediakan berbagai makanan siap saji.

Di areal food court tampak beberapa ibu muda berbincang santai ditemani kopi 
dan jajanan. Dari Tembagapura, perjalanan terus naik ke atas menuju pusat 
pengolahan bijih di mil 74. Di lokasi ini terdapat tempat pemisahan antara 
konsentrat yang berisi emas dan tembaga dengan batu-batuan tidak berharga.

Dari 209 ribu ton batu-batuan per hari yang diangkut dari Grasberg, hanya 
sekitar 6.000 ton yang memiliki kandungan emas dan tembaga. Sisanya, 200 ribu 
ton lebih, dibuang dalam bentuk sirsat (pasir sisa tambang) ke Sungai Otomona.

Data yang dimiliki Freeport, pada 2007 pada setiap 209 ribu ton bijih yang 
diolah, 0,82 persennya adalah tembaga yang per tonnya berisi 1,24 gram emas dan 
3,53 gram perak. Dengan kata lain, konsentrat yang diperoleh per hari rata-rata 
5,325 ton, terdiri atas tembaga 28,5 persen yang per tonnya berisi 40,8 gram 
emas dan 80,8 gram perak.

Naik ke Pegunungan Grasberg membutuhkan waktu kurang lebih 15 menit dengan trem 
listrik. Dua trem tersedia dengan kapasitas 80 dan 100 orang untuk mengangkut 
pekerja pertambangan. 

Udara tipis dan kabut menghiasi pemandangan Pegunungan Grasberg yang telah 
membentuk ceruk mirip belanga raksasa. Tampak lalu lalang haul truck Komatsu 
930 atau Cat 797 mengangkut bebatuan besar untuk ditempatkan di pabrik 
pengolahan. Truk-truk monster dengan roda 6 ban berdiameter 5 meter itu lazim 
digunakan di pertambangan besar di dunia. Harga satu bannya saja mencapai USD 
30 ribu (sekitar Rp 276 juta).

Selain tambang terbuka, Freeport menggunakan metode lain yang dikenal sebagai 
block caving. Di sini proses eksploitasi dilakukan dengan membuat terowongan 
untuk mendapatkan konsentrat yang diinginkan.

Diperkirakan pada 2014-2015 tambang terbuka Grasberg akan ditutup karena sudah 
tidak memiliki nilai ekonomis lagi. Sebagai ganti, metode block caving akan 
dipakai di gunung yang saat ditemukan kandungannya diperkirakan mencapai 2,5 
miliar ton itu. 

Papua memang termasuk wilayah yang memiliki sabuk mineral yang kaya. Negeri 
tetangga, Papua Nugini, misalnya, memiliki 115 titik kandungan mineral yang 
telah diidentifikasi. Dari jumlah tersebut, 15 perusahaan pertambangan 
beroperasi di Papua Nugini.

Kondisi tersebut jelas jauh berbeda dengan Papua. Sejak 1967, hanya Freeport 
yang beroperasi di pulau paling timur Indonesia itu. Sejak Erstberg hingga 
penemuan Grasberg pada 1988, perusahaan asal Amerika itu terus mengumpulkan 
pundi-pundi uangnya. Freeport kini tercatat sebagai salah satu produsen emas 
terbesar di dunia. (iwan ungs

Reply via email to