http://www.mediaindonesia.com/read/2010/08/02/159384/265/114/Kekerasan-Meningkat-Negara-Mengendur


Kekerasan Meningkat Negara Mengendur 
Senin, 02 Agustus 2010 00:00 WIB      


AKSI kekerasan massa semakin marak. Ironisnya, negara bungkam terhadap fenomena 
penggunaan kekerasan itu. 

Sedikitnya telah terjadi tiga kasus kekerasan dalam sepekan terakhir, seperti 
bentrokan antara warga Ahmadiyah dan massa ormas di Desa Manis Lor, Kecamatan 
Jalaksana, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Kamis (29/7). Disusul bentrokan 
antarmassa ormas di Rempoa, Tangerang Selatan, pada Sabtu (31/7), lalu 
bentrokan antara massa ormas dan jemaat yang sedang beribadah di Bekasi, Jawa 
Barat, kemarin. 

Ada dua bentuk kekerasan yang kerap terjadi. Pertama, kekerasan antarormas 
seperti yang terjadi di Rempoa. Kedua, kekerasan atas nama agama seperti di 
Kuningan dan Bekasi. Sebaran kekerasan jenis kedua itu semakin luas (lihat 
grafis). 

Ketua DPR Marzuki Alie di Jakarta, kemarin, meminta aparat kepolisian harus 
menindak tegas pelaku dan aktor intelektual di balik kerusuhan yang 
membawa-bawa nama ormas. 

Dia mengingatkan kepolisian agar bisa bertindak tegas sehingga ormas-ormas 
seperti itu tidak dibiarkan berkembang. Menurut Marzuki, akan sangat berbahaya 
jika aksi anarki yang dilakukan pendukung ormas itu dibiarkan. Jika terus 
dibiarkan, baik aturan maupun lembaga atau institusi yang formal, menjadi tidak 
berfungsi. 

Ibarat bendungan 

Sejauh ini, terhadap kekerasan antarormas, kepolisian mengupayakan perdamaian 
antarpemimpinnya. Akan tetapi, terhadap kekerasan yang mengatasnamakan agama, 
kepolisian seperti belum maksimal. Itulah sebabnya, Ketua Komisi Nasional HAM 
Ifdal Kasim mengingatkan bahwa negara wajib melindungi warga dalam menjalankan 
ibadah. 

Kewajiban negara itu sering diabaikan. Sosiolog Imam B Prasodjo pun meminta 
negara melakukan mediasi diiringi langkah tegas agar aksi kekerasan di 
masyarakat tidak terus-menerus terjadi. "Negara di sini bisa berperan seperti 
pendidik sambil mengedukasi para pihak terkait." 

Cendekiawan Komaruddin Hidayat juga melihat kelemahan negara mengontrol ormas. 
"Ini pangkalnya di pemerintah. Seharusnya pemerintah tegas dalam melihat 
fenomena yang ada. Kalau perlu, anggap ormas-ormas yang membandel sebagai 
organisasi terlarang," pintanya. 

Ia menyesalkan bahwa agama dibawa-bawa ketika ormas-ormas beraksi di 
masyarakat. Ironisnya, kata dia, pemerintah mengendur jika berhadapan dengan 
ormas membawa agama atau etnik tertentu. 

"Tidak peduli mau membawa agama atau etnik apa, kalau merugikan masyarakat, 
harus ditindak. Ini masalah hukum. Mestinya ditindak tegas dari dulu karena 
ibarat bendungan, kalau bocornya masih kecil, masih mudah diperbaiki, tapi 
kalau sudah besar, akan repot." (Tim/X-3) 

Kirim email ke