http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2009/12/21/42595/Korban-Tak-Bisa-Jelaskan-Asal-Usul-Uang
21 Desember 2009 | 22:25 wib | Daerah Kejanggalan Perampokan Rp700 Juta Korban Tak Bisa Jelaskan Asal Usul Uang Semarang, CyberNews. Penyidikan yang dilakukan jajaran Reskrim Polresta Semarang Selatan terkait laporan perampokan senilai Rp700 juta di Perumahan Sambiroto Baru No 92 Tembalang pada Selasa (8/12) lalu, memasuki babak baru. Setelah menjalani pemeriksaan secara maraton oleh penyidik, korban Rohadi (35) ternyata tak bisa menjelaskan dari mana asal usul uang Rp700 juta yang diakui miliknya tersebut. Korban yang mengaku bekerja sebagai marketing freelance di bidang saham itu diduga memberikan keterangan palsu. Saat melapor usai dirampok ketika itu, korban mengaku memiliki dua rekening pada sebuah bank. Namun ketika diminta meyebutkan nomor rekeningnya, dia mengaku lupa. Guna mengungkap fakta atas kasus perampokan tersebut, polisi telah meminta pihak bank membuka rekening dengan seizin tertulis dari korban. Senin (21/12) hasil pembukaan rekening telah diterima polisi. "Setelah dilakukan pembukaan rekening atas sepersetujuan korban, pihak bank menyatakan dia tak memiliki dua rekening, melainkan hanya satu. Jumlah uang yang disimpan di bank itu pun tidak sampai jutaan rupiah, hanya ratusan ribu saja," jelas Kapolresta AKBP Nurkolis SIK MSi kepada wartawan. Bukti terbaru tersebut semakin menguatkan adanya indikasi kebohongan pada peristiwa perampokan yang dilaporkan menimpa Rohadi di rumahnya pada Selasa (8/12) lalu. Apalagi sebelumnya, Rohadi juga mengaku dibius oleh dua pelaku sebelum aksi perampokan terjadi. Belakangan diketahui, ternyata korban pun berbohong. Hal itu dikuatkan dengan hasil tes Puslabfor Mabes Polri yang menyatakan, darah korban tidak mengandung zat pembius apapun. Dua bukti tersebut bisa jadi akan digunakan kepolisian untuk menjerat Rohadi karena telah melakukan pelaporan palsu. Namun AKBP Nurkolis enggan menyimpulkan apalagi berspekulasi apakah peristiwa perampokan tersebut memang direkayasa oleh korban sendiri. "Kami belum berani membuat kesimpulan apapun. Tunggu saja hasil akhir penyidikan yang dilakukan petugas," terang AKBP Nurkolis. Saat petugas melakukan olah TKP usai menerima laporan dari korban, petugas memang mendapati rumah tersebut acak-acakan. Sejumlah ruangan dan kamar korban terlihat tak rapi karena diduga diacak-acak. Namun ketika itu, petugas tidak menemukan kerusakan apapun pada daun pintu maupun jendela. Kasus tersebut kini dalam penyidikan intensif jajaran Reskrim Polresta Semarang Selatan. ( Saptono Joko Sulistyo / CN13 )