Menghancurkan Ahmadiah Jembatan Menghancurkan Semua Islam !!! Umum bagi ajaran semua agama adalah melatih perasaan berdosa apabila umatnya berbuat salah yang merugikan kelompok umatnya. Berjalan sejajar bersamaan ajaran ini juga dilatih perasaan berjasa dan berpahala apabila perbuatan salah ini dilakukan terhadap musuhnya.
Inilah ajaran Islam yang paling unik, mendidik umatnya untuk saling menghancurkan dengan kata2 selubung sebagai "saling melindungi", "saling memperingatkan", "saling memperbaiki" yang kesemua kata2 ini akan berakhir dengan "total self-destruction". Membakar bangunan mesjid yang disucikan akan membuat pelakunya yang muslim bisa mati mendadak, bisa lumpuh, dan bisa gila atau hilang ingatan yang kesemuanya diakibatkan keimanan yang tinggi terhadap kepercayaan yang diagungkannya dialam bawah sadarnya. Dengan menanamkan akidah bahwa mesjid itu adalah musuh akidah agamanya yang berpahala apabila dibakar dan halal umatnya dijarah akan menciptakan conditional reflex dalam alam bawah sadarnya apabila dilakukan ber-ulang2. Akhirnya dimasa depan, perasaan ini sudah tertanam sehingga meskipun bukan lagi mesjid Ahmadiah, meskipun bukan umat Ahmadiah, para pelaku yang sudah ditanamkan conditional reflex ini tidak lagi canggung atau merasa berdosa apabila dilakukan pembakaran kepada mesjidnya sendiri dan penjarahan kepada sesama umatnya sendiri. Pembakaran mesjid dan penjarahan muslimin Ahmadiah merupakan teknik fisiologis penanaman "conditioned reflex" yang merupakan cara alQuran mendidik muslimin menuju "total self-destruction." Russian behavioral psychologist Ivan Pavlov, adalah pencipta teknik ini ditahun 1870 yang kemudian digunakan untuk menghancurkan musuh melalui total self-destruction persis seperti yang dilakukan umat Islam diseluruh dunia sekarang ini. http://nobelprize.org/nobel_prizes/medicine/laureates/1904/pavlov-bio.html Sesungguhnya cara ini termasuk dalam teknik "brainwashing" dan sudah dikenal sejak zaman sebelum nabi Muhammad dilahirkan dimana waktu itu dianggap sebagai "sihir" A mysterious mix of oriental mystery and Soviet rationality, the technique now seemed "like witchcraft, with its incantations, trances, poisons, and potions, with a strange fl air of science about it all, like a devil dancer in a tuxedo carrying his magic brew in a test tube." > "sunny" <am...@...> wrote: > "Tindak tegas pelaku anarki Ahmadiah", > Tentu saja presiden tidak tegas, sebab > yang bertindak adalah anak buahnya. > Hendaklah diingat bahwa yang sekarang > presiden, dulunya adalah salah satu > sponsor pengiriman Laskar Jihad Sunnah > Wal Jamaah ke Sulawesi Tengah dan Maluku. > Bukankah sponsornya menyababkan puluhan > ribu rakyat menjadi korban. > http://ngc.dukejournals.org/cgi/reprint/35/1_103/145.pdf Russian behavioral psychologist Ivan Pavlov, whose insights had supposedly made it possible to supplant an individual's consciousness with fabricated beliefs, memories, and even traits. "Conditioned refl exes," Hunter explained, "could conceivably be produced to make [a man] react like [a] dog that rolled over at its trainer's signal. . . . the Kremlin could use words as signals—any words would do—imperialism, learning, running dog of the imperialists, people, friend of the people, big brother, without any relationship to their actual meaning. Saling bunuh sesama Islam diseluruh dunia sejak zaman Muhammad merupakan hasil dari keajaiban conditional reflex yang sekarang tidak terlepas dari bagian strategi perang ideologi, perang dingin, dan perang fisik. Dengan bukti2 ajaran Islam seperti ini diperkuat dengan kenyataan bahwa pencetakan AlQuran pertama kali oleh pendeta2 Katolik di Venice, tidak bisa dipungkiri lagi, bahwa AlQuran memang diciptakan dalam kerangka perang antara katolik dan yahudi dengan menyihir mereka para pelaku dengan ajaran Islam. Islam merupakan ajaran yang sangat spesifik dalam mempertunjukkan bagaimana cara melatih conditional reflex sejalan dengan brainwashing yang menuju "total self-destruction". Sejarah juga membuktikan, begitu kuatnya kerajaan2 Islam pada mulanya akhirnya hancur dengan sendirinya tanpa perlu diserang dari musuh2 diluarnya. Untuk lebih memahami teknik pelatihan conditional reflex dalam perang modern sekarang ini, saya mendorong para pembaca membaca secara teliti website yang saya cantumkan diatas. Ny. Muslim binti Muskitawati.