Refleksi: Masih mujur, mesin mati bukan manusia (penumpang dan awak pesawat) 
mati.  Sekalipun negara sudah berumur lebih dari 60 tahun, hampir tiap bulan 
ada pesawat terbang NKRI  masih terkait masa kanak-kanaknya. 
---
Jawa Pos
[ Jum'at, 12 Februari 2010 ] 

Mesin Mati, Trigana Air Mendarat di Rawadi Samboja Kutai Kartanegara 

Awak Pesawat dan Penumpang Selamat 

KUTAI KARTANEGARA - Seluruh awak dan penumpang Pesawat Trigana Air rute 
penerbangan Berau-Samarinda nyaris celaka. Karena mesin sebelah kiri mati 
mendadak, pesawat berkapasitas 48 penumpang itu mendarat darurat di areal 
rawa-rawa di Kelurahan Bukit Merdeka, Samboja, Kutai Kartanegara (Kukar), atau 
sekitar 5 kilometer dari jalan poros Km 45 Balikpapan-Samarinda kemarin pukul 
11.30 Wita.

Pesawat beregister PK-YRP dengan nomor penerbangan TGN 162 itu sebenarnya sudah 
berposisi siap mendarat di Bandara Temindung Samarinda. Namun, sesaat sebelum 
mendarat, mesin pesawat sebelah kiri tiba-tiba tidak berfungsi. 

Kapten Pilot Nursolihin pun mencoba meminta izin kepada menara pengawas (air 
traffic control/ATC) Bandara Temindung untuk mendarat darurat. Namun, petugas 
ATC tidak mengizinkan dengan alasan lokasi Bandara Temindung sangat tidak aman 
untuk pendaratan darurat. 

Selain landasan pacu yang pendek (hanya sekitar 1.000 meter), lokasi bandara 
berada di tengah permukiman warga. Belum lagi beberapa bangunan tinggi sekitar 
bandara yang menyulitkan pendaratan darurat. Karena itu, pesawat dialihkan ke 
Bandara Sepinggan, Balikpapan.

''Untungnya, saat pesawat diputuskan tak boleh mendarat di Bandara Temindung, 
posisi badan pesawat bisa kembali diangkat dan mengudara ke arah Balikpapan,'' 
jelas Kepala Bandara Temindung Samsul Banri kemarin. 

Saat terbang menuju Bandara Sepinggan, pilot lagi-lagi mengalami kesulitan. 
Yakni, mesin bagian kanan ikut mati. Pilot tak mau berspekulasi terbang dengan 
dua mesin dalam keadaan mati. 

Karena itu, sebelum sampai di Balikpapan, pilot memutuskan mendarat darurat di 
areal rawa-rawa di Samboja. Pilot sengaja memilih areal rawa sebagai lokasi 
pendaratan darurat untuk mengamankan pesawat dari percikan api.

Pesawat buatan Aerospatiale, Prancis, dan Aeritalia, Italia, tersebut 
mengangkut 43 penumpang dewasa, seorang anak, dan dua bayi. Pesawat Avions de 
Transport Regional (ATR) bermesin twin-turboprop itu juga mengangkut 74 kg 
kargo serta 451 kg bagasi. 

Kasi Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (K3P) Bandara Temindung Roesmanto 
menjelaskan, pilot melakukan kontak terakhir dengan Bandara Temindung pukul 
11.20 Wita. Menurut dia, pilot mendarat darurat karena mesin kanan pesawat juga 
mati karena tenaganya terforsir. Sebab, pesawat terbang hanya dengan satu mesin 
mulai Samarinda. 

''Keputusan pilot sudah tepat. Jarak pandang cukup untuk mendarat darurat,'' 
ungkap Roesmanto.

''Sepuluh menit sebelum mendarat di Bandara Temindung, mesin kiri pesawat mati. 
Pilot mengumumkan pesawat harus mendarat di landasan yang panjang,'' ungkap 
Iwan, 38, penumpang Trigana Air, kemarin. Menurut dia, meski mengalami 
penerbangan tidak normal, pesawat tetap melakukan penerbangan menuju Bandara 
Sepinggan.

Memasuki Samboja, mesin kanan yang diharapkan mampu bertahan hingga Bandara 
Sepinggan mendadak juga mati. Pilot pun mengambil keputusan mendarat. ''Waktu 
mesin satunya mati, saya waswas. Pilot memanggil dua pramugari masuk ke ruang 
kabin. Setelah itu, pramugari keluar dan duduk menggunakan sabuk pengaman,'' 
jelasnya.

Dandi, 19, penumpang asal Berau, mengungkapkan, saat kedua mesinnya mati, 
pesawat sempat berputar-putar beberapa menit. ''Saya tidak tahu maksud pilot 
berputar-putar. Tapi, kemudian pramugari berteriak emergency landing dan 
menyuruh kami menerapkan langkah keselamatan. Kami menunduk dan beberapa 
penumpang juga berteriak,'' ujarnya.

Kepala Badan Pelayanan dan Perizinan Terpadu Kabupaten Berau Mansyah Kelana 
beserta istrinya, Mariah, yang turut menjadi penumpang pesawat tersebut mengaku 
bersyukur semua penumpang bisa selamat. ''Saya kebetulan ada tugas dinas ke 
Samarinda. Sekaligus istri hendak kontrol penyakit jantung,'' jelas Mansyah 
ketika dihubungi kemarin. 

Dia membenarkan bahwa mesin sebelah kiri pesawat mati saat pesawat akan 
mendarat di Bandara Temindung. ''Saya dapat informasi kemudian dialihkan ke 
Balikpapan. Tapi, malah mendarat di lumpur. Alhamdulillah, Allah masih 
melindungi,'' katanya. 

Saat mesin mati, awak kabin sudah memberi tahu penumpang bahwa pesawat dalam 
keadaan darurat karena mesin mati. Karena kendala teknis itu, pendaratan 
dialihkan ke Balikpapan. ''Tiba-tiba, pesawat terus terbang makin rendah. 
Kemudian, pramugari memerintah semua penumpang untuk menunduk. Ya kami semua 
menunduk. Tiba-tiba, di dalam pesawat sudah penuh lumpur,'' ungkapnya. 

Mansyah menyatakan salut atas upaya pilot mencari lokasi mendarat yang tepat. 
''Tidak ada ledakan. Semua penumpang selamat. Kondisi mesin pesawat juga sudah 
mati semua. Alhamdulillah,'' ucapnya.

Beberapa saksi menuturkan, saat pendaratan, pesawat sempat tergelincir sekitar 
setengah kilometer. Karena pendaratan di rawa itu, badan bawah pesawat rusak 
parah dan jebol. Bodi pesawat penuh lumpur. 

Sebelum berhenti, pesawat sempat berputar 90 derajat ke arah kanan dari posisi 
mendarat. Bekas terseretnya pesawat membentuk jalur di atas tanah berlumpur 
yang sebelumnya ditutupi ilalang. Di jalur itu, beberapa bagian badan pesawat 
berserakan.

Beberapa tempat duduk penumpang, terutama di dekat pintu masuk bagian depan, 
rusak. Roda pesawat tak keluar dan perut pesawat rusak parah, tepatnya di 
bagian bawah pesawat sejajar dengan sayap kanan. 

''Yang luka penumpang yang duduk di tengah pesawat,'' ungkap Rahmi, 17, 
penumpang dari Berau.

Ramp Supervisor Trigana Air Danang menuturkan, setelah tiba di Samarinda, 
semestinya pesawat tersebut terbang kembali ke Berau. Kemudian, dari Berau, 
pesawat kembali ke Samarinda dan selanjutnya menuju Balikpapan. Dari 
Balikpapan, pesawat akan terbang kembali ke Berau. Diteruskan ke Tanjung Selor, 
kemudian ke Tarakan, dan menginap (return over night/RON) di Tarakan. Dengan 
adanya kecelakaan tersebut, rute lanjutan pesawat itu pun otomatis dibatalkan.

Station Manager Trigana Air Dwi Adi Setyanto menegaskan akan mengembalikan uang 
tiket kepada penumpang dan menanggung semua biaya rumah sakit.

Dia membantah pesawat yang celaka itu dikabarkan baru seminggu berada di Kaltim 
dan tidak layak terbang. (win/fel/end/jpnn

Kirim email ke